Syaikh Aidh Abdullah Al-Qarni, namanya sudah lekat di hati penikmat buku Islam di tanah air. Ia adalah penulis buku best seller "Laa Tahzan." Selain dikenal aktif menulis buku-buku yang mendapat sambutan luas di berbagai negara dunia, Al-Qarni juga tokoh yang dikenal memiliki pandangan moderat. Ia mengikuti perkembangan dunia Islam dalam berbagai dinamikanya. Beberapa waktu lalu, wartawan majalah Al-Mujtama’ terbitan Kuwait, mewawancarainya tentang banyak masalah termasuk masalah krisis di Irak dan Palestina. Berikut petikannya:
Ada issu bahwa belakangan Anda menghindar dari medan dakwah. Sebenarnya apa yang terjadi?
Saya memerlukan beberapa waktu untuk menata kembali bahan-bahan saya dan menenangkan diri sejenak dengan kembali ke perpustakaan saya. Sebenarnya, saya tidak meninggalkan dakwah karena dakwah merupakan kewajiban syariat yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang Muslim. Dan dakwah juga termasuk dari ibadah. Duduk di rumah tidak berarti meninggalkan atau menjauhi dakwah karena seseorang bisa melakukan dakwah melalui penulisan buku, komunikasi, atau dengan pergi ke masjid. Media massa mungkin salah paham dengan ungkapan saya. Kemudian muncul anggapan bahwa saya mengisolir diri dari dakwah. Barangkali bisa dikatakan bahwa fase ini merupakan fase istirahat bagi saya untuk tidak tampil ke permukaan. Alhamdulillah, setelah beberapa bulan kini saya sudah kembali beraktifitas sebagaimana sebelumnya, mengisi ceramah, seminar dan lainnya.
Apa pendapat Anda tentang kelompok sekuler dan ekstrim yang memainkan peran besar dalam upaya mengisolir Anda?
Di masyarakat kita ini terdapat kelompok orang yang jauh dari sikap moderat. Kelompok yang memberatkan agama sebagaimana jenis kelompok Al-Khawarij. Ini yang dialami sejumlah da’i dan penuntut ilmu lalu mereka dituduh sebagai sebab kemunculan teroris. Mereka kemudian berhadapan dengan kelompok lainnya yang mengkafirkan serta menganggap kami sebagai ulama penguasa. Mereka tidak mau berdialog dan diluruskan. Tentu saja arus moderat ini tidak disukai oleh kedua kelompok itu. Kemudian muncullah cacian, makian, cercaan yang menyakitkan orang lain betapapun kedudukan orang tersebut.
Bagaimana Anda memandang umat Islam saat ini?
Kondisi umat Islam sekarang dalam kondisi lemah baik dalam aspek politik, ilmu pengetahuan, ekonomi maupun militer. Ini realitas yang sudah diketahui. Jika kita mengakui kerancuan dan kelemahan, kita akan bisa memperoleh jalan keluar dan obatnya. Saya bukan tipe orang yang menyerah dengan keadaan lalu menutup harapan. Kami katakan kepada mereka: Tidak, masih ada harapan insya Allah dan masa depan tetap milik kaum Muslimin sebagaimana Allah swt firmankan kepada kita. Akan tetapi kapan kita bisa tulus bersama Allah? Kapan kita membina diri kita untuk tetap berada dalam kebenaran?
Umat Islam hari ini membutuhkan persatuan Islam untuk menghimpun seluruh negara dari Timur dan Barat. Kita juga menghendaki jerih payah para da’i dan ulama untuk mengajarkan agama yang benar pada masyarakat sehingga mereka mengerti tanpa ada kecenderungan ekstrim. Kita juga membutuhkan diterapkannya hukum Allah dari pihak penguasa. Umar bin Khattab memperoleh kemenangan di atas umat yang lain karena bertahkim kepada syariat Allah swt.
Kondisi kita hari ini lebih baik dari sepuluh tahun lalu. Sekarang ada fenomena masyarakat kembali kepada agama juga dengan adanya ulama besar seperti Yusuf Qardhawi. Sekarang kondisinya sudah berubah dari nasionalisme Arab pada forum-forum penyadaran dan para ulama kini sudah banyak didukung berbagai sarana dan prasarana informasi seperti internet dan pemancar televisi. Ini semua membuat kita optimis memandang masa depan. Kita hanya memerlukan beberapa waktu saja agar umat ini berjaya kembali seperti para pendahulunya.
Sekarang Irak tengah dicabik-cabik oleh perang saudara yang berbasis sekte, apa pandangan Anda tentang hal ini?
