Satu dekade berkiprah didunia media dengan berbagai kesulitan, berkekuatan 88 koresponden di 41 negara stasiun televisi Al-Jazirah mampu membuktikan sebagai media berita alternatif dan bersaing dengan media massa Barat. Hasil survei Zoghby Internasional pada akhir tahun 2006 menunjukkan bahwa Al-Jazirah menempati urutan pertama stasiun televisi yang paling dipercaya penonton mengalahkan Al-Arabiya dan televisi berbahasa Arab lainnya.
Kehadiran Al-Jazirah memberikan warna baru bagi dunia Arab dan dunia Islam pada umumnya, yang selama ini hanya bisa menelan informasi dari media-media Barat yang terkadang bias dan penuh prasangka. Pertengahan November ini, Al-Jazirah bahkan akan meluncurkan siaran berbahasa Inggris dan makin merentangkan sayapnya ke wilayah-wilayah Barat. Bagaimana Al-Jazirah mampu menembus kesuksesan itu dan apa lagi terobosan yang akan dilakukan Al-Jazirah, berikut ini bincang-bincang eramuslim dengan Kepala Biro Jakarta Televisi Al-Jazirah, Sohaib Jasim.
Sudah 10 tahun keberadaan Al-Jazirah, banyak yang menilai Al-Jazirah sudah berhasil menjadi media alternatif yang bisa menjadi pengimbang media Barat, komentar anda?
Waktu Al-Jazirah didirikan di Qatar sebelum 1 Nopember 1996, yang merupakan tanggal pertama kali disiarkan. Pada waktu itu tim yang pendiri saluran Arab ini tidak berfikir Al-Jazirah akan sebesar dan sebaik sekarang, malahan sedikit takut atau khawatir. Apakah kita benar-benar mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dan orang terima kita. Apakah kita akan dilihat oleh audiens Muslim atau Arab sebagai sesuatu yang berharga, atau kita akan rugi atau kalah, karena sebelumnya mayoritas televisi Arab program beritanya dimulai dengan siaran yang berisi kegiatan dari pemimpin Negara atau Isterinya. Jadi ketika Al-Jazirah memulai siarannya, yang penting dilakukan adalah bagaimana memecahkan sistem ini, dalam mentalitas berita Arab. Bahwa kita tidak perlu mulai dengan berita “Yang Mulia pergi ke sana, membuat ini atau itu”. Yang terpenting dari sisi nasional atau sisi global adalah, buat itu menjadi berita.
Saya ingat dalam beberapa hari awal siaran, terjadi peristiwa pembunuhan massal di Rwanda, yang beberapa kali terjadi. Sempat terjadi perdebatan apakah ini akan menjadi headline atau bukan headline. Akhirnya diputuskan untuk menjadi headline, pada waktu itu. Untuk mempersiapkan konsep untuk siaran pertama kali pada tahun 1996, kami harus berfikir selama 4-5 bulan. Setelah itu kita memutuskan, konsepnya berita namun kita masih memikirkan apakah nasional atau lokal nasional atau regional Arab atau sedunia. Tetapi dari awal banyak yang berfikir jauh, kita mau menjadi televisi Internasional yang alternatif, yang bisa berkompetisi dengan siaran lainnya seperti BBC.
Sekarang Al-Jazirah, Alhamdulillah, sudah dapat melalui banyak kesulitan, kesusahan dan itu pertama yang saya pikirkan, karena faktor pertolongan Allah swt. Bukan karena semuanya di sini Muslim, bertakwa atau apa, kita semua yang berada di sini dari asal yang beragam, tetapi kita mempunyai semangat bahwa audiens di negara Arab, negara Islam, dan negara lain merasa perlu dan butuh sebuah media yang bisa menginformasikan tentang sesuatu yang penting. Misalnya di Bosnia, itu terjadi sebelum ada siaran Al-Jazirah. Ketika itu saya bertemu dengan wartawan dari berbagai media asing lainnya, mereka menyebutkan banyak gambar-gambar dan foto-foto yang mereka siarkan tidak separah yang kita lihat di lapangan. Jadi dari 10 persen yang diberikan kepada negara Islam dan TV lokal. Yang disiarkan hanya 5 persen saja, sehingga yang terekspos pada saat tragedi Bosnia hanya 5 persen saja. Andai saja ketika itu Al-Jazirah ataupun televisi lain sudah ada. Seperti sekarang, ada banyak yang telah mengikuti sekolah media dan pemikiran Al-Jazirah, akan banyak hal yang terjadi di Bosnia akan dibongkar lebih besar dari yang kita pikirkan.
