Kapten tim sepakbola Perancis Zinedine Zidane, menjadi buah bibir, buntut dari tindakannya menanduk dada pemain Italia Marco Materazzi dalam pertandingan final Piala Dunia sepekan lalu. Zidane melakukan hal itu, kabarnya, karena Materazzi melontarkan hinaan terhadap ibu dan saudara perempuannya. Apa sebenarnya yang terjadi?
Pada Rabu (12/7), Televisi Perancis, Channel Canal Plus berhasil mewawancarai Zidane. Dalam wawancara singkat itu, Zidane menjelaskan insiden dengan Materazzi di lapangan hijau itu. Berikut petikannya, seperti dikutip dari situs BBC.
Anda sudah mengenal para pemain Italia dengan baik, karena anda pernah main di Italia selama lima tahun. Apakah anda pernah punya persoalan dengan mereka sebelumnya?
Tidak pernah sama sekali. Anda selalu punya friksi dengan para pemain… itulah yang namanya pertandingan, selalu saja seperti itu. Tapi saya tidak pernah punya masalah dengan siapapun.
Tidak juga dengan Materazzi?
Tidak, Tidak pernah. Tidak ada apapun sebelum ini bahkan saat pertandingan, sampai dia mulai menarik baju saya.
Dia menarik kaos saya dan saya bilang padanya untuk berhenti. Saya bilang padanya, kalau ia mau, saya akan bertukar kaos dengannya di akhir pertandingan nanti.
Saat itulah ia mengeluarkan kata-kata yang sangat-sangat tajam, bahkan lebih tajam dari sikapnya. Dia mengulangi kata-katanya beberapa kali. Itu semua terjadi begitu cepat dan ia bicara tentang hal yang sangat melukai hati saya yang paling dalam.
Banyak yang ingin tahu, apa sebenarnya yang ia (Materazzi) katakan….
Kata-kata yang sangat serius, sangat pribadi.
Tentang ibu dan saudara perempuan anda?
Ya. Perkataannya sangat menyakitkan. Anda mendengarnya sekali, dan anda berusaha mengabaikannya.
Tapi kemudian Anda mendengar untuk yang kedua, dan ketiga kali…Saya laki-laki dan perkataannya sangat menyakitkan untuk didengar dibandingkan perbuatan. Saya lebih suka memukul muka orang daripada mendengarnya.
Dia (Materazzi) mengatakan sesuatu tentang ibu dan saudara perempuan anda dua atau tiga kali?
Ya. Saya bereaksi dan tentu saja bukan tindakan yang sepatutnya Anda lakukan. Saya harus menegaskan hal ini. Ada sekitar dua atau tiga milyar penonton yang menonton televisi dan jutaan anak-anak.
Ini merupakan sikap yang tidak bisa dibenarkan dan buat mereka, orang-orang pendidikan yang memang pekerjaannya, hal ini untuk menunjukkan pada anak-anak apa yang harus dan seharusnya tidak mereka lakukan, Saya ingin minta maaf.
Anda minta maaf pada mereka, tapi apakan Anda benar-benar menyesal telah melakukannya?
Saya tidak menyesalinya, karena jika saya menyesal akan terlihat sepertinya Saya mengakui bahwa dia benar telah mengatakan hal semacam itu. Dan yang penting, itu semua tidak benar.
Kita selalu bicara soal reaksi, dan tanpa bisa dihindari, reaksi itu mendapat hukuman. Tapi, jika tidak ada provokasi, tidak akan ada reaksi.
Yang pertama, anda harus bilang ada provokasi, dan orang yang bersalah adalah orang yang melakukan provokasi. Namun, responnya selalu hukuman atas sebuah reaksi, tapi jika saya bereaksi lagi, semuanya sudah terjadi.
Apakah Anda membayangkan bahwa di final Piala Dunia seperti itu, dengan hanya sisa waktu 10 menit menuju akhir karir Saya, Saya akan melakukan hal semacam itu karena akan memberikan kesenangan pada Saya?
Tentu saja tidak. Tapi saat itu anda betul-betul meledak…..
Ada provokasi, dan provokasi itu sangat serius, itu saja. Tindakan saya memang tidak bisa dibenarkan tapi Anda harus menghukum pelaku kejahatan sebenarnya, dan pelaku sesungguhnya adalah orang yang melakukan provokasi. (ln)