Kemudian, selama beberapa waktu Christina hidup sendiri untuk mencari sebuah kebahagiaan hidup tanpa ikatan pernikahan. Namun demikian, kebahagiaan yang dicarinya itu tak kunjung hadir. Setelah beberapa tahun melewati kesendiriannya itu, Christina akhirnya kembali memutuskan untuk menikah. Pernikahan yang ketiga kalinya ini dilakukan dengan seorang pria komunis berkebangsaan Rusia. Pernikahan yang terbilang unik karena keduanya memiliki karakter dan gaya hidup yang berbeda. Saat seorang wartawan bertanya tentang keputusannya menikah, Christina hanya menjawab dengan singkat, “Saya mencari kebahagiaan.” Sebuah pernyataan yang singkat, jujur dan sederhana keluar dari dalam lubuk hatinya, Christina belum menemukan kebahagiaan setelah dua pernikahan sebelumnya.
Apakah ia mendapatkan kebahagiaan dari pernikahannya yang ketiga ini? Ternyata tidak. Christina akhirnya bercerai dengan pria Rusia itu setelah bersusah payah mempertahankan rumah tangganya selama satu tahun.
Kegagalan demi kegagalannya ini ternyata tidak menyurutkan langkah Christina untuk mencari kebahagiaan. Kali ini -dan untuk keempat kalinya- Christina menikahi seorang pria asal Perancis. Namun kenyataannya, Christina kembali hanya mampu bertahan selama beberapa bulan saja untuk pernikahannya yang keempat ini.
Di sebuah kesempatan seorang wartawan bertanya pada Christina apakah ia masih merasa menjadi perempuan terkaya di dunia, dengan jujur Christina menjawab, “Ya! Saya perempuan paling kaya sedunia, tapi yang paling tidak bahagia..!”
Setelah gagal mendapatkan kebahagiaan dari ikatan pernikahan, akhirnya Christina bersumpah untuk tidak menikah lagi dan bertekad untuk meraih kebahagiaan dengan caranya sendiri. Christina menghabiskan sisa hidupnya dengan penuh keputuasaan, rasa frustasi dan kekecewaan. Ia pun menghabiskan waktunya dengan bepergian ke kota-kota di seluruh dunia, sampai akhirnya ia ditemukan terbaring kaku, meninggal di salah satu kamar hotel di Argentina. Siapa yang membunuhnya? Ternyata dia bunuh diri. Benar-benar sebuah akhir yang tragis dari kisah hidup seorang wanita terkaya di dunia!
Kisah di atas mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita, betapapun banyaknya harta yang dimiliki, nyatanya tak mampu membuat pemiliknya merasa bahagia. Maha Besar Allah yang menciptakan kebahagiaan dan kesenangan menjadi dua hal yang berbeda. Mungkin dengan harta, kita mampu membeli sebuah kesenangan. Namun, ingatlah bahwa ternyata harta tak bisa membeli sebuah kebahagiaan!
Referensi cerita:
Dari buku “Jalan Menuju Kebahagiaan” Karya Dr. Nasser Al-Omar/Syaikh Abdul-Rahman Al-Sa’adi [kl]