Anggota Komisi I DPR Fraksi PKS Untung Wahono menegaskan ada tiga kelompok yang mempunyai kemungkinan bisa pergi atau mengadakan kunjungan ke Israel, pertama adalah orang yang tidak peduli akan ketiadaan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel, kelompok kedua adalah mereka yang terlibat dalan organisasi internasional yang di dalamnya Israel menjadi anggotanya, dan kelompok ketiga adalah kelompok simpatisan atau yang mempunyai loyalitas terhadap ideologi kapitalis imperialisme.
Bagaimana pandangan anda melihat langkah yang diambil oleh KADIN berkunjung ke Israel untuk membuka kerjasama dengan Israel, sementara Departemen Luar Negeri dan kelompok masyarakat mengecam segala bentuk agresi yang dilancarkan Israel terhadap Palestina?
Ada tiga kelompok yang bisa pergi ke sana, pertama adalah orang-orang yang tidak menyadari atau tidak peduli akan implikasi ketiadaan hubungan diplomatik dengan Israel, mereka umumnya tidak memahami bahwa tidak adanya hubungan itu artinya, adalah ketiadaan pengakuan Indonesia terhadap eksistensi Israel secara menyeluruh, atau mereka memang bodoh tidak mau memahami dan mencoba mengerti dampaknya, dengan mudah mereka pergi ke sana tanpa urusan apa-apa, disangkanya seperti plesir saja, tanpa mengatahui resiko-resiko politik yang ada setelah itu.
Kelompok kedua adalah mereka yang terlibat dalam organisasi internasional, yang di dalamnya Israel juga menjadi anggotanya sehingga ketika ada pertemuan yang digelar di sana, mereka kemudian bisa berangkat ke Israel, untuk model kelompok yang kedua ini saya dengar sendiri Menteri Luar Negeri ketika bicara di depan Komisi I (3/7/06) beberapa waktu lalu, tidak akan merekomendasikan kepergian Tim Tennis Indonesia untuk bertanding di Israel, karena betapapun ada keterikatan dalam bidang organisasi internasional bidang olahraga, Indonesia memahami kondisi yang terjadi di Palestina saat ini. Tidak layak untuk pergi ke Israel terhadap sebagai penghormatan atas penderitaan Palestina, selain itu juga untuk menjaga keselamatan mereka secara fisik dan politis di dalam maupun di luar negeri, sehingga wajar jika Menlu merekomendasikan untuk tidak ke sana.
Bagaimana dengan kelompok yang ketiga di mana posisi mereka?
Kelompok ketiga ini adalah kelompok-kelompok simpatisan atau loyalis ideologis kapitalis imperialis di Indonesia, yang dalam beberapa tahun terakhir ini sering dibujuk-bujuk untuk datang ke Israel secara diam-diam, mereka di sana diberikan iming-iming akan diberi kemudahan, fasilitas. Intinya mereka akan berusaha memperluas dukungan bagi pembukaan hubungan diplomatik Indonesia- Israel, mereka ini dari elemen masyarakat sendiri.
Menurut anda anggota KADIN yang berangkat ini termasuk kelompok mana?
Ya saya tidak tahu, ini masuk kelompok yang mana, ada kemungkinan bisa saja ini antara kelompok pertama atau yang ketiga, kelompok pertama tadi yaitu mereka yang bodoh, yang tidak tahu implikasi ketiadaan hubungan dengan Israel, atau bisa juga kelompok ketiga yaitu mereka yang simpati terhadap ideologi kapitalis imperialis yang ada di Indonesia, memang saya pernah mendengar sudah beberapa pihak diundang ke sana, ada yang menerima hadiah ini itu.
KADIN mencoba mencari dukungan ekonomi ke Israel, ini berbahayakah bagi imej Indonesia?
Saya rasa mereka itu sudah menjadikan dagang sebagai panglima, sehingga mengabaikan politik luar negeri di Indonesia yang sudah kokoh berdasarkan UUD 45. Saya sangat prihatin akan kejadian ini, sebab kalau sudah masalah politik tidak dapat diukur dengan uang, saya juga tidak melihat urgensinya perdagangan antara Indonesia-Israel itu.
Apa pemerintah kita sudah kecolongan, pasalnya Deplu sendiri tidak mengetahuinya?
Bagaimanapun ini usaha Israel untuk membangun basis atau simpatisan ideologi kapitalis imperialis yang ada di Indonesia dalam rangka memperkuat bargaining position dari Israel, nanti kan mereka bisa mendesak pemerintah supaya membuka hubungan diplomatik dengan Israel, arahnya ke sana, tetapi yang jelas itu upaya yang sudah sering dilakukan terhdap beberapa pihak di Indonesia yang mempunyai pikiran yang sejalan dengan Israel.
Deplu tidak tahu menahu, bahkan menganggap ini sah-sah saja, jika dilakukan people to people, apakah ini menunjukan diplomasi kita mulai lemah?
Saya kira itu kewajiban Deplu memperhatikan warga Negara Indonesia yang tindak tanduknya dapat berimplikasi terhadap politik di Indonesia, Saya khawatir ulah-ulah orang seperti itu bisa berimplikasi bukan saja menyangkut politik luar negeri juga yang di dalam negeri, ini akan membuat Indonesia mengalamai kesulitan juga. Kita tahu implikasi politik luar negeri sangat berhubungan dengan globalisasi, mereka harus memikirkan itu. Ini juga dapat meningkatkan aksi radikalisme dari jaringan internasional yang memang melakukan perlawanan terhadap Israel kepada sekutu-sekutunya, itu bisa memancing kekhawatiran, padahal pemerintah sudah tepat kebijakan politik luar negerinya.
Apakah kunjungan KADIN ke Israel dapat memandulkan dukungan kita terhadap Palestina?
Secara garis besar tidak, tetapi ini akan menjadi bibit yang tidak baik, yang bisa membuat masalah ke depannya, sudah menjadi tanggung jawab pemerintah untuk meluruskan kebijakan politik luar negerinya, Departemen Luar Negeri yang lebih tahu masalah ini. Dalam pertemuan di DPR, pemerintah jelas sekali akan meninjau kebijakan kelompok nomor dua itu, dengan menyesuaikan situasi dan kondisi.
Sebagai anggota DPR, menurut anda apa KADIN perlu membatalkan kesepakatan yang sudah dibangun ini?
Kesepakatan apa, toh kita kan tidak punya hubungan bilateral dengan Israel, kalau KADIN merasa bagian dari Indonesia seharusnya tidak seperti itu, saya kira mereka perlu memikirkan implikasinya ke depan. (novel)