Profesor Ahmad Mansur Suryanegara adalah sejarawan yang pernah memicu kontroversi dengan mengatakan bahwa pahlawan nasional, Pattimura adalah seorang muslim. Meskipun kritik kerap mampir kepadanya, seperti kritik yang menyatakan bahwa sumber penulisan buku-bukunya adalah sumber sekunder yang tak layak dijadikan sumber penulisan buku sejarah, ia pun tak ambil pusing dan melenggang dengan berkarya sebanyak mungkin.
Salah satu buku yang telah selesai digarapnya adalah Api Sejarah yang merupakan catatan empat bab berisi sejarah lengkap masuknya Islam ke nusantara hingga pengaruh tokoh-tokoh ulama dalam pergerakan nasional dan kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, Mansur juga menyentil deislamisasi yang kini melekat pada umat Islam namun tak dirasakan oleh sebagian besar muslim. Reporter eramuslim.com beruntung dapat mewawancarai beliau di sela-sela diskusi buku Api Sejarah di Gramedia Matraman, Rabu (4/11/09).
Bagaimana Profesor memandang sejarah dan peran ulama saat ini?
Sejarah itu seperti buatan manusia, dan ada sejarah yang menurut skenario Allah. Jadi, kalau ulama itu di dalam Alquran diibaratkan seperti antara buih dengan air, mana yang menyembuhkan? Jawab Allah, yaitu air. Antara buih dengan permata, mana yang dipentingkan manusia, yang besar atau yang kecil? Jawab Allah, permata yang kecil. Itulah ulama. Ulama itu walaupun dia ada di bawah, tidak di permukaan tetapi dialah yang menjadi panutan oleh rakyat. Walau dia kecil, dialah yang menggerakkan seluruh peristiwa sejarah itu. Tidak diperkirakan tetapi itulah yang menjadi kenyataan bahwa mereka kelompok kecil dari minoritas yang mempunyai aktivitas yang tinggi.
Tapi, wujudnya sendiri bagaimana?
Sekarang belum kelihatan, tapi yang akan datang, akan kelihatan. Keterkejutan keadaan seperti Nabi Muhammad saw keluar dari gua batu yang secara sendiri memulai sejarah, dari diri sendiri, dengan istri, dengan teman-teman yang tadinya tidak percaya, namun beliau punya kekuatan yang luar biasa. Wahyu itulah yang menjadi landasan sejarah, apapun yang terjadi di luar sekarang, itu hanya kesementaraan. Ada satu garis jarak yang sudah diprogram dari langit, yang ini bagaimana-bagaimana, pasti terjadi. Cuma peristiwanya sedikit demi sedikit, tapi akan jadi satu gerakan yang nanti semua orang pasti terkejut.
Seperti pada tanggal 9 Dzulhijjah, semua orang kumpul di Mekkah, berjuta orang, padahal lebih dari kekuatan itu kalau diizinkan. Tiada mungkin satu kekuatan yang bisa melakukan seperti itu kecuali doa seorang wanita, Hajar sehingga sejarah di dalam Alquran dituliskan permulaan semuanya adalah wanita. Al-Fatihah adalah ummul quran dan alquran menunjukkan binatang, sapi betina, kemudian Ali-Imran menceritakan tentang Maryam, meskipun tidak punya suami tetapi bisa membuat sejarah, melahirkan seorang Nabi Isa, dan punya kekuatan yang luar biasa, pada surat kelima, dapat menurunkan makanan dari langit. Walaupun Zakaria seorang nabi, shalatnya di Baitullah, tapi tidak bisa membuat di masjid ada makanan, tapi setelah ada Maryam, dia bertanya," Hai Maryam, dari mana makanan ini?" jawabnya, "Allah yang mengirimkannya." Wanita itu luar biasa. Wanita bisa membuat tanah tandus di Mekah jadi sumur zamzam. Kemudian, Maryam yang tidak punya suami bisa membuat sejarah.
Apakah ulama sekarang kehilangan ruhnya untuk berjuang dan lebih banyak bersikap pragmatis?
Sekarang ini ulama sedang penyesuaian media juang, dengan menyesuaikan keadaan pesantren supaya dimaui masyarakat sekitarnya. maka dia bentuk studinya disamakan dengan SD, SMP, SMA, tetapi kita bisa melihat kerja para ulama itu, tidak pernah kita melihat ada pengangguran pesantren. Itu kekuatan dari ulama, pembina masjid, pembina pesantren, beda malam-malamnya. Mereka itu kalau malam, shalat malam. Kalau yang lain kan, tidur yang paling baik adalah 8 jam.
Apa bentuk perjuangan ulama saat ini?
