Khaled Misyaal: Ambisi Hamas Bukan Kekuasaan

Steve Clemons dari bagian progam kebijakan lembaga New America Foundation, pertengahan Oktober lalu mewawancari Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Misyaal di ibukota Suriah, Damaskus. Wawancara itu dilakukan sebagai bagian dari program lembaga tersebut yang baru saja meluncurkan website The Palestine Note.

Pada Misyaal, Clemons menanyakan banyak hal tentang perkembangan terkini di Palestina. Berikut petikannya;

Clemons: Negara Anda, Palestina sekarang terbagi menjadi dua, Gaza dan Tepi Barat. Ada Fatah, ada Hamas. Kalau Anda diminta untuk menyatukan Palestina, Apa yang visi Anda tentang persatuan Palestina terutama untuk menghadapi penjajahan Israel?

Misyaal: Kami bekerja keras untuk mengakhiri perpecahan agar kami bisa menjadi Palestina yang satu, satu otoritas, satu kepemimpinan dan punya kesatuan visi politik yang akan kita capai bersama. Tapi kami melihat kenyataan yang menyedihkan dan kami menantikan datangnya realita yang lebih baik.

Saat ini masih terjadi gap dan kami berusaha mengatasi dengan tekad dan perjuangan kami. Target kami adalah melepaskan diri dari penjajahan Israel. Rakyat kami bisa hidup bebas dari penindasan, pembantaian, penangkapan-penangkapan, tidak ada pertumpahan darah dan kami mendapatkan kedamaian yang nyata di wilayah ini. Sebuah perdamaian yang adil bagi rakyat kami, berupa kemerdekaan yang riil dan hak untuk menentukan nasib sendiri, sehingga kami bisa hidup seperti warga dunia lainnya. Hidup tanpa penindasan di tanah air kami dan kami menginginkan negara yang independen dengan kedaulatan penuh seperti negara-negara lainnya di dunia.

Clemons: Ada pihak yang meragukan kemampuan Hamas untuk menangani keberagaman dalam masyarakat. Bisakah Hamas menjalankan pemerintahan yang masyarakatnya heterogen. Karena belum apa-apa sudah ada isu bahwa akan ada sekolah-sekolah khusus di Gaza, soal jilbab dan boleh tidaknya orang berenang di pantai. Bagaimana Hamas merespon mereka yang khawatir akan gaya hidup yang akan diterapkan Hamas, akan seperti apa hidup dibawah pemerintahan Hamas?

Misyaal: Pertama kali saya katakan bahwa Hamas tidak berambisi untuk menjalankan pemerintahan sendirian. Bagi Hamas yang terpenting adalah membebaskan dan memulihkan hak-hak rakyat Palestina lewat perjuangan bersama faksi-faksi pejuang Palestina lainnya. Setelah mencapai tujuan ini, dengan ijin Allah, kami akan menjalin kerjasama untuk mengelola negara Palestina. Jadi, Hamas tidak individualis.

Kedua, kami akan memberikan rakyat kebebasan untuk memilih siapa yang akan memimpin mereka lewat jalur pemilihan umum, mereka bebas menentukan program-program sosial dan intelektual. Intinya, kami menjamin kebebasan rakyat dan rakyat sadar serta paham apa yang harus dipilihnya. Kami menghormati pilihan rakyat, karena kebebasan adalah hak asasi manusia. Selama ini, kami tidak mendapatkan hak yang paling mendasar itu, itulah sebabnya tuntutan kami yang utama adalah kemerdekaan. Palestina adalah bumi para nabi, itulah sebabnya di sini tinggal warga Muslim, penganut Kristen dan orang-orang Yahudi yang sejatinya hidup berdampingan dan saling bertoleransi.Persoalannya muncul, ketika Zionisme datang dan menginvasi tanah air kami serta menancapkan kekuasaannya dengan paksa.