Ini terjadi ketika Al-Jazirah meliput di Afganistan, Palestina dan waktu di Irak sebelum kantor ditutup, karena Al-Jazirah banyak membongkar skandal-skandal dan pembunuhan di sana. Faktor lainnya, kita mempunyai semangat untuk membentuk mentalitas wartawan yang mandiri yang tidak mau mengikuti policy atau kebijakan media barat lainnya. Kita mencoba menciptakan budaya mencari berita dan opini pada dua pihak, kalau saya meliput sesuatu meski juga meliput dari sisi lainnya, yang memiliki konflik kedua-duanya harus diliput. Walaupun tidak harus dalam satu liputan atau harus dimuat dalam hari yang sama. Dengan begitu media saya untuk semua orang yang mempunyai kepentingan dalam isu itu. Leftist, Islamist, Sosialis, Demokrat, semua kalau mempunyai kepentingan dalam hal itu, ya silahkan cerita apa yang kalian ingin sampaikan, kemudian yang menonton akan mengetahui siapa yang benar, siapa yang salah.
Contohnya rekaman-rekaman yang kita terima dari Usamah bin Ladin, kita tidak memutarkan semua, walaupun banyak yang bilang itu bohong. Kita tidak siarkan semua dari 40 menit ceramah dia, kita hanya memilih 1-2 menit yang mempunyai nilai jurnalistik, selanjutnya kita juga menyiarkan pernyataan dari Presiden AS Bush, atau lainnya secara live ucapannya yang paling penting.
Kemudian orang dapat mengetahui, benar atau tidak benarnya terserah mereka. Dalam tugas kita hanya sebagai wartawan, silahkan dengar Bin Ladin, silahkan dengar Bush, silahkan dengar ustadz ataupun kyai lainnya yang menyiarkan dari sisi agama, silahkan dengar analisis dari sisi politik. Dengan begitu akhirnya banyak orang yang pintar dan kebanyakan dari mereka alhamdulillah mulai menjadi intelektual, tidak seperti tahun 1950-an masih terbelakang, saat ini orang dapat menilai ini bohong, ini benar, ini jujur, ini tidak, ini hanya propaganda saja.
Apa yang mendasari Al-Jazirah meyakini konsep itu?
Ya kita percaya penonton itu sering dibodohi oleh banyak media, sehingga mereka menjadi tidak paham. Di sini kita tidak memberikan pada audiens apa yang kita (media) mau, dia hafal atau pahami padahal itu salah. Karena di zaman teknologi ini, zaman satelit televisi, internet, tidak mungkin, orang yang memiliki pendidikan tinggi dan bisa membuka internet tidak membaca adanya kebohongan itu. Apalagi di negara Arab tidak seperti di Indonesia, ada 200-250 TV satelit, banyak sekali. Ada yang khusus musik, juga ada yang khusus agama, ada berita, ada yang nasionalis, ada juga yang campuran dengan film. Kalau kita tidak liputan dengan benar-benar menarik, penonton dapat dengan mudah mengganti channel televisi mereka. Dalam kondisi seperti ini kita perlu menanamkan mentalitas yang kuat, agar jangan sampai liputan yang sedang ditayangkan diganti karena dianggap tidak menarik. Karena audiens disuguhkan berbagai siaran yang didapat dari penggunaan parabola, ini sudah dialami oleh televisi lokal yang sudah kalah menghadapi TV satelit, karena TV satelit dinilai dapat memberikan alternatif yang kompeten.
Adakah terobosan baru lain yang akan dilakukan oleh Al-Jazirah selain membuka siaran dalam bahasa Inggris di beberapa negara?