Sekarang ini juga pejuang, menjaga generasi muda dari gerakan-gerakan yang membaratkan. Barat itu membuat puasa yang baik itu bukan siang, malam. Makanya dibuat buka pagi itu, breakfast. Kita kan buka sore, mereka pagi. Kalau kita qiyamullail, berdiri mendirikan shalat, kalau mereka duduk di gereja. Kalau kita mengatakan Ankabut, laba-laba, laba-laba itu lemah, maka mereka membuat Spiderman.
Jika ada yang mengatakan ulama saat ini tidak vokal, bagaimana tanggapan Bapak?
Sekarang ini bukan mengkrritik, tapi berlomba-lomba berbuat, jadi bukan menampakkan secara vokalitas, dengan bicara, tapi lebih menampakkan perbuatan. Ulama sekarang, lihat saja misalnya Gontor, tidak dipedulikan oleh pemerintah, tapi masyarakat mengaguminya, lihat saja gedungnya. Sekarang kita lihat gedung-gedung yang dibangun gereja-gereja itu dibangun oleh Belanda, tapi ulama-ulama itu dengan kekuatan umat membangun kekuatan umat itu, mencerdaskan umat dengan kekuatan umat, itu luar biasa sebenarnya, tetapi cara kita melihat itu selalu dari segi negativitas. Tetap ada cara-cara yang digunakan oleh Snouck Hurgronje. Islam itu pasti punya lawan-lawan dan cara yang digunakan untuk melawan Islam seringkali dengan Islam sendiri.
Bagaimana hubungan sejarawan dengan pemerintah?
Sejarawan juga mendapat intervensi dari pemerintah, kita harus mengajar seperti apa yang dipolakan pemerintah. Kalau ada yang mengulang-ulang, itu kan pembenaran, tapi saya kan tidak mau begitu saja mengulang. Salah satu di antaranya saya, ini hanya salah satu, tapi mungkin banyak sekali.
Apa peran ulama dalam memberikan pemahaman sejarah bangsa yang benar kepada umat?
Ulama-ulama itu dalam gaya menjawabnya selalu dengan penuh kehalusan, baik, jadi tidak pernah emosi, tapi physical keluar. Buya Hamka membuat lembaga sejarah, lalu di situ diproduk suatu karya yang mengangkat sebenarnya apa sejarah itu, lalu bukan berarti namanya media ummat, lalu isinya media umat. itu banyak sejarah yang begitu. Maka Buya Hamka mencoba memasarkan pemikiran umat Islam yang sebenarnya sehingga ada gerakan melawan sejarah. Simatupang menganjurkan gerakan melawan sejarah. Itu bahasa Simatupang yang artinya melawan Islam. Walaupun tidak langsung.
Kongkretnya bagaimana?
Kita harus tahu bahwa dalam dunia politik itu termasuk Quran itu selalu indirect. Judulnya Al-Baqarah, kenapa tidak jihad? Tapi isi di dalamnya jihad. Kita sering menggunakan istilah seperti ‘kyai miskin’, tapi sebenarnya yang mau disampaikan itu yang mulia siapa di dalam pesannya itu. Pekerjaan ini seperti tidak mengubah tapi perubahan itu dari tangan Allah. nanti akan ada suatu pergerakan seperti kalau Anda lihat umpamanya 1 Syawal, begitu diumumkan oleh ulama, seluruh gerakan mudik itu terjadi dengan dahsyat. Itu tidak diatur dari pemerintah, betapa hebatnya kekuatan orang bisa mengosongkan Jakarta. Itu karena ibukota ditarik oleh ibu-ibu kampung, rahim-rahim ibu kampung itu dibuatnya lebih dahsyat. itu kalau Allah sudah menentukan detiknya ulama hanya menyampaikan 1 Syawal adalah silaturahim, ada bahasa itu saja, sangat sederhana, tidak perlu variasi bahasa, tetapi kekuatan lahiriahnya bisa mengguncangkan kekuasaan yang teratur.
Ulama tidak punya dana yang besar, tapi kalau sudah bicara, DPR bisa tumbang. Oleh karena itu, pesan dari Alquran, jangan engkau memalingkan pandanganmu dari ulama. Dalam surat Al-Kahfi disebutkan, jangan engkau terpesona, takjub dengan orang-orang di luar kita dengan materinya, dengan anak buahnya, Allah menguji mereka dengan materi dan anak buahnya dan mati jadi orang kafir.
Ada dikotomi peran ulama dengan politik?
Kemungkinan ada, kemungkinan tidak. Kalau yang namanya MUI, kan, itu lain, di bawah pemerintah, eksistensialnya ada izin dari pemerintah. Jadi ada lembaga-lembaga yang melakukan dukungan dan tidak melakukan dukungan.Kenapa harus berhenti karena penghargaan? Muhammadiyah itu ‘fastabiqul khairat’ dari unsur bid’ah. Jadi, hanya satu kata, tapi punya kekuatan. Muhammadiyah punya berapa rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. (ind)