Ibadah yang paling afdal saat datangnya waktu salat fardhu lima waktu adalah bersemangat dan bersungguh-sungguh mengerjakannya sesempurna mungkin, bersegera mengerjakannya di awal waktu, keluar menuju masjid untuk mengerjakannya secara berjamaah. Semakin jauh masjid yang dituju, maka semakin afdal.
Ibadah yang paling afdal saat ada orang yang membutuhkan bantuan adalah membantunya semaksimal mungkin dengan tenaga, harta, atau kedudukan. Anda memfokuskan kegiatan untuk mencurahkan bantuan dan lebih memprioritaskan hal itu daripada amalan sunnah yang lain.
Ketika sedang membaca Alquran, yang paling afdal adalah memusatkan hati dan pikiran untuk mentadabburi dan memahami kandungan maknanya hingga seakan-akan Allah subhanahu wa taala sendiri yang langsung berfirman kepada Anda dengan Alquran tersebut. Anda pusatkan hati dan pikiran untuk mentadabburi dan memahami maknanya serta membulatkan tekad untuk melaksanakan perintah yang ada di dalamnya. Anda lakukan semua itu melebihi seorang yang sedang memusatkan hati dan pikirannya ketika sedang membaca surat perintah dari seorang kepala negara.
Saat wukuf di padang Arafah, ibadah yang paling afdal adalah bersungguh-sungguh merendah, berdoa, dan berzikir kepada Allah subhanahu wa taala. Hal ini lebih utama daripada berpuasa yang menyebabkan diri lemah untuk berdoa dan berzikir pada hari itu.
Pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, yang paling afdal adalah memperbanyak ibadah, terkhusus bertakbir, bertahlil, dan bertahmid. Ini semua lebih afdal pada hari itu daripada berjihad yang bukan wajib ain.
Pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, yang paling afdal adalah menetap di masjid, menyendiri beribadah, dan beriktikaf. Ini semua lebih baik daripada berbaur dan bercengkerama bersama manusia pada saat itu. Bahkan, hal ini lebih afdal daripada menyampaikan ilmu agama dan mengajarkan Alquran pada sepuluh hari tersebut, menurut pendapat jumhur ulama.