Di film juga digambarkan jika rapat petinggi PKI dipenuhi asap rokok. Aidit digambarkan sebagai tokoh yang gila rokok. Padahal PKI melarang seluruh tokoh dan kadernya merokok karena dianggap sebagai salah satu kebiasaan kaum borjuis yang menjadi musuh PKI. Ini fakta.
Film G30S/PKI juga menyembunyikan rapat-rapat peran Suharto dalam pembangkangannya terhadap Sukarno. Peristiwa diculiknya para jenderal angkatan darat sangat disederhanakan sebagai hasil dari konflik antara PKI dengan TNI-AD. Padahal faktanya tidak sesederhana itu. Ada tangan-tangan CIA yang bermain lewat “a local army friend” dan juga intelijen komunis RRC yang bermain di sana, yang sentralnya adalah Sukarno harus tumbang karena Sukarno dianggap sebagai penghalang bagi kolonialisme. Penumbangan dan kudeta terhadap Sukarno tidak lepas dari usaha pihak-pihak asing memperebutkan tambang emas Freeport di Irian Barat yang akhirnya dimenangkan oleh AS.
Begitu banyak kebohongan hal yang harus diluruskan di film ini, begitu banyak propaganda-propaganda Orde Baru. Kenapa kita mendukungnya? Kenapa kita tidak diam saja dan menjadi orang yang sekadar menonton dengan pasif? Kenapa bukan film yang lebih aktual sekarang ini, seperti film independen “Rayuan Pulau Reklamasi” yang diputar?
Umat Islam harus waspada dan waskita. Jangan lagi menjadi pendorong mobil mogok yang ketika mobilnya sudah jalan, lagi-lagi dan lagi, umat Islam ditinggalkan. Saat ini ada beberapa tokoh yang sedang mencari panggung nasional menjelang 2019. Dia mencitrakan diri sebagai antagonis berbagai kebijakan pemerintah, walau dirinya secara de facto menjadi bagian penting dalam elit kekuasaan saat ini.
Adalah aneh, orang yang katanya berseberangan dengan pemerintah kok ya masih saja aktif sebagai pejabat dan tidak dipecat.
Ini sama anehnya dengan (jika ada) seseorang yang kesana-kemari bersuara sangat ekstrem melawan kekuasaan, sangat terang-terangan menjelek-jelekkan pemerintah di dalam pernyataan-pernyataannya atau di dalam pidato-pidatonya, tapi sampai hari ini tidak ditangkap dan dipenjara.
Saya teringkat kesaksian seorang ustadz senior dalam jamaah tarbiyah yang menceritakan saat dia masih aktif di Dewan Dakwah di Kramat di masa Suharto. Dia bilang jika dulu di masa Suharto, ada seseorang yang penampilan luarnya sangat ekstrem: jidat paling hitam, kemana-mana pakai gamis panjang, dan kalau bicara paling Islami dan berani. Tapi dia tidak pernah ditangkap rezim penguasa. Setelah diselidiki, orang ini ternyata intel penguasa. Intel yang seperti ini sengaja disusupkan ke dalam tubuh umat untuk melempar jaring dan umpan ke tubuh umat Islam, dan siapa yang terkena akan diprovokasi agar melakukan hal-hal yang ekstrem dan nanti akan ditangkap oleh penguasa.