Pengusaha Muslim Malaysia Tan Sri Dato Muhammad Haji Ali Hasjim mengatakan bahwa semua negara-negara Islam di dunia kenyataannya pada saat ini telah mengadopsi dan menerapkan sistem kapitalisme dalam kegiatan perekonomian seperti yang dianut oleh negara-negara Barat, melihat kenyataan itu sebenarnya Negara Islam tidak boleh mengikuti seratus persen apa yang telah diterapkan di negara Barat, walaupun pada hakikatnya Islam tidak pernah melarangnya.
Menurutnya sistem kapitalisme yang diterapkan oleh negara Barat jelas-jelas telah menyebabkan munculnya penindasan dan ketidakadilan dalam sistem ekonomi, kalau Negara Islam menerapkannya tanpa memilah-milah. Kapitalisme harus disesuaikan ajaran-ajaran Islam dengan menerapkan bisnis sebagai salah satu cabang jihad, sehingga walaupun kita berbisnis tetapi hasilnya tidak menimbulkan dampak negatif tetapi berguna untuk kemaslahatan umat Islam. Berikut petikan bincang-bincang eramuslim dengan Tan Sri Dato Muhammad Haji Ali Hasjim, penulis buku Bisnis Satu Cabang Jihad dan Presiden Direktur Johor Corperation Malaysia.
Sebenarnya apa konsep anda tentang bisnis dikaitkan dengan jihad?
Pada umumnya di negara-negara Islam termasuk di Malaysia pertumbuhan ekonominya masih sangat rendah dibanding negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya non muslim, bahkan penindasan ekonomi terhadap umat Islam kerap kali terjadi. Saya rasa jihad melalui peperangan bukan jalan yang terbaik untuk menghadapi penindasan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara Barat. Karena itu, umat Islam harus menyusun strategi bejihad melalui penguasaan dibidang ekonomi. Seperti diketahui ajaran Islam menyatakan bahwa 90 persen rezeki berasal dari proses berdagang atau didapat lewat jalan berbisnis, namun masih sedikit umat Islam yang melibatkan diri dalam bisnis, padahal potensi mereka sangat besar.
Bagaimana seharusnya konsep jihad diterapkan dalam berbisnis?
Sangat jelas Al-Quran menyebutkan Jihaddan Qabiiran atau jihad yang paling besar yaitu menahan hawa nafsu, sehingga diri kita menjadi lebih baik dari semua sisi kehidupan termasuk perbaikan kehidupan ekonomi. Mengapa kita tidak memilih itu sebagai jalan keluar permasalahan besar yang terjadi pada umat Islam, sebab jihad melalui peperangan bukanlah jalan keluar, karena kemampuan umat Islam belum sebanding dengan negara Barat, sehingga umat Islam harus mencoba memfokuskan jihad dalam bidang ekonomi melalui pengembangan bisnis.
Pengusaha muslim di negara Islam apakah masih kalah banyak dibandingkan pengusaha non muslim?
Saya kira jumlah pengusaha muslim di negara-negara Islam jumlahnya masih sangat sedikit, hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain karena persepsi dan pemikiran yang salah dalam memandang kehidupan dunia bisnis. Seperti di Malaysia, keadaan ini juga didukung oleh para tokoh agama yang memberikan penilaian negatif terhadap bidang bisnis, karena mereka menilai bisnis hanya menyangkut urusan keduniaan, suatu cara untuk mengejar materi dan kekayaan. Persepsi yang sempit ini sebaiknya diluruskan sehingga umat Islam dapat diberikan dorongan motivasi untuk berkecimpung dalam dunia bisnis.
Berarti harus ada upaya keras untuk merubah persepsi yang salah itu?
Ya, tidak ada pilihan lain, sebab saya perhatikan di Malaysia sampai saat ini belum banyak umat Islam yang ingin melibatkan diri ke dalam dunia bisnis atau perdagangan. Mungkin karena persepsi mereka yang menganggap bisnis itu hal yang kotor dan sumber dari segala kerusakan dan kejahatan di dunia seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
Selain persepsi yang salah, apalagi yang menjadi kendala pengusaha muslim di Negara Islam?
Faktor lain yang mempengaruhi segi jumlah adalah faktor latar belakang sejarah dan budaya, sebut saja bangsa Cina jauh lebih maju kehidupan perekonomiannya baik yang berada di Indonesia maupun di Malaysia, ini dikarenakan sistem budaya mereka mendukung kesempatan untuk memajukan usaha bisnis. Saya mengamati orang Cina yang merantau ke negara lain tidak pernah meminta bantuan dari pemerintahan negara tempat mereka tinggal, mereka pada umumnya mencoba mandiri untuk mencapai tujuan hidup, jiwa bisnis mereka sangat tinggi. Sedang budaya Indonesia dan Malaysia umumnya mengandalkan pola hidup bertani, dengan mereka terbiasa dengan kehidupan yang stabil, ini salah satu faktor mereka malas belajar berbisnis.
