Wakil Ketua The Indonesian Society for Middle East Studies Smith Alhadar menegaskan, prospek perdamaian dikawasan Timur Tengah belum memperlihatkan titik terang, sebab masih banyak konsensi yang diinginkan oleh Israel dari bangsa-bangsa Arab.
Bagaimana anda mencermati resolusi PBB 1701, apakah resolusi itu masih memberi celah bagi Israel untuk melancarkan serangannya ke Libanon?
Saya kira resolusi itu tidak menguntungkan Israel, sebab sebagaimana diketahui sebelumnya sudah ada resolusi awal yang disponsori oleh Prancis yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat, kemudian draft resolusi itu ditolak oleh Libanon, Hizbullah, Iran, dan Syuriah. Karena memang draft resolusi yang pertama itu menguntungkan Israel, Hizbullah dituntut untuk melucuti senjata, sementara tidak ada seruan bagi Israel untuk mundur dari Libanon Selatan. Oleh karena itu draftnya dirubah mnejadi resolusi 1701 yang draftnya bisa diterima oleh kedua belah pihak dan didukung oleh 15 negara DK PBB. Yang isinya mengharuskan Israel mundur dari Libanon Selatan dan tidak menuntut Hizbullah untuk melucuti senjata, sehingga sebenarnya resolusi itu menguntungkan Hizbullah, dengan begitu eksistensi Hizbullah bisa diakui dan dia tetap bisa bermain politik dinegara Libanon sambil melakukan konsolidasi militer. Dengan begitu jika dimasa depan Israel tetap bercokol diwilayah Libanon selatan, terutama ditanah pertanian Sheeba maka Hizbullah berhak melakukan serangan terhadap Israel.
Apakah resolusi itu menjamin perdamian terhadap kedua belah pihak?
Kedua-duanya tidak memuaskan kedua pihak baik Israel maupun Libanon, sebab awalnya Israel mempunyai target menghancurkan Hizbullah, untuk menjaga keamanan di Utara yang sering menjadi sasaran tembak roket-roket Hizbullah. Sementara saat ini, sebagai kompromi, itu menjadi tanggung jawab penjaga keamanan di Libanon selatan yang akan terdiri dari dua pihak, yakni tentara Libanon sendiri yang jumlahnya 15 ribu orang dan pasukan PBB dengan jumlah yang sama pula.
Dalm draft pertama yang disetujui Isarel dan AS memberi kekuasaan besar kepada tentara pasukan internasional, sedangkan dalam resolusi 1701 otoritas terbesar diberikan kepada tentara Libanon yang resmi untuk menjaga zona penyangga sekitar 30 km dari perbatasan Israel-Libanon. Awalnya Hizbullah tidak bersedia, karena dia dipaksa mundur. Ini salah satu bentuk kompromi, Hizbullah tidak perlu dilucuti senjatanya tetapi harus diberlakukan zona penyangga, sehingga Hizbullah mempunyai jangkauan yang cukup jauh ke Israel. Sebelumnya, Hizbullah bisa langsung menembak.
Tetapi pembenaran bagi Hizbullah untuk mengangkat senjata, tidak menutup kemungkinan konflik dapat pecah lagi dikemudian hari.
Jika pihak Israel mendapat bantuan senjata dari AS, apakah fair kalau senjata Hizbullah harus dilucuti juga?
Hizbullah tidak akan bergerak dengan tangan kosong, Hizbullah mendapat bantuan senjata dari Iran maupun Suriah meskipun jumlahnya terbatas dan tidak secanggih senjata Israel, misalnya Israel mempunyai kapal perang, helikopter militer, pesawat yang jumlahnya ribuan, mempunyai tank, dan pasukan 168 ribu personil,sedangkan Hizbullah hanya mempunyai 3.000 personil, dengan persenjataan yang terbatas, yang kemampuan daya rusaknya sangat lemah. Jangankan dibandingkan dengan Hizbullah, di antara negara-negara Arab kemampuan persenjataan Israel masih tidak terkalahkan oleh negara Mesir.
Bagaimana anda melihat prospek perdamaian dikawasan Timur Tengah untuk kedepannya?
Saya masih tetap pesimistik, ya karena Israel akan terus berupaya mendapatkan konsesi besar dari pihak Arab, sebagai imbalan proses perdamaian, misalnya sekarang Israel menduduki tiga negara Arab, yakni Palestina, Suriah dan Libanon.
