Kita tahu, bahwa Barat kerap mengkritik bagaimana Quran memosisikan kaum perempuan. Menurut Anda sendiri bagaiman Quran memosisikan kaum perempuan?
Pertama sekali, penting dipahami bahwa laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama di mata Tuhan. Laki-laki dan perempuan sama-sama bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri. Seorang perempuan bisa masuk neraka sama gampangnya dengan seorang lelaki. Seorang perempuan juga bisa masuk surga sama mudahnya dengan seorang laki-laki. Ini adalah ajaran agama yang mengagumkan tentang persamaan kedudukan antar kaum lelaki dan perempuan.
Tapi ada perbedaan sosial dalam Quran, dan Barat tidak suka itu. Perbedaan itu terkait aspek fisik dan beban tanggung jawab antar lelaki dan perempuan. Saya pernah bertemu dengan seorang imam yang mengatakan bahwa adalah tanggung jawab suami untuk memastikan bahwa kebutuhan keluarganya terpenuhi, dan adalah tanggung jawab seorang istri untuk membesarkan dan mendidik anak-anak serta mengatur kehidupan dalam keluarga. Jika seorang perempuan punya kepentingan ke luar rumah, maka ia harus bernegosiasi mendapatkan izin dari suaminya. Jadi, tetap ada negosiasi dalam sebuah ikatan perkawinan.
Lalu bagaimana pendapat Anda soal ayat-ayat dalam Quran yang berkaitan dengan jihad?
Ada banyak penafsiran yang berbeda tentang jihad dalam Islam. Ini berkaitan dengan konteks sejarah. Tapi saya pikir, penting bagi kita untuk mengetahui akar kata “jihad” yang artinya “pengerahan tenaga” atau “perjuangan”. Dalam Quran, masalah jihad disebut sekitar 35 atau 36 kali dan hanya 5 diantaranya yang berhubungan dengan kemiliteran.
Tradisi Islam dan Quran juga mengajarkan untuk memperlakukan para tawanan dengan baik. Anda tidak perlu menggunakan bom napalm terhadap orang yang hanya menggunakan pistol. Islam dan Quran juga mengajarkan untuk mencintai lingkungan hidup, Anda tidak boleh merusak, Anda tidak boleh menganiaya musuh yang sudah menyerah atau ketika ada kesepakatan gencatan senjata.