Keluarga dan surga adalah hal yang sering dibahas dalam Al Quran, bahkan ada istilah rumahku surgaku. Dan rumah umumnya ditempati oleh sebuah keluarga, yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak serta mungkin untuk keluarga Indonesia ditambah dengan keponakan, mertua/orangtua atau lainnya.
Menciptakan keluarga yang bahagia atau sakinah, mawadah dan warahmah, nampak sulit pada zaman sekarang. Penetrasi budaya non-muslim atau budaya barat yang mengikis nilai-nilai pernikahan dan keluarga, kurangnya pengetahuan tentang syariat Islam dalam keluarga serta seringnya media memberitakan tentang perceraian dan pertikaian, sedikit banyak telah mempengaruhi nilai-nilai dan cara pikir masyarakat saat ini.
Menghadapi pengaruh luar tersebut, Majelis Taklim Masjid Al Ihtjihad Legenda Wisata Cibubur mengadakan kajian dhuha kamis dengan tema “Suami Istri Berkaraker Surgawi” dengan nara sumber Muhammad Yasir, penulis buku dengan judul yang sama dan sering menjadi nara sumber di berbagai radio muslim. Ditemui setelah akhir kajian dhuha bersama ibu-ibu majelis taklim, berikut penuturan Muhammad Yasir tentang keluarga pada masa kini.
Menurut Ustadz, faktor apakah yang menjadi pemicu mudahnya perceraian?
Faktor yang paling banyak terjadinya perceraian menurut saya yang utama adalah kurangnya pehamanan agama. Bukan masalah ekonomi atau masalah lainnya, kemudian ditambah dengan pemberitaan media mengenai perceraian, sehingga ada pemikiran; ah si A juga cerai masih tetap bisa sukses, jadi tak ada masalah. Hal seperti itu juga memperkuat nilai bahwa perceraian adalah sesuatu yang biasa.
Jadi sebaiknya, menurut ustadz ketika memutuskan untuk menikah dan memilih pasangan, apakah hal yang terpenting yang harus dipersiapkan?
Menikah sama seperti membangun sebuah bangunan, sebuah bangunan yang kuat harus memiliki pondasi yang kuat juga. Jika pondasinya tidak kuat, maka akan sulit untuk memujudkan keluarga yang akan tahan terhadap berbagai guncangan. Untuk itu pasangan suami istri atau calon suami istri harus memiliki pondasi yang kuat seperti agama yang kuat, pemahaman yang baik dan termasuk juga lingkungan yang mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun keluarga.
Bisakah dijelaskan lebih rinci mengenai pondasi dalam membangun keluarga?
Begini, untuk perbedaan tabiat, penciptaan itu adalah hal yang sudah dari sananya dan sulit diubah, namun perbedaan yang ada atau perselisihan yang terjadi bisa dijadikan energi positif dengan pengetahuan agama yang baik dan pemahaman anatar pasangan yang baik. Misalnya suami suka asin sedangkan istri tidak terlalu suka asin, hal-hal kecil seperti ini diperlukan usaha agar dapat menyelaraskannya. Seringkali perceraian itu terjadi hanya karena masalah-masalah sederhana atau hal-hal kecil yang dijadikan besar, misalnya karena tidak tahu cara membicarakannya atau bagaimana cara bicara pada pasangan.
Kemudian, bagaimana menyikapi yang saat ini sering didengar, permasalahan dalam keluarga ketika istri juga bekerja dan kemudian istri memiliki penghasilan lebih tinggi dari suaminya?
Boleh sama-sama bekerja tidak ada larangan, tetapi keduanya harus saling memahami. Hal yang terpenting bagi suami atau yang disukai dari suami adalah keperkasaan maksudnya kepemimpinan dan titik lemah seorang istri biasanya di perasaan. Ketika istri bekerja jangan sampai mengganggu kepemimpinan suami dan suami pun jangan sampai mengacak-acak perasaaan istri.
Lalu bagaimana saran Ustadz untuk menjaga pernikahan?
Untuk menjaga pernikahan, jangan hilangkan kebiasaan ketika pacaran atau ketika bulan-bulan awal pernikahan. Misalnya ketika pertama menikah, istri masih sering berdandan untuk suami dan ini jangan sampai hilang karena waktu atau kesibukan. Jaga terus romantisme di awal-awal pernikahan, meski sepertinya sudah agak sulit atau terlihat lucu, tetapi hal-hal tersebut dapat menimbulkan kebahagian dan memupuk kasih sayang diantara pasangan.
Tetapi bagaimana ustadz, karena biasanya dalam keluarga itu tidak hanya anggota keluarga inti saja, kadang ada saudara dan orang tua/mertua yang turut serta dalam keluarga. Bagaimana menyikapi intervensi keluarga dalam rumah tangga?
Intervensi dalam batas yng wajar boleh, tetapi jika sudah hal-hal yang terlalu jauh sudah tidak baik. Oleh karena itu sebaiknya keluarga itu mandiri, punya rumah sendiri dan dapat mengambil keputusan sendiri (suami istri).
Jadi menurut ustadz, bagaimanakah untuk menciptakan surga di keluarga atau di rumah?
Seperti yang saya sampaikan pada kajian tadi, bahwa untuk merealisasikan suami istri yang berkarakter surgwi itu setengah mustahil, tapi memang suasana surga itu bisa dipindahkan ke rumah. Jika disurga diceritakan tentang suasana yang damai, maka bawalah kedamaian ke dalam rumah. Jika dikatakan bahwa pembicaraan yang ada disurga adalah pembicaran yang membawa pencerahan, maka pindahkanlah ke rumah. Jika di surga ada bidadari-bidadari yang ramah, maka jadilah pasangan yang ramah. Ada cerita di surga ada anak-anak kecil yang membawa nampan-nampan indah, maka ajarkan kepada anak-anak Anda sehingga dapat menjadi penyejuk mata dan pandangan.
Konflik/perselisihan itu pasti akan terjadi, pernihakan yang dilaksanakan di tempat-tempat suci pun belum jaminan tidak akan ada konflik. Semuanya kembali kepada diri kita, selama masih memliki keinginan, ambisi dan kemudian tidak sama dengan keinginan atau keadaan, maka akan timbul konflik. Karena itu dibutuhkan usaha untuk dapat menyelaraskan keinginan dengan pasangan, memadukan perbedaan itulah inti dari sebuah keluarga.(wn/fzl)