Mungkin banyak orang yang mengingat serangan Israel ke Palestina setahun yang lalu, tapi tidak banyak orang yang berkesempatan mengikuti Gaza Freedom March yang digulirkan sejak 26 Desember hingga 2 Januari. Gaza Freedom March adalah bentuk aksi kepedulian terhadap warga Palestina, khususnya Gaza, yang digalang oleh Code Pink dari Amerika. Dalam aksi ini, sedianya, wakil dari 43 negara akan long march dari Mesir ke Gaza dan melihat secara langsung kondisi rakyat Gaza. Nah, Indonesia juga turut mengirimkan wakil, yaitu dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina dan Kaukus Palestina (yang didukung oleh semua fraksi di DPR). Reporter eramuslim mewawancarai Yoyoh Yusroh (anggota Komisi VIII DPR RI) yang mewakili Indonesia dalam pagelaran akbar tersebut. Berikut ini petikan wawancaranya
Bagaimana ceritanya sehingga Ibu dapat mengikuti kegiatan Gaza Freedom March?
Kami mengikuti acara Gaza Freedom March, awalnya kita lihat dari internet. Kami, Adara Foundation adalah salah satu bidang kewanitaan yang ada di KNRP yang peduli masalah perempuan dan anak Palestina selalu mengakses berita-berita tentang Palestina. Kita punya link yang cukup kuat dengan masyarakat dunia yang punya kepedulian terhadap Palestina. Suatu saat, kita lihat ada himbauan untuk mengikuti Gaza Freedom March. Kita rapat dengan KNRP juga, akhirnya disepakati kita untuk ikut.
Pertama, untuk membangun link. Kedua, untuk melihat kondisi Gaza sesungguhnya. Karena dalam jadwal acaranya itu kan, ketika kita sudah sampai di Gaza, dengan asumsi boleh masuk Gaza misalnya, kita bisa melihat perkampungan terparah saat mengalami serangan dari Israel. Saya tidak setuju kalau istilahnya perang karena memang yang ada adalah serangan Israel terhadap Gaza. Yang lainnya, kita akan bertemu dengan masyarakat sipil Gaza. Di samping, kita ingin buat film tentang Gaza, tentang Palestina. Jadi kita ingin melihat viewnya itu seperti apa. Akhirnya disepakati kita berangkat.
Berapa orang yang ikut dalam rombongan? Dari mana saja?
Bersepuluh orang, muslimah tujuh, laki-lakinya tiga. Karena gambaran kita akan long march bersama 1.300 anggota GFM dari 43 negara, kita nih negara terakhir. Malaysia aja nggak ikut, tapi kita ngotot, sebetulnya sudah terlambat. Tapi kita ngotot supaya diikutsertakan sebagai kafilah di GFM. Akhirnya, kita ikut bersepuluh dengan asumsi kita bisa masuk dengan aman dari Mesir, dari Rafah, akhirnya saya bawa anak-anak.
Satu yang ikut, yang kuliah di FH UI, Huda Rabbani. Terus, anaknya Bu Ledia ikut juga, kelas 3 SMU. Terus anaknya Anis Matta, 2 orang, SMP kelas 3 dan SMU kelas 1. Anggota Dewan Bu Nurjannah dari DKI, Bu Tuti Elfita dari Banten, saya dan suami. Jadi tiga laki-laki, tiga ibu-ibu, sama dua dari Adara Foundation, Bu Upi Muslim Taher dan Mba Maya, dan anak-anak. Perempuan tujuh, dewasa lima, dan anak-anak dua, laki-lakinya suami saya sebagai ketua rombongan, Huda, dan Aza. Kita pergi dengan siap dengan segala konsekuensinya.
Bagaimana kronologis perjalanan di sana? Apakah bisa masuk ke Gaza?
Kita berangkat tanggal 26 sore karena kita lihat di jadwal acara tanggal 27 itu ada rapat peserta di Kairo. Kita berharap bisa ikut rapat, sampai di sana tanggal 27 malam. Ternyata rapatnya kilat, pemerintah Mesir sudah melakukan berbagai hal pencegahan melalui Menteri Luar Negerinya si Ghaleb itu. Dia mengatakan tidak mengizinkan masyarakat dunia untuk memasuki Gaza melalui Rafah karena Rafah itu kan perbatasan Mesir dengan Gaza. Jadi, teman-teman itu sudah berupaya berhari-hari untuk bisa bernegosiasi, bisa masuk, ternyata sampai tanggal 27 itu pun belum diizinkan.
