Eramuslim.com – Dalam dunia penyelidikan, ada hukum besi yang selalu digunakan ketika menyelidiki sebuah kasus atau peristiwa guna mencari pelaku: “Siapa yang diuntungkan dengan adanya kasus atau kejadian tersebut?”
Dalam aksi teroris yang mengguncang ibukota Perancis, Paris, Jumat malam, 13 November 2015, yang merenggut tidak kurang dari 153 orang dalam tujuh buah serangan, baik tembakan maupun bom manusia, Dunia Islam dan kaum Muslimin jelas tidak diuntungkan.
Tak lama setelah terjadinya aksi teror, beberapa lokasi pengungsian warga Suriah yang ada di Perancis dikabarkan terkena serangan. Lewat media sosial, para muslimah yang ada di Eropa pun mengaku ketakutan akan adanya serangan Islamopobia terhadap mereka yang dilakukan radikalis kanan maupun kiri seperti yang sudah-sudah. Islam dan umatnya jelas-jelas tidak akan diuntungkan oleh adanya serangan tersebut.
Lantas, bukankah ISIS sudah mengakui dan menyatakan bertanggungjawab atas terjadinya serangan tersebut? Bahkan ISIS dikatakan mengancam jika Perancis masih tetap membombardir Muslim Suriah maka ISIS akan melakukan serangan yang kedua. Pertanyaannya, yang mengaku ini ISIS yang mana?
Sudah bukan rahasia umum lagi di kalangan dunia bawah tanah jika Barat telah menggandakan ISIS, lalu kloningannya itu direkayasa menjadi monster yang berperang dan membunuh lawan-lawannya tanpa berpegangan pada hukum-hukum berperang sesuai Islam seperti yang termaktub di dalam Qur’an maupun hadits Rasul SAW.
Kelakuan ISIS kloningan ini sangat narsis, merekam aksi-aksi brutalnya dalam membunuh lawan dan menyiarkannya ke youtube dan media sosial yang ada. Kita semua sudah mafhum jika Baratlah yang sekarang ini menguasai media massa, baik cetak maupun elektronik, termasuk internet. Sebab itu, opini dunia adalah opini yang sesuai dengan kepentingan Barat. Studio-studio seperti Hollywood dapat dengan sangat mudah membuat film-film penyiksaan ala ISIS dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Ketik saja di youtube kata kunci: “ISIS Hollywood studio”, maka akan muncul banyak postingan tentang itu.
Pertanyaan wartawan senior Al-Jazeera, Dr. Faisal Al-Qassim, patut direnungkan. Jika benar ISIS yang melakukan, Faisal berujar, “Kenapa kalian malah serang Perancis yang mendukung revolusi di Suriah? Kenapa kalian bukannya menyerang Iran yang jelas-jelas mendukung rezim teror Basyar Al-Assad?”
Orang Perancis bilang, “A un bon entendeur un demi mot suffit”, yang memiliki arti: “Bagi orang bijak, kata sedikit itu sudah cukup”. Demikian juga dengan latar belakang pertanyaan dari Dr. Faisal Al-Qassim. Cukup jelas.
Dan , siapa yang diuntungkan dengan serangan terorisme di Paris? Ada banyak.
Pertama, kaum radikal dan ultranasionalis Eropa, atau Islamopobi, yang selama ini menolak menolong dan menampung arus pengungsi dari Suriah dan lainnya. Dengan adanya Paris Attack, maka mereka sekarang memiliki dalih yang kuat untuk semakin menolak pengungsi.
Kedua, semua negara yang tidak menyukai syariat Islam dan memusuhi para mujahidin. Maka dengan adanya Paris Attack, mereka merasa punya pembenaran untuk lebih gencar membantai kaum Muslimin, walau di banyak kasus mereka sesungguhnya tidak memerlukan dalil apa pun untuk membunuh kaum Muslimin.
Ketiga, Basyar al-Assad dan sahabat-sahabatnya, di mana mereka akan menggunakan kejadian ini sebagai pijakan untuk semakin meneror kaum Muslimin.
Keempat, kelima, dan ke berapapun, musuh-musuh Islam akan bersorak kegirangan. Dan satu-satunya yang dirugikan adalah umat Islam sendiri yang menjadi tertuduh tanpa melewati proses pengadilan. Ituh! (rz)