Setelah menghadiri Konferensi Internasional untuk Kemanusiaan dan Penjajahan di Palestina, kemarin di Jakarta Convention Center, Dr Nawaf Takruri berkunjung ke Eramuslim.
Ketua Rabithah Ulama Palestina di Suriah ini menceritakan seperti apa di balik dialog antara Hamas dan Fatah yang akan digelar di Kairo 11 Nopember mendatang. Menurut Penulis Buku ‘Dahsyatnya Jihad Harta’ ini, dialog tersebut sebenarnya agenda Amerika untuk mendukung Israel dan faksi-faksi yang ingin berdamai.
Berikut petikan lengkapnya.
Ada skenario apa di balik Dialog antara Hamas dan Fatah di Kairo tanggal 11 Nopember mendatang?
Bismillah. Shalatuwassalamu ‘ala Rasulillah. Dialog ini sebenarnya agenda Amerika yang tujuan utamanya mendukung keberadaan Israel di Palestina dan juga keberadaan faksi-faksi yang mau penyelesaian Palestina dengan cara damai.
Sebenarnya target dari dialog ini ada dua. Pertama, memperpanjang masa jabatan presiden Mahmud Abbas. Dan kedua, memperpanjang masa gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang sudah habis.
Kenapa dua program ini menjadi agenda utama mereka, untuk mereka bisa leluasa melancarkan strategi perang terhadap kelompok mujahidin khususnya yang membebaskan Palestina (Hamas, red).
Tentunya, kalau ini terjadi akan menambah persoalan-persoalan di Palestina sendiri dan juga target untuk menguasai Gaza yang saat ini sudah dikuasai Hamas.
Mahmud Abbas rencananya mau datang?
Tadinya, Mahmud Abbas tidak mau bertemu langsung dengan Hamas dengan alasan-alasan yang kita sudah tahu. Tapi, dia dipaksa oleh Amerika karena Hamas sangat berpengaruh di Palestina khususnya Gaza. Akhirnya, mereka mau bertemu dan acara tersebut diadakan di Mesir.
Pemerintah Mesir sendiri seperti yang kita ketahui juga bagian dari skenario internasional. Jadi, bukan untuk kepentingan Palestina, melainkan untuk kepentingan Yahudi dan gerakan-gerakan Palestina yang anti perjuangan jihad di Palestina.
Apa kira-kira manfaat dialog tersebut untuk masyarakat Palestina?
Bagi kami, Hamas sangat punya kepentingan agar dialog itu dilaksanakan. Karena kami berupaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat Palestina. Kalau ini terwujud, kita akan fokus bagi perjuangan kebebasan palestina.
Walaupun hasilnya sudah bisa diprediksi?
Kendati kita sudah tahu kemana dialog itu akan berlangsung, kita tidak boleh lari dari itu. Karena kita punya kesempatan untuk menyampaikan pikiran kita dan juga meluruskan pikiran mereka yang keliru. Dan kita tidak dituduh anti dialog. Bahkan dialog itu bagian dari strategi perjuangan yang kita pegang.
Kita berharap dari dialog itu ada sesuatu yang bisa disampaikan kepada mereka, semoga mereka mengerti. Bahwa, kita semuanya masyarakat palestina ingin menyelesaikan masalah ini secara tuntas dan totalitas (Israel hengkang dari Palestina, red).
Contohnya, di gaza setelah dikuasai Hamas banyak hal yang bisa diselesaikan. Tapi bukan berarti tugas selesai. Karena banyak tugas-tugas lain yang harus diselesaikan seperti di Nablus, Al-Quds (Yerussalem).
Bagaimana dengan wilayah-wilayah lain?
Wilayah wilayah lain yang belum dibebaskan sebenarnya dijajah oleh dua model penjajahan. Pertama, Israel sendiri. Dan kedua oleh faksi-faksi penyamun yang selalu memanfaatkan keberadaan penjajah unuk kemaslahatan mereka. Tentu yang dirugikan adalah masyarakat pelestina sendiri.
