Pengalaman serupa juga dialami mahasiswi junior University of Albany Fatimah Ikram. Menurutnya, setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dan berlawanan terhadap kelompok tertentu. Misalnya, larangan hijab dan penindasan Muslim di bandara. “Saya merasa bahwa ini semua tentang perspektif,” ujarnya.
Ikram mengatakan, Islam adalah agama pertama yang memberi hak kepada perempuan untuk dapat memilih apakah ingin mengenakan jilbab atau tidak. Bila seseorang tidak ingin mengenakan hijab, maka bisa melepaskannya atau tidak menggunakannya. Sehingga, mereka tidak akan dihukum atau ditindas oleh pemerintahan Presiden Donald Trump yang menentangnya. “Tapi, memakai hijab itu berasal dari hati,” katanya.
Terlepas dari iklim politik dan sosial saat ini, dia memiliki pandangan positif tentang kehidupannya dan dunia di sekitarnya. “Saya bisa melihat semua hal negatif dan semua kejadian di mana orang melihat saya. Tapi, saya juga melihat semua dukungan yang telah terjadi dari mereka yang mendukung hijab,” tutup Ikram. (Hls/Ram)