Eramuslim.com – Pilkada DKI Jakarta putaran 2 berlangsung sengit. Walau di atas kertas, merujuk pada hasil survey berkualitas lembaga independen dan juga partisan pasca debat final, paslon Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan menang, juga merujuk pada kondisi di lapangan dimana petahana ditolak dimana-mana, malah menjadi gubernur pertama dalam sejarah Indonesia yang dilempari batu oleh warganya, dan semua faktor ril yang ada, namun kita juga harus bersiap jika semua perhitungan itu salah.
Orang bijak berkata, “Berharaplah setinggi mungkin, namun kita juga harus bersiap jika yang terjadi adalah sebaliknya.” Kita pun sebagai warga DKI Jakarta harus demikian.
Bagaimana jika nanti Ahok-Djarot dinyatakan keluar sebagai pemenang?
Terlepas dari penyelenggaraan pilkada yang mungkin banyak ditemukan indikasi kecurangan, terlepas dari serangan sembako oleh petahana yang dikawal aparat menjelang hari-H, terlepas dari intimidasi ala Iwan Bopeng yang begitu lihai sehingga polisi sampai detik ini masih saja kesulitan untuk menciduknya, terlepas dari teror rasis ala Steven dan konco-konconya, terlepas dari dugaan berdirinya ratusan TPS jadi-jadian, terlepas dari kemungkinan banyaknya pemilih siluman, terlepas dari bisa jadinya banyak anak-anak SD yang disuruh ikut mencoblos, terlepas dari mungkinnya sebuah mobil penyedot data KPU yang diparkir di dekat server suara KPUD DKI sehingga bisa menyulap suara dan mengubah perhitungan, terlepas dari pat-gulipat sulap yang melebihi teknik Pak Tarno, terlepas dari ini dan itu yang dilakukan aparat dan penguasa yang sangat gamblang terlihat namun demi keamanan tak boleh dinyatakan, terlepas dari semua itu, jika Ahok-Djarot menang, bagaimana kita?
Semua pejabat negeri, juga parpol pendukungnya, termasuk parpol yang konon katanya ngislam, pasti akan tersenyum dan berkata kepada wartawan,”Warga Jakarta telah memilih pemimpinnya dengan aman, damai, penuh kejujuran, dan terbuka.”
MetroTV, dan seluruh media mainstream akan besar-besar menampilkan jika Pilkada DKI telah berlangsung dengan jujur dan transparan dan warga ibukota telah memilih Ahok-Djarot sebagai pemimpinnya. Mereka akan men-shoot jutaan spanduk ucapan selamat yang dibentangkan memenuhi ibukota.
Di lini masa dunia maya, para pendukung Ahok-Djarot akan ramai-ramai menyatakan Pilkada DKI sangat berkualitas dan tak lupa kembali membully habis-habisan semua yang tidak mendukung nabinya. Nusron kemungkinan besar akan menggunduli kembali kepalanya dengan ekspektasi akan mirip Vin Diesel, jagoan Fast & Furious 8, walau kenyataannya semua juga paham (jangan ngikik sambil megang perut ya…)
Bagaimana pun prosesnya, Ahok – Djarot telah dianggap sebagai pemenang.
Bagaimana dengan kita?
Sebagai warga negara yang baik, tentu kita diharuskan tunduk pada proses legal-formal ini, terlepas dari proses behind the scene-nya.
Dan kami juga berharap, apa pun yang terjadi, Jakarta akan tetap aman terkendali.
Namun kami, dan semua manusia di dunia ini, tidak pernah tahu bagaimana proses menggelindingnya roda sejarah nanti. Hanya Allah Swt yang Maha Tahu besok akan terjadi apa. Manusia hanya bisa berharap dan berusaha, namun yang terjadi adalah semua yang telah seizin Allah Ta’ala.
Kita berharap yang terbaik, dan semoga saja kebenaran bisa hadir di ibukota Jakarta di tanggal 19 April 2017. Kita berharap, orang Islam Jakarta akan tetap menjadi Muslim pada hari Rabu, 19 April 2017, begitu keluar dari bilik suara. Salah mencoblos, amit-amit, naudzubillah min dzalik, keluar dari bilik suara, di mata Allah kita sudah dianggap satu barisan dengan kaum kafirin dan musyrikin dan munafikin. Itu di mata Allah Swt. Semoga kita tetap dalam agama tauhid ini. Dan semoga cahaya Rahmat-Nya tetap menyinari Jakarta ini. Amin. []