Ini satu kendala yang besar, Al-Jazirah sudah sukses dalam bidang berita, meskipun masih mengalami beberapa kendala, salah satunya banyak negara yang belum terjangkau dengan pemberitaan kita, seperti Birma, dan beberapa tempat lain kita belum menghasilkan suatu liputan yang baik. Selain itu adalah kendala bahasa, ketika kita pergi ke suatu negara, kita suka gambarnya, tetapi kita tidak bisa tahu isi siarannya.
Karena itu Al-Jazirah dalam bahasa Inggris akan mulai disiarkan, selain itu juga Al-Jazirah akan membuat dua TV olah raga, Sport I dan Sport II, juga akan ada Al-Jazirah anak-anak dan keluarga semacam Cartoon Network, tetapi mungkin belum secara luas, hanya di negara-negara Arab sudah mulai. Kami juga mempunyai ide-ide untuk mebuat situs-situs, sebagai langkah pertama misalnya berbahasa Indonesia, Jerman dan lainnya, tetapi itu memerlukan waktu. Sebab untuk untuk menciptakan tim yang bisa benar-benar mengelola bahasa agak sulit, bahasa Arab saja sudah sulit apalagi bahasa lainnya. Untuk televisi berbahasa Inggris saja, kita sudah satu tahun mempersiapkannya tapi belum on air, dan masih banyak kesulitan apalagi tim berbahasa Inggris itu lain dari tim berbahsa Arab, di sini dapat dirasakan perbedaannya. Karena yang akan ada di TV Inggris itu kebanyakan orang Barat, lain dengan Al-Jazirah Arab. Pasti akan ada sedikit perbedaan meskipun kita mencoba bekerja sama, tetapi latar belakang setiap individu pasti akan mempengaruhi.
Kapan rencananya Al-Jazirah berbahasa Inggris mulai on air?
Rencananya November tahun ini atau awal tahun depan, mungkin minggu depan rencana akan mulai on air, kira-kira antara 15 November sampai 1 Januari 2007.
Sebagai media informasi sebenarnya yang ingin dicapai oleh Al-Jazirah terhadap audiensnya?
Kita percaya bahwa audiens itu mempunyai hak untuk tahu dan saya sebagai wartawan mempunyai kewajiban untuk mencari informasi, dan kemudian menyampaikannya kepada audiens. Kalau kita memperoleh informasi hanya untuk disimpan, berarti bukan wartawan tetapi intelektual, sebagai wartawan kita wajib menyampaikan informasi yang benar, segala sesuatu yang penting bagi audiensnya. Sebelum saya berpikir bahwa saya bekerja dan mendapatkan uang, saya wartawan yang mempunyai tanggung jawab terhadap audiens. Kita percaya media itu mempunyai peran yang sangat penting, dalam dunia transformasi masyarakat, yang misalnya dulu dikuasai oleh satu pihak, sekarang manjadi demokratis atau terjadinya transformasi sosial, dan lain sebagainya. Membuka skandal yang penting dari sisi politik, liputan ekonomi, tragedi yang terjadi dinegara-negara, semua itu penting.
Kalau tidak ada informasi, orang yang berbuat kesalahan kemanusiaan mungkin akan melakukan perbuatan itu lebih parah. Seperti contohnya di Afghanistan, saya percaya kalau Al-Jazirah tidak di sana ketika invasi AS, mungkin pembunuhan akan lebih besar terjadi. Makanya kantor Al-Jazirah di Afghanistan dibom, dan begitu juga di Irak tahun 2003, karena kita tahu video yang kita tayangkan tentang kejahatan akan mempengaruhi pemerintah. Dan sebagaimana diketahui bahwa media itu merupakan kekuatan keempat, setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Jadi saat ini apa misi khusus Al-Jazirah?
Mungkin kalau sekarang bisa dikatakan, Al-Jazirah itu bukan partai, sehingga kita tidak membawa ideologi, kita juga tidak anti sesuatu negara atau partai, buktinya di Al-Jazirah ada Islamis, ada nasionalis, ada Kristen, tetapi ada semangat yang mempersatukan semua dengan nilai-nilai yang kita percaya dan yakini bahwa kebebasan, persamaan, keadilan harus dimiliki oleh semua manusia. Walaupun kita bukanlah ormas atau organisasi ideologi tapi percaya media mempunyai peranan besar terhadap masyarakat, karena kita melihat benyak hal bahwa media apapun bukan hanya Al-Jazirah dapat mengubah sesuatu hal, mempengaruhi pihak yang berkuasa untuk mengubah kebijakan.