Bangsa Irak adalah bangsa mulia. Irak adalah sumber peradaban masa lalu dan wilayah berdirinya khilafah Abbasiyah serta rahim kelahiran para ulama besar. Maka kami katakan kepada rakyat Irak: Wahai para ahli berpikir dan ahli ilmu. Bersatulah di bawah kalimat Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah. Wahai rakyat Irak, Sunni maupun Syiah. Takutlah kepada Allah swt dalam hal pertumpahan darah, dalam pembunuhan. Saya mengkhawatirkan kondisi Irak saat ini karena mereka kini seperti berada di tepi jurang yang dalam akibat perang saudara. Jika itu terjadi akan muncul musibah besar dan penjajah AS di Irak akan terlupakan. Saya katakan kepada rakyat Irak: Takutlah kepada Allah wahai rakyat Irak. Kami berdoa kepada Allah agar menghindarkan Irak dari perang saudara dan perpecahan.
Bagaimana Anda memandang kemenangan Hamas di Palestina yang kini menghadapi tantangan berat dari berbagai penjuru dunia? Apa kewajiban umat Islam terhadap masalah ini?
Saya bergembira Hamas memimpin Palestina. Saya bersyukur karena mereka adalah para da’i, para pemikir, yang mengerti, tangan dan hati mereka bersih. Mereka juga mendapat kepercayaan rakyat Palestina. Langkah-langkah yang dilakukan Hamas adalah langkah-langkah yang telah dikaji dan muncul dari pemahaman yang dalam dari kader-kader, mereka para politisi dan pemikir. Jika pemahaman ini sudah didapat selebihnya adalah kesuksesan insya Allah. Kita lihat sampai saat ini seluruh sepakterjang Hamas selalu muncul dari syuro organisasi mereka. Karena itulah nyaris tak ada kekisruhan dan kekacauan sehingga memunculkan ketakutan musuh-musuh Islam. Musuh Islam mengira kondisi Hamas akan tidak menentu karena mereka berpendapat para pakar dan penuntut ilmu tidak becus menjalani kepemimpinan. Tapi kenyatannya justru berbalik. Mereka justru semakin mendapat kepercayaan dari rakyat Palestina.
Kaum Muslimin, jika mereka benar ingin membantu Palestina hendaknya ia mengganti kerugian rakyat Palestina dengan harta dan mendukung dengan uang karena ini adalah pilihan rakyat Palestina.
Saudara-saudara kami di Hamas tidak perlu nasihat karena mereka telah hidup secara langsung dan mengetahui kondisi mereka. Sebagian ulama beberapa waktu lalu meminta Hamas untuk lebih fleksibel, lebih memahami politik negara, cerdas dan diplomatis.
Pandangan Anda tentang demokratsi di negara-negara Arab?
Demokrasi di negara Arab adalah demokrasi palsu dan rekayasa, bukan sebenarnya. Benar-benar penguasa yang memakai baju demokrasi agar bisa beralasan di hadapan dunia dan menyesuaikan diri di hadapan Barat yang terus menerus menekan penguasa Arab untuk menerapkan demokrasi. Jadi kami melihat, di satu sisi mereka berambisi pada kekuaaan, dan disisi lain mereka mencari simpatik rakyat. Demokrasi mereka gunakan seperti obat tetapi tidak menyembuhkan penyakit, melainkan berada di tengah-tengah. Tapi saya katakan dengan tegas, bahwa demokrasi di negara Arab yang paling bersih adalah demokrasi yang terjadi di Palestina pada waktu lalu hingga memenangkan Hamas.
Jadi, apa bedanya demokrasi Barat dengan demokrasi yang diajarkan Islam?
Kita dalam Islam mempunyai sistem syuro. Dalam sumber-sumber syariat Islam tidak kita dapati batasan format pemerintahan apakah itu kerajaan, khilafah, republik atau federal. Kita juga harus berinteraksi dengan sistem demokrasi yang kini menjadi anutan masyarakat zaman ini. Karena itulah juga tidak mengatakan halal atau haram. Tidak ada pengharaman demokrasi dalam Islam.
Apa poin-poin kebangkitan umat Islam menurut Anda yang harus difokuskan saat ini?
Dalam Islam kita diajak untuk memperhatikan masalah ilmu. Tapi masalah kita adalah, umat Islam bukan umat pembaca. Dari sanalah muncul kerancuan di berbagai bidang. Perbedaan antara kita dan Barat dalam inovasi adalah dalam hal buku. Ilmu harus didukung dengan kecintaan membaca, pengkajian di berbagai forum sehingga kita percaya dengan ilmu yang kita miliki, serta yakin dengan kemampuan dan spesialisasi kita. Demikian pula, kita harus mengambil pelajaran dari orang lain. (na-str/almjtm)