Sekjen Al-Quds Institution Dr. Muhammad Akram Adluni mengatakan, lazimnya dalam peperangan kita akan dihadapkan pada dua pilihan, meneruskan didikte oleh penjajah atau menyerah kepada musuh, tapi bagi bangsa Palestina pilihan itu tidak ada yang lebih baik selain satu kata, yaitu lawan zionis Israel.
Akibatnya, selama 56 tahun penjajahan itu belum berakhir. Meski Palestina sudah berhasil melaksanakan sebuah pemilu yang demokratis, kenyataannya makin membuat posisi Palestina lebih sulit, bahkan ada pihak-pihak yang ingin menggagalkan pemerintah hasil pemilu dengan melakukan aksi-aksi antara lain, isolasi politik, ekonomi, pengalihan wewenang pemerintahan, serta menciptakan kondisi keamanan yang tidak kondusif.
Penciptaan situasi seperti itu justru menambah jumlah korban yang jatuh, tercatat sebanyak 4.000 orang syahid, 7.500 korban mengalami luka-luka, sekitar 100.000 orang mengalami cacat serta sekitar 10.000 orang Palestina ditawan di 13 penjara Israel, dan masih banyak lagi penderitaan yang dialami oleh Palestina.
Untuk mengatasi embargo yang dilakukan AS, Israel dan Uni Eropa, bangsa Palestina mencari sumber dana dari luar Eropa dan mengetuk negara-negara muslim untuk memberikan bantuan kepada Palestina. Namun ketika bantuan itu terkumpul, masih juga sulit disalurkan karena blokade yang dilakukan negara-negara di atas. Lantas bagaimana situasi terkini di Palestina dan bagaimana strategi penyaluran dana bantuan itu? Berikut petikan wawancara Sekjen Al-Quds Institution, Dr. Muhammad Akram Adluni dengan kalangan media massa, termasuk eramuslim di Jakarta, Selasa (23/5) malam. Al-Quds Institution sendiri adalah lembaga yang diketuai ulama terkemuka Dr. Yusuf Al-Qardhawi yang bergerak di bidang kemanusiaan untuk rakyat Palestina.
Sudah berapa jumlah bantuan yang dikumpulkan oleh Al-Quds Institution?
Sampai dengan saat ini, jika dihitung dalam bentuk uang jumlah bantuan tersebut sebanyak 25 juta USD, dan bantuan tersebut dikumpulkan selama tiga tahun, tetapi tidak disalurkan dalam bentuk uang melainkan berupa proyek-proyek antara lain untuk pembangunan sarana pendidikan, serta prasarana air bersih.
Pemberian dana bantuan untuk Palestina cenderung dihalang-halangi, bagaimana strategi mengatasinya?
Saya mengakui kendala-kendala dalam penyaluran bantuan itu memang ada, namun secara gradual bisa diatasi, termasuk bentuan yang melalui proyek atau melalui orang yang secara khusus menangani bantuan tersebut, juga sedikit mengalami kendala, tetapi secara umum semua bisa dikendalikan.
Bagaimana pandangan anda melihat upaya Umat Islam di dunia yang beramai-ramai melakukan penggalangan dana untuk Palestina?
Saya melihat dukungan Umat Islam di seluruh dunia kepada Palestina dapat menyuarakan pesan kepada Pemerintah Amerika Serikat dan Israel, bahwa saat ini Palestina tidak berada sendiri, banyak yang memberikan dukungan dan membantu keberlangsungan kehidupan rakyat Palestina, itu sangat penting sekali.
Bagaimana melihat kepedulian umat Islam di dunia terhadap kondisi kelaparan dan kemiskinan yang terjadi di Palestina?
Saya tetap optimis dukungan itu pasti ada, dukungan terbesar yang selalu kami rasakan tidak pernah berhenti berasal dari Allah SWT, kemudian dari Negara-negara Arab, umat Islam seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sekitar 65 persen negara-negara di dunia selalu memberikan dukungan terhadap kami., karena itu sudah menjadi kewajiban orang-orang yang mempunyai hati nurani.
Menurut anda seberapa besar peran lembaga pers, ataupun media massa selama ini dalam membantu menginformasikan persoalan di Palestina?
Peran media sebenarnya sangat penting untuk membantu penyelesaian dan mengungkap rencana jahat yang sudah disusun oleh Israel, AS dan sekutunya terutaman dalam menggagalkan pemerintahan Hamas yang sudah berdiri, namun untuk semua itu media dituntut dapat menyampaikan informasi tentang kondisi yang sebenarnya menimpa rakyat Palestina tanpa dihalangi oleh kepentingan lain.
Apa pendapat anda tentang kebijakan pemerintah Indonesia terhadap Palestina, akankah Indonesia mampu membantu Palestina sesuai komitmen pemerintahannya?
Saya berharap ketika Menteri Luar Negeri Mahmud Zahar ke Indonesia, Indonesia dan Palestina bisa melakukan pembicaraan-pembicaraan yang lebih intensif, sehingga menghasilkan kesepakatan kerjasama dalam memperkuat hubungan diplomatik kedua negara, dalam upaya penanganan konflik politik ekonomi di Palestina.
Tujuan pendirian Negara Palestina untuk menjadikan Yerusalem atau Al-Quds menjadi Ibukota, apakah hal ini bisa terealisasi melihat kondisi yang terjadi saat ini?
Kami rakyat Palestina tidak akan kompromi lagi, Al-Quds sudah harga mati, meninggalnya Yasir Arafat itu karena memang bersikukuh mempertahankan bahwa Al-Quds sebagai Ibukota Palestina, itu sudah merupakan rangkaian perlawanan rakyat Palestina selain upaya lain yang dilakukan untuk mengusir penjajah kaum zionis Israel, yakni mengembalikan 6 juta pengungsi yang tersebar diseluruh dunia, karena bagi Palestina, kita tidak punya pilihan lain selain melakukan perlawanan terus sampai tujuannya tercapai.
Sampai saat ini menurut anda langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Hamas untuk melawan rencana dan niat jahat pihak yang ingin menggagal pemerintahannya?
Saya melihat sudah ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan sekuat tenaga di tengah kondisi yang tidak kondusif dengan memperkuat terus persatuan di kalangan masyarakat Palestina, serta melakukan konsolidasi keluar dengan mempererat hubungan antara negara, meskipun itu menghadapi tentangan yang keras oleh sebagian negara. (noffel/ln)