Eramuslim.com – Hari-hari ini sebagian masyarakat Indonesia gegap-gempita menyambut rencana pemutaran film G30S/PKI yang akan digelar di berbagai daerah dan kota. Banyak aktivis Islam yang juga menyambut dengan gembira, bahkan turut aktif mempromosikan film ini agar tak lupa dengan sejarah masa lalu bangsa. Semua ini tak lepas dari semangat anti komunisme yang masih membara di dada rakyat Indonesia kebanyakan. Padahal, kalau mau jujur, film G30S/PKI itu juga merupakan propaganda dari kekuasaan Suharto yang sarat dengan penggelapan dan penipuan sejarah. Apakah kita mau kembali ke zaman Suharto kembali?
Bagi anak-anak muda sekarang yang tidak mengalami zaman Suharto mungkin mau tanpa berpikir dahulu, tapi bagi orang-orang yang pernah hidup di zaman Orde Baru dan cukup kritis, mungkin akan berpikir ribuan kali.
Zaman Suharto tidak lebih baik dari zaman sekarang. Bahkan sendi-sendi kehancuran di zaman sekarang ini, bibitnya juga berasal dari zaman Suharto. Salah satunya adalah utang dan mental korup para pejabat, mulai dari tingkat kampung sampai tingkat nasional. Semua kerusakan di Indonesia, sebagai besarnya berasal dari zaman kekuasaan absolut selama 32 tahun Orde Baru.
Maka menjadi heran jika masyarakat dan aktivis Islam sekarang juga ikut-ikutan latah menyambut meriah ide pemutaran film yang kalau mau jujur banyak mengandung hal-hal yang tidak benar.
Katakanlah kebenaran, walau pahit. Itu sikap yang bijaksana. Beberapa kebohongan yang ada di film itu misal tentang penyiksaan terhadap para jenderal yang katanya disilet wajahnya dan dipotong kemaluannya sebelum diceburkan ke dalam sumur di Lubang Buaya. Ini tidak benar. Hasil Visum et Repertum rumah sakit terhadap jenazah para jenderal tidak menunjukkan hal itu. Silakan belajar kembali buka arsip-arsip lama.