Pada pertengahan November kemarin, sejumlah delegasi yang mewakili komunitas Palestina di negara-negara Eropa berkumpul di Stockholm, Swedia untuk membahas rencana konferensi yang akan di gelar di Eropa bulan Mei tahun 2009 mendatang.
Salah satu tokoh Palestina di Eropa yang juga anggota Palestine Liberation Organization (PLO), Zaid Tayem mengatakan, pertemuan untuk meningkatkan berbagai elemen Palestina dan mendorong keterwakilan mereka di parlemen Eropa.
Menurut Tayem yang juga ketua divisi budaya dari Persatuan Orang-Orang Palestina di Eropa, seorang akademisi Palestina yang tinggal dan menjadi warga negara di Uni Eropa selayaknya bisa menjadi anggota parlemen di Eropa. Namun untuk mencapai ambisi itu, kata Tayem, warga Palestina di Eropa harus bersati dan melepaskan perbedaan politik mereka.
Tayem yang menetap di Belanda juga meminta komunitas internasional serta presiden terpilih AS Barack Obama untuk menghormati resolusi-resolusi PBB terkait konflik Israel-Palestina.
Apa pandangan-pandangan Tayem tentang kehidupan warga Palestina yang tinggal di Eropa dan bagaimana masa depan Palestina? Berikut petikan wawancara dengan Zaid Tayem yang disarikan dari Al-Jazeera.
Ada laporan-laporan yang menyebutkan bahwa Barack Obama mendukung inisiatif Arab Saudi untuk meminta Israel mundur ke perbatasan tahun 1967 dan sebagai kompensasinya, negara-negara Arab akan mengakui Israel. Bagaimana sebenarnya pandangan orang-orang Palestina di Eropa tentang pendekatan Obama terhadap konflik Israel-Palestina?
Kami terlalu sering mendengar janji-janji dari sejumlah presiden AS. Rakyat Palestina hanya menginginkan mereka menepati janji-janji terkait masalah Palestina itu. Rakyat Palestina tidak mau seperti sekarang ini, terus menerus. Mereka ingin kebebasan.
Saya berharap pimpinan baru AS juga menepati janjinya terkait masalah Palestina. Tapi kami tekankan, dalam masalah ini kami tidak hanya berhubungan dengan AS, tapi juga tim kwartet dan seluruh komunitas dunia. Kami ingin resolusi-resolusi PBB tentang Palestina diterapkan, seperti hak kembali bagi para pengungsi Palestina, penarikan Israel ke wilayah tahun 1967 dan ditetapkannya al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukota Palestina. Inilah yang kami inginkan.
Obama atau siapa pun juga tidak bisa mengubah tiga syarat tadi. Jika syarat ini sudah tercapai, kami akan mengakui bahwa sejumlah kendala sudah teratasi. Kami harap pimpinan AS yang baru menyadari bahwa rakyat Palestina harus diberikan hak-haknya secara penuh berdasarkan resolusi-resolusi PBB.
Apa sebenarnya tujuan pertemuan komunitas Palestina di Eropa?
Kami menyelenggarakan konferensi pada tahun 2005 di Jenewa, kemudian tahun 2006 di Barcelona. Tujuan utama konferensi ini adalah menyatukan seluruh orang Palestina yang memiliki paspor negara Eropa dan menyatukan orang-orang Eropa keturunan Palestina untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah-masalah Palestina di kawasan Uni Eropa.
Kami juga ingin membentuk semacam kerangka kerja yang melibatkan seluruh orang Palestina agar lebih aktif lagi menyuarakan perjuangan mereka di Eropa. Karena menyuarakannya di Eropa lebih membawa pengaruh ketimbang menyuarakannya dari luar Eropa. Setidaknya kita bisa mendorong Uni Eropa untuk lebih berperan dalam persoalan Palestina.
Sekarang tentang pertikaian Hamas-Fatah, apakah pertikaian kedua faksi itu membawa dampak bagi orang-orang Palestina yang tinggal di luar negeri?
Secara umum, situasi politik di wilayah Palestina dirasakan juga di Eropa dan seluruh dunia. Kita harus bekerjasama dibawah satu bendera Palestina yang bersatu. Kami tidak akan membiarkan ketegangan itu juga terjadi di Eropa. Palestina dan rakyat Palestina lebih penting dari satu faksi atau partai atau sebuah pertikaian. Itulah sebabnya kita harus bekerjasama dan bersepakat untuk dengan transparan dan etis mencapai tujuan kita.
Tapi ketegangan antara Fatah dan Hamas telah memicu kekerasan dan Gaza maupun Tepi Barat jadi terbagi dua, pendapat Anda?
Seluruh warga Palestina tidak boleh menerima ide pemisahan itu. Ini berbahaya. Kami selalu menyerukan rakyat Palestina untuk bersatu, karena kalau kita bersatu suara kita akan terdengar lebih jelas dan keras sehingga kita bisa menjelaskan persoalan yang kita hadapi.
Problem utama kita bukan antar sesama rakyat Palestina, tapi dengan penjajahan Israel yang telah memecah belah kota dan desa-desa di Palestina. Problem utama kita adalah Israel membangun tembok pemisah dan membantai rakyat Palestina. Israel bertanggung jawab penuh atas apa yang terjadi di Palestina. Israel dengan dukungan AS sudah sering membohongi rakyat Palestina dan Eropa cenderung diam. Kita boleh saja berbeda pendapat, tapi sangat memalukan jika sampai bentrok fisik. Para pemimpin Palestina juga bertanggung jawab untuk menciptakan persatuan di Palestina.
Lantas, apa peranan orang-orang Palestina yang tinggal di Eropa sekarang ini?
Mereka bisa berperan lewat media, kegiatan sosial dan budaya di negara tempat tinggal mereka masing-masing. Kita bisa memfasilitasi komunikasi dengan negara-negara Eropa, karena faktanya kami mendapatkan dukungan yang sangat besar dari komunitas Arab yang mau membantu kami menyuarakan persoalan Palestina.
Kita tidak boleh menyerah, apalagi mengingat bahwa kita adalah para pengungsi Palestina dan ada delapan juta pengungsi Palestina lainnya yang tersebar di berbagai negara. Di Eropa sendiri terdapat kurang lebih setengah juta pengungsi Palestina. Mereka tidak bisa diabaikan, apalagi banyak diantara mereka adalah para akademisi dan menjadi tokoh-tokoh penting di dewan kota, parlemen dan universitas.
Kami tidak mau diisolasi dari komunitas internasional, Kami mendirikan organisasi Union of Palestinian Minorities and Activities di Eropa, Amerika Latin dan Australia. Rakyat Palestina yang ada di luar negeri harus bisa memberikan pengaruh, kreatif dan memiliki energi yang besar untuk menyuarakan kepentingan Palestina dan rakyat Palestina. (ln/aljz)