Sebagai contoh saja di Palestina, Israel mau berdamai dengan Palestina tetapi dapat saja Israel meminta konsesi yang menguntungkannya misalnya membatalkan hak pulang pengungsi Palestina yang berjumlah 3 juta orang yang tersebar di Libanon, Suuriah, Mesir, dan Jalur Gaza. Padahal menurut resolusi setiap pengungsi berhak untuk kembali ke negaranya. Seandainyapun mereka pulang, tetapi ke Israel, jumlah orang Arab di Israel akan meningkat, Israel tidak akan menerima kenyataan itu.
Yang krusial lagi saat ini, mengenai Jerussalem, Israel tidak mau berkompromi masalah Yerusalem, karena itu sudah menjadi identitas bangsa Yahudi. Sedangkan bagi Palestina, Yerusalem sangat penting, karena sebagai kota suci ketiga setelah Makkah dan Madinah, di situ ada Masjidil Aqsha, yang secara ekonomis akan membantu Palestina kalau mereka merdeka. Sebab Palestina memiliki sumber alam yang terbatas, negara yang berada di Tepi Barat banyak pegunungan batu sementara kalau mereka memanfaatkan Yeruslaem, akan banyak peziarah kaum muslim kesana sehingga bisa menambah devisa negara. Tapi itu sulit terwujud.
Selain itu juga ada pemukiman di Tepi Barat yang ingin dipertahankan oleh Israel. Kalau sampai Palestina mengalah, wilayahnya dapat digerogoti oleh Israel.
Yang kedua masalah dataran tinggi Golan, Suriah yang sangat strategis, Israel merasa terancam kalau wilayah ini diserahkan kepada Suriah, karena dari sana dapat terlihat seluruh kota-kota di Israel dan pihak Suriah tidak akan kompromi dalam masalah ini, yang jaraknya hanya 60 km dari Damaskus. Begitu juga tanah pertanian Sheeba milik Libanon Selatan, ingin dikuasainya.
Saya sangat pesimistik, hampir-hampir mustahil adanya perdamaian yang komprehensif antara Arab dan Israel, karena Israel merasa dirinya sangat kuat dan ia menganggap kekuatan adalah kebenaran, dia akan memanfaatkan posisi tawar yang besar ini untuk mendapatkan konsesi yang besar dari Negara Arab. Paling tidak konflik-konflik yang terjadi antara pejuang Palestina dengan Israel masih akan terjadi, begitu pula dengan serangan Israel terhadap Libanon tidak tertutup kemungkinan dapat pecah kembali dimasa datang.
Informasi terakhir menyebutkan, AS dan Israel sebenarnya sudah merancang serangan ke Hizbullah jauh sebelum terjadi penculikan dua serdadu Israel. Bagaimana analisa anda mengenai hal ini?
Iya memang, Hizbullah itu kalau dihancurkan akan banyak menguntungkan bagi Israel. Pertama, kalau Hizbullah hancur tangan Iran terputus, Iran tidak mengakui eksistensi Israel dan dia merupakan musuh bebuyutan Israel. Iran yang mendirikan, memberikan senjata dan melatih Hizbullah, sehingga memberikan pengaruh di tengah jantung negara Arab.
Suriah juga begitu, untuk mendapatkan dataran tinggi Golan dia harus mempunyai posisi tawar yang cukup tinggi terhadap Israel. Secara militer, apabila Hizbullah dikontrol oleh Suriah maka Suriah mempunyai kekuatan di utara Israel,dan di selatan Golan, Suriah bisa menyerang Israel dari situ. Untuk memutus pengaruh Suriah dan Iran di Libanon mereka harus menghancurkan Hizbullah. Tetapi dalam perang ini sudah gagal, Israel salah perhitungan.
Kemudian bagi AS, kepentingannya adalah untuk menekuk Iran atau memaksa Iran agar tunduk pada kemauannya, agar Iran menghentikan pengayaan uranium yang sampai saat ini tetap gagal. AS ingin kalau ia tidak bisa mengeluarkan resolusi yang membolehkan dia menggunakan kekuatan militernya, maka AS berpandangan Hizbullah-lah yang perlu dihancurkan. Sebab, kalau AS menyerang Iran, bisa menggerakan milisinya yang didominasi oleh kaum Syiah.
Sementara Suriah merupakan sekutu Iran yang dapat diandalkan, apalagi Hizbullah di Libanon dalam perang kali ini popularitasnya meningkat sehingga pengaruh Syiah di Libanon semakin kuat. Kalau mereka bisa dihancurkan oleh serangan AS, maka Iran tidak dapat menggunakan kartu-kartu ini, misalnya kartu Hizbullah.
