Eramuslim.com – Berkat kerja keras pemerintah, Indonesia kini menjadi negeri yang mandiri dan berdikari, sesuai dengan pencanangan Revolusi Mental yang menjadi panduan bagi kinerja pemerintahan sekarang. Sejak kampanye Pilpres bertahun lalu yang tegas mengatakan menolak utang, maka setelah berkuasa pun janji kampanye ini diwujudkan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya: Pemerintah menolak semua utang, tidak mau berutang dalam hal apa pun, termasuk menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dan sebagainya dan sebagainya. Ini adalah penggenapan janji kampanye.
Indonesia yang dilimpahi kekayaan alam yang luar biasa dikelola dengan blue-print yang matang dan sangat terencana, sehingga pemerintah tidak pernah kekurangan uang untuk menggerakkan roda pemerintahan dan pembangunan di negeri ini. Rakyat tidak lagi dibebani pajak ini dan itu, karena dan auntuk operasional semua itu sudah sangat dicukupi oleh hasil-hasil kekayaan alam yang melimpah.
Profesionalitas kinerja aparat pemerintahan pun, dari para PNS yang di tingkat rendahan hingga para pejabat tinggi, sangat mumpuni dan berdedikasi tinggi. Semuanya bekerja dengan jujur dan bersih, sehingga negeri ini tidak mengenal istilah korupsi. Tidak ada koruptor di negeri ini. Jika pun ada pejabat yang terlalu tamak dan melakukan korupsi, maka dengan sangat tegas sang pelaku tidak cuma divonis hukuman mati yang setiap ada even tahunan dikasih remisi hingga ujung-ujungnya bebas, tidak seperti itu, namun langsung dieksekusi tembak mati, berikut semua anggota keluarganya yang terbukti menikmati hasil korupsi pelaku. Hukum tajam ke semua lapisan, tidak hanya tajam ke bawah dan tidak tumpul ke atas.
Indonesia juga negeri yang mandiri dan berdikari dalam memproduksi segala kebutuhan rakyatnya. Jangankan cangkul, kompor, popok bayi, dan sebagainya, kendaraan bermotor roda dua dan empat pun sudah bisa diproduksi di dalam negeri oleh anak bangsa sendiri. Mobil Esemka menjadi pionir kebangkitan industri otomotif pribumi, yang kini sudah diproduksi massal dan memenuhi jalan raya seluruh negeri. Semua lini industri dikuasai anak bangsa, para bumiputera, bukan bumiputela. Tanah air Indonesia untuk bangsa Indonesia, bukan bangsa asing. Jika pun ada orang asing yang bekerja di negeri ini, maka itu hanya sebagai tenaga ahli dalam rangka transfer teknologi. Tukang cuci piring, pendorong gerobak, pekerjaan kasar lainnya yang tidak memerlukan skill khusus semuanya dilakukan oleh pekerja-pekerja bumiputera. Pemerintah berprinsip, SDM Indonesia melimpah maka buat apa mengimpor pekerja-pekerja kasar dari luar negeri? Bukankah itu bertentangan dengan Prinsip Revolusi Mental dan Nawa Cita?
Disebabkan kinerja para menteri yang sangat profesional dan mumpuni di bidangnya masing-masing, maka para menteri bisa dengan santai meluangkan waktunya bikin grup musik dan mentas di acara-acara para koleganya. Bukankah pekerjaan dan tanggungjawabnya sudah dikerjakan dengan baik dan menghasilkan sesuatu yang sangat berprestasi, sehingga waktu luang pun bisa digunakan untuk bersantai-ria.
Pemerintah di zaman now jangan diragukan lagi, telah berhasil di semua lini sehingga dalam waktu singkat berhasil mensejahterakan seluruh rakyatnya, bukan cuma mensejahterakan anggota keluarga dan para koleganya. Ini sesuai dengan Nawa Cita dan Revolusi Mental. Pemerintah zaman now benar-benar bekerja sesuai dengan janji kampanyenya. Menolak utang ya tetap menolak utang, membuka 10 juta lahan pekerjaan ya berhasil membuka 10 juta lahan pekerjaan, membeli kembali Indosat dari Singapura ya akhirnya bisa kembali membeli Indosat tersebut dengan cepat. Satu kata dengan perbuatan, inilah ciri pemerintah zaman now.
Karena hanya kaum munafik yang tidak satu kata dengan perbuatan bukan?
Mari kita, sebagai rakyat biasa, berdoa agar Indonesia benar-benar seperti ini… []