Pada hari Sabtu yang lalu (2/5/2009) eramuslim berkesempatan menghadiri sebuah seminar tentang kajian mengenai Syiah di Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru jakarta Selatan.
Banyak hal yang bisa di dapat dari kajian tersebut, dan selesai acara di tangga masjid Al-Azhar, eramuslim berkesempatan mewawancarai secara singkat pembicara utama dalam kajian tersebut yaitu Ustadz Farid Okbah, MA. Ustadz ini sangat terkenal dengan ketegasannya berkaitan dengan persoalan Aqidah.
Berikut wawancara singkat tersebut :
Bagaimana perkembangan Syiah di Indonesia saat ini?
Sangat mengkhawatirkan.
Apakah mereka sudah berani terang-terangan atau masih sembunyi-sembunyi?
Oh sudah berani, sudah terang-terangan mereka sekarang, kata Jalaluddin Rahmat (Kang Jalal) ketika Gusdur belum menjadi presiden, kita membawa Syiah itu seperti perempuan yang sedang hamil, ketika Gusdur sudah menjadi presiden maka dikeluarkanlah ijin resmi organisasi IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) oleh departemen dalam negeri di masa pemerintahan Gusdur.
Dalam pernyataan-pernyataannya IJABI tidak pernah secara terang-terangan menyebut diri atau mengklaim bahwa mereka adalah Syiah?
Iyalah, kalau mereka menyebut diri mereka terang-terangan adalah Syiah maka semua orang akan berlari, begitulah cara mereka, tapi itu pengakuan langsung jadi mereka melakukan Taqiyyah, tidak usah lembaga yang mereka gunakan untuk menarik orang menjadi Syiah. Coba antum lihat saja ICC itu (Islamic Cultural Center – di warung buncit Jaksel. red) tidak terang-terangan mereka mengatakan ke umum bahwa mereka Syiah tetapi dikalangan mereka jelas mereka akan terang-terangan. Makanya saya bilang mereka itu bermuka dua, di depan kita lain, di depan kalangan mereka lain lagi, seperti orang munafik
Bagaimana pergerakan mereka ke kalangan mahasiswa?
Di Depok, mereka bikin Madinatul Ilm yang mungkin khusus untuk menampung anak-anak muda dan mahasiswa UI dan juga dikampus-kampus lain. Kenapa mahasiswa? karena mereka anak-anak muda sangat potensial semangat tinggi tapi ilmu agama kosong.
Mereka sering melakukan pendekatan hati seperti cerita kisah-kisah sedih Karbala, sekarang mereka punya tokoh Ahmadinejad seperti Cheguevara-nya untuk timur tengah, bagaimana tanggapan Ustadz?
itulah secara politik mereka pandai mengemasnya namun kita tidak, makanya kita berbicara persoalan agama bukan politik. Kalau dikatakan Ahmadinejad pemberani, coba lihat apa yang dia perbuat dalam menghadapi Israel? Sekarang Iran bekerjasama dengan Amerika Serikat untuk memerangi Taliban, kenapa Taliban? karena Taliban adalah Ahlus Sunnah.
Bagaimana pandangan ustadz dengan Quraisy Syihab, apakah dia Syiah tulen?
Minimal membela Syiah secara terang-terangan kalau Othman Syihab itu Syiah tulen terang-terangan.
Anak muda Islam butuh tokoh, pada saat ini muncul Ahmadinejad atau Hassan Nasrullah yang berani bersikap, itu bagaimana Ustadz?
Makanya Islam tidak pernah menganjurkan figuritas kecuali kepada Rasulullah, karena bisa jadi yang kita figurkan itu banyak kesalahan.
Bagaimana cara mengantisipasi ajaran Syiah?
Ini harus ada gerakan menyeluruh, antara ulama, penguasa, tokoh-tokoh masyarakat dan mereka yang punya peduli atas terhadap gerakan Syiah yang membahayakan ini, karena kalau tidak mereka akan seperti di Yaman, mereka berkembang dan akhirnya mempunyai kekuatan bersenjata dan itu mereka akan melawan dengan kekuatan, karena itu mereka sudah ada indikasi di Indonesia melatih pemuda-pemuda dengan pelatihan militer, antum bisa baca di tabloid intelijen ada wawancara langsung dengan salah seorang tokoh pemuda Syiah yang membikin pelatihan militer di gunung, apa maknanya itu?
Jadi slogan Laa Syarqiyyah Wa Laa Gharbiyyah itu bohong?
Benar, lebih tepat mereka itu bukan revolusi Islam tetapi revolusi Syiah Iran.
(fq/eramuslim)