Hizbullah ini-kan bangsa Arab, meskipun mereka Syiah dan dekat dengan Iran, Suriah juga mendukung dia. Jika Israel sampai berhasil menhancurkan Hizbullah maka Suriah akan turut campur, karena Suriah tidak menginginkan tentara Israel masuk terlalu jauh sampai 30 km ke Libanon, karena itu artinya tinggal 20 km lagi ke Damaskus. Secara strategis ini tidak dapat dibenarkan.
Untuk memungkinkan peluang AS untuk menyerang Iran secara mendadak, kekuatan Iran diTimur Tengah harus dikuasai lebih dulu. Konspirasi AS dan Israel dalam perang Libanon belum lama ini ternyata sudah salah, tadinya mereka berhitung dalam hitungan hari Hizbullah dapat dihancurkan, ternyata gagal. Saya menilai perang itu dimenangkan oleh Hizbullah, karena Israel menerima resolusi PBB itu pada saat-saat Israel mengalami kehilangan terbesar dalam pertempuran tersebut. Israel kehilangan 37 tank, 1 helicopter militer, dan 24 tentaranya. Kalau dijumlahkan satu bulan berarti 74 tank, 3 helicopter milter, 1 kapal perang dan 116 tentara berhasil dihancurkan. Ini prestasi yang luar biasa mesin militer Hizbullah.
Dalam sejarah, Arab pernah menyerang Israel tetapi dalam hitungan hari Israel berhasil menghancurkannya. Tetapi untuk agresi militer ke Libanon ini Israel mendapatkan kecaman dunia internasional, dan ia tidak mendapatkan target yang diharapkan.
Dengan kata lain, AS juga telah gagal untuk memanfaatkan agresi Israel ke Libanon sebagai pintu masuk untuk menyerang Iran?
Ya, dan AS juga ingin menarik Libanon kedalam orbitnya, sebab rencana awalnya AS ingin membentuk Timur Tengah baru, Suriah harus berganti dengan rezim baru seluruhnya. Dengan begitu semua Negara Arab sudah berada di bawah kekuasaan AS, ini akan mempermudah AS untuk mengisolir Iran.
Menurut anda dengan kegagalan ini, apakah ambisi AS menyerang Iran masih bisa terwujud?
Saat ini sudah tidak mungkin, sekarang ini Iran sudah sangat kuat, kekuatannya membentang dari Iran sampai Libanon. Ini justru mempersulit perdamaian di Timur Tengah dan saat ini pula pamor AS sedang menurun, akibat dukungan terhadap rezim yang dikecam oleh dunia,
Sementara Hizbullah sedang menjadi pahlawan Arab yang memberikan inspirasi kepada kelompok sejenis seperti Hamas, Jihad Islam. Selama ini AS hanya melawan 15 persen dari bangsa Arab, tidak pernah berhasil. Bagaimana mau menyerang Iran yang homogen, tidak ada oposisi dalam negerinya, secara geografis dia mengusai seluruh pantai timur teluk Persia dan selat Formos sebagai lalu lintas tanker internasional.
Jika AS masih tetap ingin menyerang Iran, perlu satu juta tentara. Di Iran, selain ada tentara regular yang jumlahnya sekitar 400 ribu, juga ada milisi bersenjata yang jumlahnya sekitar dua juta orang. Kalau AS menyerang Iran bagaimana dapat mengontrol, dengan Irak saja sudah kewalahan, harga minyak dapat melambung tinggi. Ini dapat memukul dunia. Iran melihat kekuatannya ada di situ, maka ia bersikeras untuk tetap melanjutkan apa yang menjadi haknya.
Apakah dalam pasukan perdamaian yang dikirim ke Libanon perlu melibatkan pasukan dari negara-negara Islam?
Tidak jadi masalah itu negara Islam atau bukan, karena dalam resolusi 1701 tentara Libanon yang lebih berperan banyak dalam menyelesaikan masalah. Berarti ada orang-orang Syiah di situ.
Jika pasukan Indonesia tidak diikutsertakan dalam pasukan perdamaian, bagaimana peran aktif Indonesia selanjutnya dalam membantu proses perdamaian di Timur Tengah?
Jalan untuk membantu negara Arab mencapai target banyak cara, misalnya melalui forum internasional seperti pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Kuala Lumpur, Indonesia berhasil memaksa mengajak negara tetangga lain untuk membuat deklarasi mengutuk Israel dan mendesak PBB muwujudkan gencatan senjata, begitu juga lewat forum OKI Indonesia sangat offensive dalam hal ini, juga melalui GNB Indonesia bisa terus memberikan kontribusi secara politik. Selain itu juga Indonesia bisa memberikan kontribusinya secara ekonomi. Jadi pengiriman pasukan bukan satu-satunya bantuan yang dapat diberikan untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah. (novel)