Sedikitnya 120 demonstran pro mantan Presiden Muhammad Mursi gugur dan ratusan lainnya luka-luka dalam serbuan aparat kemanan Mesir di Lapangan Rabiah Al-Adawiyah, Rabu pagi (14/8). Di saat yang sama, Kementerian Dalam Negeri Mesir mengklaim bahwa pihaknya telah berhasil membubarkan demonstran Pro Mursi di Lapangan Nahdhah, Giza, pinggiran kota Kairo.
Sumber klinik lapangan di Lapangan Rabiah menyebutkan, 120 demonstran tewas dalam satu jam. Jurnalis Aljazeera, Abdullah Asy-Syami, yang berada di tengah lapangan Rabiah Al-Adawiyah melaporkan, militer melancarkan tembakan membabi buta. Sementara itu, tembakan gas air mata dipusatkan di kawasan panggung demonstrasi. Di saat yang sama, listrik di kawasan Lapangan Rabiah juga dipadamkan, sehingga menyulitkan wartawan televisi untuk mengabadikan situasi yang terjadi.
Seperti dilaporkan saksi mata, sejumlah penembak jitu terlihat dari atap gedung-gedung di sekitar lapangan, khususnya di gedung-gedung militer. Disebutkan pula, tembakan dilakukan secara simultan. Kamera wartawan berhasil mengabadikan keberadaan sejumlah penembak jitu tersebut.
Jumlah korban cedera akibat gas air mata, sebagaimana disebutkan oleh sumber klinik lapangan, mencapai lebih dari 150 orang.
Dalam keterangan resminya, Departemen Dalam Negeri Mesir menyebutkan sejumlah unsur bersenjata dari tengah demonstran mulai menembaki aparat keamanan, sehingga menewaskan dua orang tentara dan sejumlah lainnya luka-luka.
Aksi aparat Mesir ini bertentangan dengan pernyataan sebelumnya, yang menyatakan bahwa pembubaran ditunda minimal sebulan untuk melakukan negosiasi damai. Bahkan, seperti ditegaskan oleh Muhammad Baltaghie, salah satu tokoh Ikhwan, aparat keamanan Mesir sempat menjanjikan akan memberikan perlindungan kepada para demonstran.
Sebagai reaksi atas tindakan keji aparat keamanan Mesir, Koalisi Pro Konstitusi di Mesir pun mengajak rakyat Mesir untuk turun ke jalan dalam rangka mencegah terjadinya “pembantaian dan pertumpahan darah”. Juru bicara kelompok Ikhwanul Muslimin, Gihad Al-Haddad dalam akun Twitternya menulis: “Ini bukanlah upaya pembubaran demonstrasi, tapi upaya berdarah untuk membantai suara apapun yang menentang kudeta militer.”
Di sisi lain, Jubir Partai El Bina wa Tanmiyah, Khalid syarif, dalam sambungan telponnya kepada Al-Jazeera, menegaskan bahwa “pembantaian yang terjadi saat ini bertujuan menghapuskan eksistensi para aktivis Islam.” Ia menambahkan, bahwa ribuan demonstran di Minya, Aswan, Iskandariyah dan Giza akan turun ke jalan untuk mengecam pembantaian yang terjadi.
“Dimana lembaga-lembaga hak asasi manusia dan PBB ketika melihat pembantaian ini dan darah rakyat mesir yang tumpah?” gugat Syarif. Ia juga meminta Syaikhul Azhar Dr. Ahmad Ath-Thayyib untuk mengintervensi langsung agar kekejian terhadap para demonstran dihentikan.
M. Nurkholis Ridwan
Sumber: Aljazeera.net