Membuat banyak perubahan ke arah kebaikan dan menghentikan kejahatan di dalam pemberitaan, apabila itu sudah menjadi keputusan untuk memainkan peranan itu. Tetapi banyak media tidak menggunakan kesempatan itu hanya sibuk dengan hal-hal lain, menyiarkan apa yang tidak ada manfaatnya, hanya mencari keuntungan materi saja. Al-Jazirah tidak mempunyai tujuan finansial, karena kita mendapat sponsorship dari pemerintah Qatar, kita tidak punya target harus mendapatkan uang dalam satu bulan, sehingga harus menyiarkan tayangan musik misalnya. Kepentingan kita hanya untuk menghentikan kejahatan dan melindungi manusia, mestinya semuanya begitu.
Persaingan media semakin ketat, bahkan media Barat sudah membuat program khusus berbahasa Arab, bagaimana Al-Jazirah menghadapi persaingan itu?
Saya ingin mengatakan, hasil penelitian TV Al-Hurrah berbahasa Arab yang didirikan oleh AS, di mana orang sudah mulai banyak yang mengetahui televisi itu diciptakan untuk meliput dunia Barat dan Arab, memilih arah ke Barat dengan tujuan untuk menghadirkan citra positif terhadap apa yang dilakukan oleh AS dan sekutu-sekutunya terhadap negara Islam, tetapi apa yang didapat oleh Al-Hurrah, dari hasil survei televisi tersebut tidak mendapatkan rating tertinggi. Di sini terbukti bahwa orang akan menonton untuk mendapatkan manfaat karena yang ditampilkan dari berbagai sisi, tidak hanya yang punya kebijakan saja, sehingga TV itu tidak sekuat Al-Jazirah. Kalau ada TV lain yang mengikuti Al-Jazirah secara sukses mendirikan TV yang pro umat pasti bisa berkompetisi.
Kalau televisi dari dunia Utara sangat sulit untuk berkompetisi, sebab masyarakat Selatan contohnya Amerika Latin tidak begitu percaya dengan tayangan itu, tetapi kalau ada TV dari negara Islam atau Arab yang kuat dan independen mengikuti jejak Al-Jazirah, pasti akan diterima masyarakat Muslim dunia.
Saya berharap ada TV lain yang muncul di negara Muslim Asia, seperti Pakistan, Bangladesh, dan juga Asia Tenggara di Indonesia, selain itu juga ada televisi berita dalam bahasa Inggris yang bisa berkompetensi, jadi jangan hanya menyerahkan dunia berita kepada AS saja, kita harus bisa menggambarkan apa yang terjadi didunia dari sisi kita.
Kabarnya publik AS menolak keberadaan siaran Al-Jazeera di sana?
Saya tidak tahu secara pasti, tetapi yang saya tahu kantor kita di sana masih ada, banyak liputan yang kita ambil di sana, termasuk liputan kongres dan konferensi partai dengan secara live beberapa kali. Memang kalau saya bicara dengan teman wartawan Al-Jazirah di AS, katanya kadang-kadang agak kesulitan kalau ingin mendapatkan komentar orang ataupun intelektual di sana, karena mereka syok melihat mikrofon Al-Jazirah. Namun secara umum orang di AS bisa melihat siaran melalui satelit yang mereka miliki, jadi meraka tidak bisa menolaknya. Memang sebagian orang di sana berfikir TV Al-Jazirah ini adalah TV Usamah bin Ladin, padahal itu tidak benar.
Apakah ada misi khusus Al-Jazirah untuk ikut berupaya memperbaiki citra Islam di mata negara-negara Barat?