Akhirnya, tanggal 28 pagi kita ke kedubes untuk legal formal bahwa kita berangkat ke sana itu tidak ilegal, di sana kita bertemu dengan Pak Fahir, Kedubes RI dan minta surat jalan supaya nanti untuk melewati cek poin jadi lebih mudah. Alhamdulillah, diberikan surat jalan dari Pak Fahir. Kemudian, malamnya kita berangkat dengan berbekal surat jalan itu. Terus pas sampai di Ismailiyah, cek poin pertama langsung DITOLAK (tertawa).
Meski ditunjukkan surat jalan, tetap nggak boleh karena semua orang asing dilarang masuk ke Al-‘Arisy (El-Areesh). Kita kan mau ke Al-‘Arisy (El-Areesh) tujuannya. Tapi lucu, karena saya anggota dewan jadi diantar pakai forider sampai kembali ke penginapan dan tiga kali ganti mobil karena kita melewati tiga daerah, kayak kita di sini tiga kabupaten kota. Jadi, 3 kabupaten kota 3 kali ganti forider sampai penginapan, sudah perjalanan satu jam ya. Jadi, kita akhirnya menginap di Kairo.
Sambil mengisi waktu, kita banyak mengunjungi obyek wisata sejarah di sana kan ada piramid, ada masjid Imam Syafii, ada masjid Muhammad Ali Pasha, itu masjid yang bagus-bagus, ada masjidnya Amr bin Ash, para sahabat nabi.
Setelah itu, usaha apa lagi yang teman-teman lakukan untuk dapat masuk ke Gaza?
Akhirnya, pada tanggal 30 malam, kita coba untuk masuk cek poin yang kedua. Ternyata gagal lagi, nggak boleh. Bersama kami ada peserta dari Belgia. Satu kendaraan travel juga yang kapasitasnya 14 orang. Kita kan sudah kenalan sebelumnya, ikut demo juga, hari Senin-Selasa tuh kita ikut demo juga bersama teman-teman yang lain. Demonya di kedutaan Prancis karena kan yang melarang ini ada konspirasi, Amerika, Prancis, kemudian Mesir, yang sangat kuat. Akhirnya, kita ikut demo juga, demonya sangat represif ya, pemerintah Mesir.
Demonya itu, peserta demo waktu itu 160 orang karena tidak semua ikut demo, dari berbagai negara, tapi jumlah polisinya lebih dari peserta demonya! Dikurung ketat. Saya kan lihat live dari TV Aljazeera, Al-aqsha TV. Itu digambarkan, mereka dari Aljazeera sendiri hanya bisa lewat-lewat pakai mobil karena nggak bisa stay di situ.
Akhirnya, kita ikut, pas mau masuk nih grup Indonesia, langsung dihadang oleh peserta perempuan dari Amerika. “Anda jangan masuk karena mereka melakukan berbagai perlakuan amoral, seperti (maaf) diraba-raba yang perempuan,” kata perempuan itu. Terus, kita juga bertemu Heidy yang mantan (korban) penyiksaan Holocaust, usianya 82 tahun, begitu keluar, tangannya biru-biru bekas dicekal-cekal sama polisi sana.
Akhirnya, kita yang penting punya jaringan. Menyimpan banyak kartu nama lah, gitu. Karena kita tujuan ke sana kan ingin membangun jaringan dengan sesama LSM peduli Palestina khususnya Gaza. Akhirnya, kita mengisi waktu itu. Pas pulang, ketemu dengan yang kita kenal di situ. Upi, sekretaris Adara, jadi dia banyak menyimpan banyak kartu nama dan banyak kenalan. Pas berpapasan di cek poin itu, ternyata mobilnya sama-sama di cek poin, ‘kita sudah mau pulang karena ditolak’. Peserta dari Belgia itu sampai memundurkan mobilnya untuk menerobos cek poin, tapi tetap tidak berhasil. Akhirnya, kita pulang lagi.
Bagaimana tindakan parlemen Mesir ketika mengetahui hal tersebut?