Bagaimana memotivasi agar pengusaha muslim dapat mempunyai kemauan berbisnis, meraih kesuksesan dan dapat meyelaraskannya dengan ajaran Islam?
Saya kira kita dapat mengubah segala persepsi yang buruk dulu tentang hakikat bisnis, dan merubah pandangan bahwa kita perlu terus berjihad di jalan Allah, "senjata tradisional kita sanggup berhadapan dengan musuh yang mempunyai senjata lebih canggih", dan tahapan keimanan yang tinggi seperti ini dapat sejalan dengan semangat juang, sehingga kita merubah persepsi bahwa jihad bisa dilakukan dengan cara lain yaitu dibidang bisnis. Sedangkan untuk meraih kesuksesan dalan usahanya, umat Islam harus melihat contoh-contoh penerapan bisnis yang ideal yakni dengan menyeimbangkan bisnis dan ajaran Islam, ini yang sekarang sedang saya perjuangkan melalui Dewan Perdagangan Islam Malaysia dan Johor Coorporation, pengusaha yang memiliki cita-cita tinggi menjalankan roda bisnisnya atas dasar ajaran Islam, sehingga dalam pelaksanaannya bisnis dijadikan instrumen dakwah, hal ini juga dicontohkan oleh Rasulullah yang mengajarkan bahwa umat Islam harus menjadi pebisnis yang handal.
Berarti ada kesejajaran antara ibadah melalui dakwah dengan perjuangan bisnis?
Ya, tetapi sayangnya saat ini tidak banyak yang mengambil kesempatan beribadah beramal shaleh melalui bisnis, seolah-olah jika ingin beribadah dan beramal cuma ke masjid, bukan berarti ke Masjid itu tidak berguna, tetapi semuanya harus berjalan seimbang.
Sejauh mana anda melibatkan konsep ajaran Islam di dalam bisnis?
Bagi umat Islam 100% harus menerapkan ajaran agamanya ke dalam setiap bidang kehidupan termasuk dalam kehidupan berbisnis. Setiap orang yang sudah mempunyai ambisi berbisnis tidak boleh kompromi jika ajaran agama mengharamkan sesuatu hal dalam penerapan usahanya, bahkan pada keadaan tertentu para pengusaha dituntut mensucikan harta hasil usahanya melalui zakat.
Apa yang menjadi tantangan pengusaha muslim ke depan?
Tantangan yang paling besar yang akan dihadapi oleh pengusaha muslim baik di Indonesia dan Malaysia adalah persaingan dengan perusahaan-perusahaan besar milik negara Barat, sebab pengusaha muslim masih jadi pemain pemula di dalam dunia bisnis dan landasannya pun belum kuat dibandingkan negara barat yang sudah jauh kedepan. Namun sebaiknya pengusaha muslim jangan terpaku pada hal itu tetapi berusaha mencari strategi baru untuk menyaingi pengusaha non muslim. Saya mencontohkan usaha produk makanan halal yang dikeluarkan oleh perusahaan besar seperti Nestle, kenapa kita tidak mencoba menggunakan strategi bisnis mereka. Memang sangat sulit untuk menyaingi mereka, meskipun begitu harus bangkit melalui cara lain misalnya dengan menyatukan pengusaha muslim diberbagai Negara-negara Islam melalui jaringan kerjasama.
Selama ini apakah jaringan keterikatan antara sesama pengusaha muslim apakah sudah ada?
Ya sudah ada, tetapi belum mantap, karena mereka belum mempunyai kesadaran yang tinggi dalam hal berbisnis serta belum mempunyai semangat membela kepentingan umat Islam secara bersama-sama.
Pandangan anda terhadap pengusaha muslim di Indonesia?
Saya melihat jumlah pengusaha muslim di Indonesia makin bertambah jumlahnya, namun jumlah yang banyak tersebut harus didukung oleh jaringan atau organisasi yang kuat, sehingga perusahaan besar tidak menjajah pengusaha muslim melalui penguasaan pasar. Menurut saya Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar karena jumlah penduduknya banya dan saat ini kehidupan politiknya relative stabil, walaupun secara umum semua usaha bisnis saat ini sangat terpengaruh dengan tinggi harga minyak dunia.
Apakah tulisan anda pada buku berjudul "Bisnis, Salah Satu Cabang Jihad" juga untuk memperbaiki image umat Islam yang selalu tersudutkan dengan kata jihad?
Ya, memang selain tujuan untuk mendorong pengusaha muslim giat berbisnis, saya rasa kita tidak boleh berdiam diri menghadapi kondisi terdesak, di mana umat Islam sudah terpojok dengan makna jihad yang salah, dan sudah saatnya kita terlibat dalam dunia bisnis dan melepaskan diri dari penindasan dan kedzaliman, sehingga umat Islam tidak lagi dipandang rendah. Dengan menerapkan bisnis sebagai salah satu cara berjihad, Insya Allah perekonomian di negara-negara Isalam akan masuk ke dalam arus utama ekonomi global. (novel/ln)