Kita meliput apa yang penting di mana pun, untuk siapapun, kita tidak mempunyai persepsi untuk menciptakan citra siapa, pada siapa. Hakekatnya banyak kebijakan-kebijakan di negara Arab dan negara Muslim tidak baik, apalagi yang terjadi di Irak, Afghanistan ini membuktikan apa yang mereka lakukan terhadap negara Islam tidak baik. Tapi kita tidak perlu mengatakan itu, liput saja apa yang terjadi di lapangan.
Kita tahu sebelum Al-Jazirah muncul, hal-hal yang terjadi di negara Muslim cuma diliput majalah mingguan atau koran lokal saja. Padahal apa yang terjadi harus diinformasikan ke seluruh dunia bukan hanya Arab saja. Ini waktunya kita menginformasikan kepada seluruh dunia, yang terjadi di negara kita dan negara mereka, ini akan mempunyai pengaruh pada opini publik, di mana-mana bukan hanya negara Muslim. Memang pusatnya di sana, tapi siarannya secara global di seluruh dunia. Dan saat ini Al-Jazirah memiliki antara 50-60 wartawan hampir di seluruh dunia.
Selama ini seberapa besar tekanan dari negara-negara Barat terhadap Al-Jazirah dan seberapa jauh itu mempengaruhi kinerja di Al-Jazirah?
Untuk pengaruh, jelas tidak akan berpengaruh, tapi kalau tekanan ada, seperti yang terjadi ketika kantor Al-Jazirah dibom di Afghanistan dan Irak, wartawan Al-Jazirah ditahan di Afghanistan yang sampai sekarang masih dalam proses hukum, satu orang wartawan dan wartawati meninggal di Irak, banyak wartawan yang pernah menjalani tahanan 1-2 hari. Banyak kantor yang ditutup sementara, kemudian dibuka lagi. Itu terjadi bukan hanya di negara barat saja, malah di negara Arab pernah ditutup lantaran tidak tahan dengan liputan kita.
Sebenarnya mereka, tidak sadar dengan menutup kantor kami, membuat citra pemerintah tersebut semakin buruk, sebab kalau kita diberi kesempatan untuk meliput pasti akan ada dua sisi perbandingan yang akan ditampilkan yakni sisi pemerintah dan oposisi. Penutupan justru membuat orang berfikir bahwa pemerintah itu tidak toleran terhadap pers, karena selama ini Al-Jazirah menjadi parameter. Kita tidak mempunyai kantor di Saudi, Aljazair, di Tunisia ditutup, di Sudan pernah ditutup tetapi sementara sudah buka lagi, seperti juga di Iran. Keputusan untuk membuka lagi, karena mereka merasa kita obyektif tidak menjelekkan atau berusaha menjatuhkan pemerintahan mereka. Mereka berbuat baik akan kita liput, berbuat jelek juga kita liput, kita tidak melebih-lebihkan.
Kalau tekanan dari barat terutama AS, beberapa kali sudah disampaikan kepada pemerintah Qatar, bahwa Al-Jazeera sudah membuat AS sakit kepala. Meski demikian pemerintah Qatar tidak pernah menyalahkan yang menulis, cuma mengingatkan agar dalam menulis berita harus lebih berhati-hati, pastikan dulu sebelum disiarkan. Saya mengakui setelah kasus penutupan kantor kita di Irak, liputan mengenai Irak sangat kurang. Liputan kita di Irak cuma 5 sampai 10 persen saja, hanya tahu melalui telepon atau internet, tidak ada gambar pembunuhan ataupun penculikan yang terjadi di lapangan.
Apa ada rencana untuk melebarkan sayap sampai ke Indonesia?
Kita punya rencana tapi belun pasti, kita ingin mencoba membuat situs berbahasa Indonesia, kedua akan mencoba bebas saluran Al-Jazirah di Indonesia bagi pemilik parabola. Dan ke depan juga kita ingin bekerjasanma dengan TV lokal untuk menyiarkan program dokumenter. Mungkin kalau kita dapat mebuka situs dalam bahasa Indonesia dapat membuka pinta untuk banyak hal. Saat ini untuk langkah pertama sudah ada penandatangan kerjasama dengan MQTV, dengan begitu meraka dapat bebas mengambil program apa saja, kalau dengan televisi lokal masih berupa ide. (novel)