Eramuslim.com – Dahulu, ketika Cornelis de Houtman dan pasukannya menjejakkan kaki di Nusantara, lalu datang kemudian secara bergelombang ribuan tentara dan para administratur Belanda ke Nusantara, dan kemudian menguasai serta menjajah bagian demi bagian negeri ini, hingga kemudian mereka menamakan Nusantara sebagai Hindia Belanda, East Indie, maka hanya kaum penjajah dan antek-anteknya yang mengakui jika Hindia Belanda adalah sebuah negara. Bagi mereka yang memiliki kesadaran dan kebanggaan nasionalis, maka mereka tidak akan pernah mau mengakui adanya negara Hindia Belanda yang dibangun atas pondasi penjajahan itu, dalam bahasa Soekarno, atas dasar; Exploitation de l’homme par l’homme, penindasan oleh manusia terhadap manusia lainnya. Kaum nasionalis bergerak dan berjuang sampai tetes darah terakhir untuk mengusir penjajah Belanda hingga tercapailah kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan tepat pada hari Jum’at, 17 Agustus 1945, yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan yang penuh kesucian.
Demikian pula dengan sejarah Palestina di hari ini. Palestina dulunya merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah yang di zaman Sultan Hamid mencapai kejayaannya. Berkali-kali kaum Zionis-Yshudi berusaha membujuk Sultan Hamid agar memberikan sepetak saja tanah Palestina kepada mereka untuk bisa mendirikan satu negara, tapi berkali-kali itu gagal. Sultan Abdul Hamid tak goyah walau kaum Yahudi Internasional yang dimotori Theodore Hertzl setelah Konferensi Zionis-Israel Pertama di Bazel, Swiss, menobatkannya sebagai Ketua Zionis Internasional, membujuknya dengan guyuran uang dan kekayaan yang tak akan habis tujuh turunan. Dengan sangat tegas, Sultan Hamid berkata kepada utusan Zionis: “Selama aku masih memiliki nyawa, tak akan kuserahkan sedikit pun tanah Palestina kepada kalian!”
Dan sejarah pun menuliskan jika lewat satu konspirasi yang melibatkan banyak pihak, pihak asing maupun pihak pemberontak di dalam tubuh umat Islam sendiri, maka tumbanglah dan bubarlah Kekhalifahan Turki Utsmaniyah, dan akhirnya Zionis-Israel pun berbondong-bondong mendatangi Tanah Palestina dengan senjata di tangannya.