Jika ada yang mempermasalahkan soal jilbab dan lainnya di Gaza, itu terserah pada individu masing-masing. Kami tidak memerintahkan atau menentukan apa yang harus dimakan atau yang dipakai oleh warga Gaza. Kami menghormati kebebasan dan hak warga Gaza untuk memilih apa agama dan ideologi yang ingin mereka anut.

Hamas meyakini nilai-nilai kebebasan, menghormati hukum dan keberagaman serta kepemimpinan yang damai. Tapi sayangnya, saat Hamas memenangkan pemilu tahun 2006, Hamas tidak diberi kesempatan untuk menerapkan itu semua dalam kondisi yang normal. Hamas selalu diembargo dan ditekan.

Clemons: Anda sangat kritis terhadap pemerintahan Mahmud Abbas dan sikap Abbas terhadap laporan Goldstone, termasuk sikap AS terhadap laporan itu. Tapi muncul pertanyaan apakah Hamas sendiri merasa terikat pada sistem hukum internasional, bagaimana mana Hamas menjawab soal roket-roket yang ditembakan para pejuang Hamas?

Misyaal: Kami mengkritik Abbas karena dia selalu tunduk oleh tekanan AS dan pihak lain agar tidak ikut mengkritisi laporan Goldstone. Sikap seperti itu merugikan rakyat Palestina. Ada kesempatan untuk mengutuk Israel atas kejahatannya di Gaza, tapi Abbas tidak melakukannya. Inilah yang membuah Hamas dan rakyat Palestina marah.

Ketika Hamas membaca tentang laporan itu, kami mempersilahkan komite HAM PBB membacanya. Kami meneliti laporan Goldstone dengan serius meski ada beberapa hal yang membuat Hamas keberatan. Ini bukti bahwa Hamas menghormati hukum internasional dan kami siap untuk bersikap kooperatif berdasarkan hukum internasional. Jika laporan itu atau pihak lain merasa keberatan dengan apa yang Hamas lakukan, kami akan memberikan penjelasan. Kami juga akan membentuk komite penyelidikan yang jujur dan netral di Gaza agar Goldstone dan timnya serta dunia internasional mengetahui fakta yang sebenarnya.

Hamas tidak pernah bertjuan untuk membunuh warga sipil. Hamas hanya mempertahankan diri dengan menembakkan roket-roket. Tapi karena roket itu kemampuannya masih minim dan kurang akurat, maka menjangkau warga sipil tapi kami tidak pernah bermaksud menjadikan warga sipil sebagai target serangan. Kami sebenarnya yang menjadi korban, warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat, semua adalah korban dan ini tidak bisa dibandingkan dengan kejahatan kemanusiaan yang sengaja dilakukan Israel. Karena kami hanya pihak yang mempertahankan diri.

Clemons: Sebenarnya bagaimana karakter Hamas sebagai gerakan Islam dibandingkan dengan gerakan Islam lainnya seperti Ikhwanul Muslimin dan Hizbullah?

Misyaal: Hamas adalah gerakan pembebasan nasional. Kami memang mengibarkan bendera Islam, mengadopsi pemikiran-pemikiran yang islami karena kami bagian dari bangsa dan wilayah Arab serta Muslim. Sebuah hal yang wajar sebenarnya, seperti halnya gerakan-gerakan Kristen yang muncul di Eropa.

Kami mengadopsi Islam yang moderat dan jauh dari pemikiran ekstrimisme. Kami menentang kekerasan, kami tidak melakukan kekerasan di luar wilayah Palestina. Kami melakukan kekerasan sebagai perlawanan terhadap penjajah Israel di Palestina, kami punya hak yang sah untuk melawan penjajah. Dan kami juga tidak menindas kelompok Islam lainnya seperti salafi dan sejenisnya.

Kami sadar akan keberagaman dan kebebasan. Kami hanya mengakhiri sebuah penjajahan dan penindasan agar rakyat Palestina punya kesempatan untuk hidup dalam damai dan menjalin kerjasama untuk kesejahteraan umat manusia dan mencapai tujuan-tujuan kami yang mulia. (ln/ikhwanweb)