Kudeta Militer atas Presiden Mursi memang telah diprediksi sejak awal , militer Mesir yang masih berkiblat kepada pendahulunya yang sekuler pasti akan berbagai cara menggagalkan perjuangan kelompok Islam di Mesir.
Mengamati Kudeta tersebut, Fatuddin katakan kedepannya para pergerakan Islam harus segera fokuskan pada dakwah dan dakwah, dengan kegiatan kegiatan yang konkrit yang menyentuh lapisan mayoritas masyarakat.
Dengan dakwah itu, insyaAllah akan lebih banyak masyarakat yang pro terhadap gerakan Islam itu. Mursi dan ikhwanul Muslim walau menang dengan 51 % lebih pada pemilu yang lalu, dengan jumlah pemilih tersebut tidaklah begitu kuat menghadapi gangguan gangguan dari kelompok sekuler. Dengan begitu umat Islam haruslah memenangkan lebih dari 70% rakyat seperti yang ada di Turki, walaupun gangguan sekulerpun tak sirna, lihatlah perjalanan perjuangan Islam di Turki, berapa kali terjadi kudeta atas pemerintahan Islam yang sah, seperti Erbakan, bahkan Erdogan pun beberapa-kali menghadapi kasus penentangan sekuler yang mencoba untuk menjatuhkannya.
Adapun mengenai adanya pendapat yang mengatakan perlunya mendakwahi militer , Fatuddin mengatakan siapapun manusia perlulah didakwahkan keindahan Islam, dakwah hak semua orang kecuali iblis, karena Islam itu mulia maka semua orang berhak mengetahui tentang islam, tapi tentunya mendakwahkan tentara tentunya tidaklah mudah, karena memang dogma militer seluruh dunia saat ini adalah dogma yang anti Islam yang berasal dari barat dan asalnya dari kolonial yang pernah menjajah negeri negeri Islam. Tapi Fatuddin menambahkan dakwah ke pihak militer bukanlah hal yang mustahil , tapi memang diperlukan usaha yang cukup sulit .
Dan Fatuddin menyatakan juga perlu adanya persiapan militer khusus untuk umat Islam , ayat ayatnya jelas di al Quran untuk mempersiapkan kekuatan apapun juga untuk menghadapi musuh musuh Allah, tapi tentunya saat ini sangat komplikasi untuk dibahasnya. Tapi jelas militer Islam itu sangat diperlukan.
Fatuddin menyarankan kepada para gerakan islam , khususnya di Indonesia untuk menahan diri terhadap situasi di Mesir ini, teruslah kembangkan dakwah, dan biarkan Allah mengatur masa masanya untuk sebuah kemenangan Islam, dan gerakan Islam jangan mendahului takdir yang telah ditetapkan Allah.
Fatuddin jelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah bertindak mendahului wahyu Allah , walau saat itu Nabi dan pengikutnya sangat menderita atas penyiksaan dan boikot kaum kuffar. Beliau SAW tetap sabar berdakwah dan berdakwah hingga Allah mengatur jalannya kemenangan Islam itu.
Fatuddin mempelajari apa yang terjadi pada FIS di Aljazair, dan kini mesir, mengingatkan para aktifis gerakan Islam agar jangan menjadikan demokrasi sebagai satu satunya landasan perjuangan. Bagi pihak yang mengatakan demokrasi adalah bagian dari Islam adalah orang orang yang belum menikmati dan merasakan barokahnya wahyu Allah. Tetapi adanya demokrasi Fatuddin katakan itu juga sebuah fakta, layaknya sistem komunikasi yang luar biasa saat ini juga adalah sebuah fakta. Tapi hanya menjadikan demokrasi satu satunya perjuangan, dan dakwah ditinggalkan itu adalah sebuah kekeliruan, tutupnya. (Er)