Publik di Indonesia ternyata tidak perlu kehilangan dengan ketidakhadiran Syaikh Usamah Hamdan, kepala biro Hamas di Lebanon dan Syiria. Karena penggantinya ternyata lebih senior dari beliau. Dialah DR. Musthafa Ahmad Al Qonoo, penasihat Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniya.
DR. Musthafa Ahmad Al Qonoo dikenal sebagai salah satu tokoh penting di jajaran Hamas. Track record-nya dalam berjuang membela Islam demi pemebebasan Tanah Palestina membuatnya sosok yang disegani oleh PM. Palestina saat ini, Ismail Haniya. Ia pun pernah dipenjara bersama Ismail Haniya. Tak ayal Ismail Haniya menaruh cinta padanya dan mengamanahkan DR. Musthafa Ahmad Al Qonoo menjadi penasehat petinggi Hamas tersebut.
Tampil dengan nada berapi-api saat mengisi acara Seminar Internasional Palestina, ia menilai bahwa kehinaan yang menimpa umat Islam saat ini terjadi karena umat Islam mencampakkan Islam itu sendiri.
“Kita patut berbangga dengan Al qur’an dan Al Islam. Dan umat Islam menjadi mulia dan terhormat saat kekhilafahan khulafaur Rasyidin adalah juga karena Islam. Maka, ketika kebanggaan dan slogan kita berganti, bukan lagi Islam, maka yang terjadi adalah kelemahan dan kehinaan.”
Ia juga meminta umat Islam untuk berkaca kepada sejarah. Karena Sejarah Palestina adalah Sejarah Islam. “Sejarah mencatat bahwa Kakek Nabi Hasyim Abdu Manaf, yang meninggal dan dimakamkan di Jalur Gaza. Sehingga, Gaza juga dikenal dengan Gaza Hasyim.’ Tuturnya.
Namun wajah garangnya saat mengisi seminar berubah lembut saat Eramuslim.com mencoba memperkenalkan diri. Beliau pun dengan ramah melayani silaturahim kami. Satu jam kami berdiskusi, maka mulailah muncul guratan dan nada optimisme terhadap nasib Palestina di masa mendatang.
Lantas bagaimanakah pandangan beliau terhadap Rekonsiliasi Hamas dan Fatah? Bukankah Mahmoud Abbas menolak diajak dialog? Apa saja saran beliau kepada Ismail Haniya?Lantas bagaimana pandangan beliau terhadap demokrasi yang dijalani Hamas. Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana pandangan beliau, wartawan kami, Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi, mencoba melakukan wawancara dengan beliau secara lebih jauh, sesaat secara mengisi Seminar Al Aqsa Working Group, Sabtu 23/7. Berikut petikan adalah wawancara kami yang akan kami muat dalam dua seri.
Sejauh mana dukungan Internasional terhadap Kemerdekaan Palestina?
Tidak diragukan lagi bahwa dunia Islam sudah melaksanakan kewajiban mereka dalam sebagian hal tersebut (dukungan terhadap Kemerdekaan, red.). Demikian juga negara-negara merdeka yang lain walau mereka bukan Negara Islam. Adapun negara-negara poros kejahatan di Barat, seperti Amerika, maka mereka mendukung Israel. Oleh karena itu kami mengharapkan, dukungan dari semua pihak untuk siap mendukung Palestina, karena Palestina adalah negeri yang dizhalimi.
Mesir menjadi fasilitator Rekonsiliasi antara HAMAS dan Fatah. Mesir pun digadang-gadang akan menjadi kekuatan baru di Timur Tengah pasca Revolusi. Lalu, apa harapan anda terhadap Mesir?
Dari tanah Mesir pernah muncul orang-orang yang menaklukan dan memenangkan beberapa peperangan, seperti katakanlah Shalahuddin Al Ayyubi. Dan beberapa kelompok muslimin dari Mesir berperang bersama-sama rakyat Palestina. Demikian juga tentara Mesir berperang bersama rakyat Palestina. Oleh karena itu, harapan kami kepada Mesir, yaitu mereka bisa terus selalu bersama-sama dengan kami.
Kami mengharapkan mereka bisa memutuskan embargo Israel, memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel, menutup kantor Diplomatik Israel, dan menarik dubes mereka dari Israel. Dan kembali kepada kesepakatan camp David yang dikhianati itu.
Kami berharap mereka tetap mendukung rakyat Palestina. Membuka perbatasan untuk rakyat Palestina di Gaza. Penyebrangan Rafah pun tetap terbuka untuk lalu-lalang manusia beserta jalur perdaganagan. Dengan demikian, hubungan itu hanya ada antara Palestina dengan Mesir, dan tidak ada intervensi sedikitpun dengan Israel. Karena rakyat Mesir sebenarnya menentang kebijakan Camp David.
Bagaimana kondisi Gaza setelah Rezim Mubarok runtuh? Kita ketahui Mubarok adalah aktor yang menutup akses warga Palestina ke Mesir.
Alhamdulillah rezim Husni Mubarok yang thoghut itu telah runtuh. Kaum muslim dan dunia Islam akan lebih baik tanpa kehadiran Husni Mubarok. Dan demikian juga jalur Gaza menjadi lebih baik tanpa adanya Husni Mubarok. Dan ada perbaikan sikap dan posisi Mesir setelah runtuhnya Husni Mubarok. Tetapi belum pada level yang dikehendaki.
