Menjelang senja hari, hampir maghrib, sekitar pukul 16.45, hari Selasa lalu, Akh. Habib Syafi’I telah pergi menghadap Rabbnya. Terasa sangat sedih melihatnya. Sudah empat tahun berbaring. Kesehatannya terus menurun, akibat stroke. Kesehatannya tak dapat pulih, sejak mengalami setroke yang kedua kalinya. Kemudian, da’i yang sangat bersahaja dan lembut serta berpendirian itu pergi selamanya.
Akh. Habib Syafi’i telah bersama-sama dengan para da’i lainnya, yang ikut dalam usaha-usaha meninggikan agama Allah Rabbul Alamin. Hidupnya diisi dengan berbagai aktivitas dakwah yang terus-menerus, sampai serangan stroke menimpanya.
Bersama dengan lembaga Khairu Ummah, ikut berdakwah, di awal dakwah ini berlangsung dengan penuh keikhlasan. Hidupnya sangat bersahaja. Tidak dalam limpahan harta. Selama terkadang tempat tinggalnya pun berganti-ganti. Pernah pula bertempat tinggal di kantor sebuah partai. Tetapi, tak mengurangi semangat untuk terus berdakwah. Memberikan ceramah di masjid-masjid kantor, mengisi daurah para seniman, dan kegiatan lainnya.
Akh. Habib Syafi’i bersama dengan Abu Ridho, Chairul Umam, dan sejumlah seniman lainnya, membangun kegiatan dakwah dikalangan seniman. Sehingga, lahir generasi seniman, yang dapat memahami Islam dan memiliki komitment terhadap Islam. Pergaulan sangat dekat dikalangan seniman, dan banyak waktunya dahulu di TIM (Taman Ismail Marzuki), tempat para seniman mangkal. Meskipun, belakangan berkurang,dan lebih banyak melakukan dakwah amah.
Sebagai da’i dari Yayasan Khairu Ummah, Akh.Habib Syafi’i mempunyai sumbangan yang penting, karena melalui lembaga itu, beliau bergiat di dalam dakwah. Bahkan, sempai di era partai politik pun, Akh. Habib masih tetap bergelut dengan dakwah. Sementara itu, teman-temannya lainnya, sudah sibuk dengan partai. Akh. Habib Syafi’i adalah pribadi yang sangat bersahaja, santun dalam berbicara, dan memiliki kepribadian yang tegas dalam memegang prinsip.
Terakhir, Akh. Habib mencoba dengan peruntungan membuat ‘warung nasi’ di Jalan Wahid Hasyim, yang tak jauh dari Pasar Tanah Abang. Tetapi, rupanya keberuntungan itu belumlah memihaknya. Sehingga, usaha yang dijalankannya itu, akhirnya bangkrut. Sementara itu, isterinya yang tinggal di daerah Kecamatan Cisayong (Tasikmalaya), berjualan kerudung dan busana muslimah yang sudah dibordil. Tetapi, ketika Akh. Habib Syafi’i terkena stroke usahanya menjadi terganggun. Sakitnya itu memakan waktu yang cukup panjang, tak kurang hampir empat tahu, sampai akhirnya meninggal, Selasa sore kemarin.
Awalnya, ketika lebaran haji ‘Idul Adha’, saat usai Khutbah, rupanya beliau tak kuasa menahan keinginannya untuk makan sate kambing, yang sebenarnya itu merupakan pantangan bagi yang sudah pernah terkena stroke. Stroke yang menyerang Akh.Habib Syafi’I itu sudah yang kedua kalinya, meskipun dapat pulih kembali, dan memakan waktu yang lama. Tetapi, stroke yang kedua kalinya ini, tak dapat lagi beliau menjadi pulih, dan kondisi phisiknya yang terus menurun.
Rumahnya yang ada di daerah kecamatan Cisayong itu tergolong kecil, tidak memiliki halaman, sehingga praktis, sejak pulang dari Rumah Sakit Pemda DKI, yang terletak di Jalan Tarakan, Jakarta Pusat itu, Akh. Habib Syafi’I lebih banyak berbaring di tempat tidur. Perlahan-lahan terus menyurut kesehatannya. Meskipun, selama dipebaringannya itu, beliau masih memiliki pikiran-pikiran yang segar,terkadng sedikit lucu dan penuh dengan humor.
Senin pagi, langit yang muram, dan hujan terus membasahi bumi, rupanya itu pertemuan terakhir dengan Akh. Habib Syafi’i. Karena memang kondisi phisiiknya sudah sangat berat. Ketika mengunjunginya hanya perasaan sangat sedih. Mengingat dahulu ketika masih sehat dan bersama-sama dalam aktivitas dakwah. Ketika menungguinya di tempat tidurnya sambil mendoakannya, dan terus menciumi kepala, mata Akh. Habib memandangi serta berair, seakan ingin mengucapkan sesuatu, yang sudah tidak mungkin lagi dapat diucapkan. Sungguh perjumpaan yang terakhir dengan seorang akh yang sangat bersahaja hidupnya dengan komitment yang luar biasa.
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Semoga Akh. Habib dihapus segala dosanya. Karena dengan penderitaannya yang panjang hampir selama empat tahun, diatas tempat tidurnya, dan menahan rasa sakitnya itu. Sekarang semua telah berakhir. Semoga Akh. Habib Syafi’I mendapat kemuliaan disisi-Nya. Allahumaghfirlahu war khamhu wa afini wa’fu anhu. Semoga seluruh keluarga yang ditinggalkannya tetap bershabar. Wallahu’alam.