Ketika diketahui oleh parlemen Mesir, ada yang dari Indonesia, dari Turki, dari berbagai negara, kita diundang makan oleh parlemen Mesir. Ditanya tinggal di mana dan mereka pindahkan kami ke penginapan yang khusus untuk anggota parlemen. Acara GFM dari tanggal 27 sampai tanggal 2, dan kita juga beli tiket sampai tanggal 3, ada informasi dari teman anggota parlemen Mesir, kalau mau tetap masuk Al-‘Arisy (El-Areesh), tanggal 3 pintu Rafah dibuka bersama George Gallloway.
Kita jadi cancel tiket kita supaya kita bisa masuk Gaza bersama George Galloway. Ternyata tidak ada pesawat yang tanggal 5, kita cari-cari yang tanggal 7 bisa. Tanggal 3, kita mau berangkat, itu nunggu dulu bisa masuk nggak, kita tunggu anggota parlemen Turki duluan, ternyata nggak bisa masuk. Kita tunggu tanggal 4, ternyata nggak bisa juga. Akhirnya, ada salah seorang dari peserta dari Belanda yang pulang belakangan, dia juga pengin masuk Gaza, tidak mengikuti program GFM, jadi kita mau cari jalan tikus. Ternyata, Alhamdulillah, kita bisa.
Apa yang dimaksud dengan jalan tikus?
Jalan tikus itu maksudnya bisa masuk Al-‘Arisy (El-Areesh) melalui cek poin tapi pintar-pintarnya kita lah, misalnya pas sampai cek poin kita pura-pura tunduk, pura-pura tidur supaya nggak kelihatan wajah asing, ternyata pas yang ketiga itu berhasil, Alhamdulillah. Kita berhasil sampai semua di dalam itu takbir semua karena kita berhasil. Kemudian kita masuk Al-‘Arisy (El-Areesh), Selasa, rombongan George Galloway kan belum sampai karena mereka sudah sampai Nuaibah ditolak juga oleh pemerintah Mesir.
Bagaimana kondisi rombongan George Galloway saat itu?
Bawa 300 kontainer kan George Galloway. Kita selalu ada live tentang sejauh mana perjalanan George Galloway. Mereka itu memang, Subhanallah, sangat siap, dengan 300 kontainer dengan mobil-mobil karavan. Memang siap untuk masuk dengan segala konsekuensinya. Kita sudah sampai Al-‘Arisy (El-Areesh) ini kontak dengan yang ada di dalam Gaza, kontak juga dengan timnya George Galloway, mereka bilang, ‘kami juga lagi kepayahan di sini’ karena dikerangkeng mereka di pelabuhan Al-‘Arisy (El-Areesh) itu, di Mina ya.
Mereka nggak boleh keluar, akhirnya mereka negosiasi dari pagi sampai malam, pagi lagi sampai sore sekitar jam 2. Itu sudah, kesabaran mereka sudah gimana karena mereka bawa bantuan tetap nggak boleh, akhirnya mereka ada kontak fisik dengan aparat sampai terjadi kekerasan yang dialami oleh grupnya George Galloway, ada yang meninggal dua orang, ada yang mati perlahan-lahan tergeletak di tempat tidur, ada 39 yang luka parah. Setelah mereka mendapatkan perlakuan kasar oleh aparat Mesir.
Setelah bentrokan itu, apakah rombongan George Galloway diperbolehkan masuk?
Saya lihat di running text itu, seluruh Eropa demonstrasi ke kedutaan Mesir. Jadi, Kedubes Mesir yang ada di Eropa didemo karena George Galloway kan membawa 16 negara yang ada di Eropa. Kalau kita kan Codepink penyelenggaranya ada 43 negara. Mungkin masyarakat yang melihat live seperti itu, kondisi rakyatnya yang peduli, mendapatkan perlakuan seperti itu, jadi mereka demo di Kedubes Mesir yang ada di berbagai negara di Eropa. Setelah demo massif itu, akhirnya dibolehkan George masuk.
Sementara itu, rombongan itu sudah sampai di mana?
Kami sudah siap-siap mau masuk cek poin berikutnya karena cek poinnya itu banyak sekali. Ini pelajaran juga buat kita. Di Indonesia kan jarang cek poin jadi penyelundupan itu mudah sekali, kalau di sana nggak. Cek poin itu hampir di setiap pertigaan yang strategis untuk bisa masuk barang atau orang yang mencurigakan itu langsung cek poinnya ketat sekali. Kita berusaha melewati cek poin perbatasan Rafah-Al-‘Arisy itu, DITOLAK. (ind/bersambung)