Dulu, sebelum Gaza dibebaskan, Hamas juga mengalami hal yang sama: pembunuhan di mana-mana, penculikan, dll.
Semoga saja dari dialog itu, mereka bisa mengerti persoalan yang sesungguhnya yang dihadapi muslim Palestina dan bagaimana menyelesaikan secara tuntas dan totalitas itu.
Sebenarnya, ada berapa faksi yang bertikai di sana?
Sebenarnya, di Palestina itu hanya ada dua faksi. Faksi yang ingin berjuang untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel secara total melalui perlawanan bersenjata.
Dan yang kedua, faksi yang ingin mengambangkan masalah Palestina ini sehingga tidak jelas ujungnya. Mereka ini biasanya melontarkan penyelesaian masalah Palestina dengan konsep perdamaian, dialog.
Intinya, kalau kita lihat faksi-faksi tersebut merupakan bagian dari skenario Amerika dan Yahudi untuk membuat masalah di Palestina itu semakin parah. Sehingga mereka akhirnya menyerah kepada penjajahan.
Apa di balik ide Saudi Arabia mengirim pasukan perdaiaman Arab ke Palestina?
Ide ini muncul sebenarnya bukan dari bangsa Arab. Tapi, bagian dari agenda Israel untuk memisahkan (benteng,red) antara pasukan mujahidin dengan pasukan Israel yang selalu kalah atau rugi.
Tentunya, Hamas menolak. Karena kita tahu betul target yang ingin dicapai adalah untuk menyulitkan pergerakan perlawanan dan memudahkan Israel untuk menghancurkan gerakan kami.
Ternyata setelah mereka pelajari, bangsa Arab baru sadar bahwa keberadaan pasukan Arab itu kemaslahatan lebih banyak buat Israel daripada Palestina. Karena itulah pengiriman tidak akan muncul.
Kondisi Gaza terakhir?
Saya sudah empat hari tidak memonitor kondisi di sana. Tapi secara umum, setelah diboikot seluruh dunia, makanan tidak masuk, pekerjaan tidak ada, listrik padam, air, dll. Ini adalah sebuah tragedi yang terjadi saat ini.
Tapi, ada dua hal yang ingin saya jelaskan. Pertama, jihad itu adalah sebuah upaya sungguh-sungguh menggunakan potensi yang kita miliki, yang pada hakekatnya melahirkan kesulitan.
Jadi, kalau nggak mau sulit, jangan berjihad. Jihad itu sendiri punya resiko-resiko.
Kedua, bahwa apa yang dirasakan masyarakat Palestina di Gaza yang sudah dibebaskan itu adalah sebuah izzah kemuliaan dan ketenangan keimanan yang luar biasa yang belum mereka rasakan sebelumnya.
Dalam pengertian, iman mereka semakin meningkat, pertolongan Allah semakin dekat. Dibuktikan dengan beberapa waktu terakhir (bulan, red) 4 ribu hafiz quran muncul, baik dewasa maupun anak.
Fenomena lain, keamanan. Saya bisa katakan lebih dari 95 persen keamanan terwujud di Gaza. Orang bebas kemana saja yang dulu belum mereka rasakan ketika dikuasai pemerintah Palestina yang ada hanya pembunuhan, penculikan, dll.
Ada cerita menarik. Seorang petinggi polisi Tepi Barat yang berkunjung ke Syiria untuk saudara yang baru datang dari Gaza. Dia bertanya bagaimana kondisi Gaza? Jawabnya, Gaza adalah negeri yang paling aman. Kalau Hamas meninggalkan Gaza, kami juga akan meninggalkan Gaza.
Seorang wartawan Amerika yang baru meninggalkan Gaza datang ke Yaman. Dia berdialog dengan Presiden Yaman. Jawab sang wartawan, di sana yang ada hanya organisasi Hamas, Israel, dan para penyamun Palestina.
Ini pengakuan dari seorang wartawan barat yang melihat kondisi Palestina itu sesungguhnya. Kalau Palestina bisa dibebaskan seperti Gaza, maka akan ada perdamaian dan keamanan yang selama ini dirindukan. (fth/mnh)