Tetapi kita memaklumi revolusi tersebut karena memang kondisinya belum memungkinkan. Mereka pun mendapat tekanan yang sangat berat dari pihak Amerika, Zionis, dan juga Negara Barat. Namun kami menghargai upaya mereka untuk berbuat baik kepada kami. Tapi mereka mengatakan kepada kami, ‘bersabarlah kalian’.
Setelah terpilihnya Presiden dan Parlemen yang baru, insya Allah keadaannya menjadi lebih baik. Karena kami sangat bersabar terhadap Mubarok dan kezalimman yang cukup lama ia lakukan terhadap kami. Dan kami juga bersabar dengan revolusi ini, karena yang memainkan revolusi ini juga tidak banyak. Namun Israel mengatakan bahwa setelah runtuhnya Rezim Husni Mubarok, kami kehilangan sekutu terbesar dalam diri kami. Dan Insya Allah, ini merupakan awal keruntuhan Israel, sebab Mesir-lah yang selama ini melindungi dan mendukung Israel.
Hamas ingin bersatu dengan Fatah, tapi Mahmoud Abbas sendiri menolak diajak dialog. Apakah Hamas masih berharap melakukan rekonsiliasi dengan Fatah?
Mahmoud Abbas adalah orang yang patuhnya kepada Israel dan dia selalu berada di pihak Israel. Oleh karena itu, Abbas tidak pernah mau bertemu dengan Hamas dan tidak suka dengan Hamas. Abbas berprinsip ‘musuh kawanku adalah musuhku.’ Karena Hamas adalah musuh Israel, maka Hamas adalah musuh bagi Abbas.
Tapi dengan rekonsiliasi tersebut, kami ingin memperbaiki sikap Fatah. Dengan harapan, Fatah akan kembali sedikit demi sedikit ke jalan yang benar. Dan mudah-mudahan harapan kami bisa memberikan rasa nyaman kepada bangsa kami dan kawan-kawan kami. Dan itu sedikit mengurangi, sikap menolak jabatan dalam diri mereka.
Menurut Anda, Fatah sendiri berharap bersekonsisliasi dengan Hamas?
Sebagian mereka menginginkan rekonsiliasi ini, karena Fatah adalah kelompok yang tidak terorganisir. Fatah itu hanya sekedar keluarga dan suku saja. Oleh karena itu, banyak sekali sikap-sikap dan persepsi yang berbeda dalam diri mereka. Ada yang mulia dan terhormat. Ada dari mereka yang mau kita gandeng, namun ada sebagian lain tidak berarti dan kita biarkan saja.
Mereka memiliki kepentingan khusus dengan rekonsilasi ini. Mereka memiliki hubungan dengan musuh, yaitu Israel. Mereka pun memiliki koordinasi dengan Israel. Dan kepentingan mereka sebenarnya bersama dengan Israel. Bahkan rekonsiliasi ini hanya menjadi sarana untuk membocorkan suatu hal kepada Israel, dan itu tidak ada manfaatnya bagi kami.
Anda dikenal sebagai Penasehat Ismail Haniya. Biasanya, apa saja yang dikonsultasikan Ismail Haniya kepada Anda?
Pertama beliau adalah sahabat saya dalam mendakwahkan Islam, termasuk ketika di dalam penjara. Ia menghormati dan mencintai saya, demikian juga saya menghormati dan mencintainya. Dan dia sangat setia kepada rekan-rekannya. Oleh karena itu, saya menjadi penasehat beliau. Saya memberikan pandangan-pandangan saya pada setiap isu yang dimunculkan. Dan watak yang dimilikinya tidak keras kepala, tidak berpegang pada pendapat sendiri dan setia meminta pendapat dari kawan-kawannya.
Kami sering mewakili beliau pada hal-hal tertentu yang dia tidak bisa berangkat, seperti misalnya pada seminar hari ini dan di tempat-tempat lainnya. Sering kali kami duduk bersama beliau berdikusi dan berbicang-bincang mengenai beberapa hal.
Para Petinggi Hamas dicari untuk dibunuh oleh Mossad. Anda sendiri tidak takut pergi ke Indonesia?
Israel itu memang makhluk jahat. Mereka orang Yahudi telah membunuh para nabi. Dan tidak aneh orang Yahudi melakukan apa saja yang mereka kehendaki. Mereka telah membunuh banyak sekali para pemimpn Hamas. Katakanlah Syekh Ahmad Yassin, DR. Abdul Aziz Rantisi, dan Musthtofa Saleh, (Salah Mustafa Muhammad Shehade, mantan pemimpin Brigade Izzudin Al Qasam, red.)
Saya sendiri tidak takut dengan mereka. Kalau kita takut, kita tidak akan bisa bekerja. Walau sebenarnya kita bukan militer, jadi resiko untuk dibunuh lebih ringan, dan relatif tidak ada. Dan kalaupun saya tebunuh, maka itu adalah mati syahid dan anugerah dari Allah, semuanya adalah kehendak Allah. Hanya ada dua kemungkinan baik bagi kita: apakah kita meraih kemenangan atau kita syahid di jalan Allah. Mudah-mudahan Alllah memberikan saya syahid, di usia saya yang sudah akhir ini seperti Syekh Ahmad Yassin.
Beliau tidak meninggal karena sakit yang panjang, tapi Allah mengkehendaki syahid kepada Syekh Ahmad Yassin. Dan ini adalah hal yang senantiasa diidam-didamkan oleh orang Islam. (pz/bersambung)