Tidak mudah untuk bertemu dengan Deputi Kepala Biro Politik Hamas Dr. Mousa Abu Marzuk, yang sedang dalam pengasingan di Suriah. Perjalanan tim Islamonline untuk mewawancarai Abu Marzook ibarat perjalanan penuh petualangan. Namun akhirnya mereka menjumpai sosok seorang laki-laki yang ramah, jauh dari stereotipe seorang pejuang dari kelompok yang oleh AS dimasukkan dalam daftar kelompok teroris.
Abu Marzuk menjawab semua pertanyaan-pernyataan para pembaca Islamonline tentang Hamas. Mengapa Hamas tidak mau mengakui Israel, apakah Hamas semata-mata cuma kelompok perlawanan di Palestina dan apa sebenarnya tujuan akhir Hamas, dan banyak pertanyaan menarik lainnya. Eramuslim menyajikan beberapa pertanyaan penting saja, yang Insya Allah bisa memenuhi keingintahuan pembaca di tentang Hamas.
Apa maknanya bagi Hamas menjadi gerakan perlawanan "Islami" dan apa yang membuat Hamas berbeda dengan gerakan perlawanan lainnya?
Ya, Hamas adalah gerakan perlawanan Islam. Tapi mengapa harus perlawanan? Dan mengapa harus Islami?
Hamas sebagai gerakan perlawanan, karena bangsa Palestina berada di bawah penjajahan dan setiap gerakan pembebasan nasional harus menunjukkan bahwa gerakan itu hidup. Sebagai gerakan pembebasan nasional, Hamas bekerja untuk membebaskan bangsa dari penjajahan Israel dan peduli dengan persoalan-persoalan bangsa seperti reformasi dan persoalan politik lainnya. Hamas komitmen terhadap isu-isu Palestina.
Hamas sebagai gerakan Islami, karena yang menjadi acuan utamanya adalah Islam. Oleh sebab itu nama dan program-program perjuangan Hamas merefleksikan konsep Islami itu. Perilaku, pendekatan dan kriteria keanggotaan Hamas, semuanya disesuaikan dengan hukum Islam (Syari’ah).
Yang membedakan Hamas dengan gerakan perlawanan lainnya, masalah-masalah Palestina membuat isu-isu terkait Hamas tidak sebatas pada wilayah geografis, di dalam wilayah Palestina saja dan tidak terbatas untuk rakyat Palestina saja. Hamas memiliki visi yang luas yang mempertimbangkan seluruh persoalan keIslaman secara mendalam.
Ada pertanyaan, mengapa Hamas tidak menerapkan Syariah di Jalur Ghaza. Karena banyak pihak, terutama di dunia Barat mengungkapkan kekhawatiran dan ketakutannya atas kemungkinan Hamas menerapkan hukum Islam.
Banyak orang berpikir bahwa Islam cuma urusan hudud (sanksi hukuman dalam Islam) padahal Islam itu sangat komprehensif dan hudud cuma bagian kecil dari sistem dalam Islam. Islam adalah cara hidup Muslim baik di tingkat individu, keluarga maupun masyrakat. Islam juga mengatur isu-isu seperti ekonomi, hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya, juga hubungan antara masyarakat Muslim dengan komunitas masyarakat lainnya.
Awalnya, di bawah penjajahan Israel, Hamas tidak memiliki kedaulatan, termasuk kedaulatan untuk menegakkan hudud atau apapun. Sangat tidak logis menerapkan hudud tanpa dukungan publik karena Islam adalah untuk semua Muslim. Itulah sebabnya, pilihan itu harus dibuat berdasarkan keputusan kolektif. Tak ada satu pun faksi yang boleh menerapkan sesuatu dengan mengabaikan realtitas dan keadaan di sekitarnya.
Ketika Nabi Muhammad saw pertama kali tiba di Madinah, yang pertama kali menjadi perhatiannya adalah membuat kontrak sosial dengan warga Madinah, meski Muslim ketika itu menjadi warga minoritas di tengah masyarakat Madinah. Rasulullah akhirnya berhasil membuat kontrak itu yang mengharuskan setiap orang di Madinah memikul tanggung jawab itu. Contohnya, orang-orang Yahudi, seperti juga warga lainnya di Madinah, punya hak dan tanggung jawab dalam masyarakat.
Pesan Islam sangat universal. Islam datang sebagai rahmat untuk semua orang, bukan hanya Muslim. Dan rahmat bagi manusia itu juga menyangkut hak-hak orang lain. Oleh sebab itu, sebuah kelompok Islam bukan berarti bebas menerapkan visinya tanpa mempedulikan kondisi di sekitarnya.
Bagaimana hubungan Hamas dengan gerakan-gerakan lainnya di dunia Islam?
Hubungan Hamas dengan gerakan-gerakan Islami lainnya cukup seimbang dan memuaskan. Kami melakukan kesepakatan dengan semua gerakan itu dengan cara yang bertanggung jawab. Kami kooperatif dengan hal-hal yang kami setujui dan saling memaafkan jika terjadi perselisihan. Kami tidak akan berpihak pada gerakan apapun yang melawan pemerintahannya, begitupun sebaliknya. Dalam hal ini, kami membuka kesempatan pada semua gerakan yang ingin membantu kami semampu mereka bisa.
Kami tahu, mayoritas Muslim merasa ikut bertanggung jawab atas persoalan-persoalan Palestina dengan cara mendoakan kami, menyebarkan semangat dan harapan atau dengan memberikan bantuan materi. Dan sumber utama dukungan bagi kami datang dari masyarakat dunia Islam. Dukungan ini membuat musuh-musuh kami kesulitan untuk memberangus sumber-sumber finansial Hamas. Muslim di seluruh dunia sangat memahami kewajiban mereka terhadap saudara-saudari mereka di Palestina. Kesadaran ini pada gilirannya, membantu Hamas untuk tetap kuat tanpa adanya bantuan resmi atau dukungan dari otoritas Palestina yang sudah berlangsung lama.
Saya katakan, jika kami, rakyat Palestina telah mengorbankan jiwa, raga dan anak-anak kami dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Israel, kami akan selalu menemukan umat Islam yang berpihak pada kami dan memberikan dukungan pada kami, apakah itu dengan bantuan peluru atau bantuan terhadap keluarga-keluarga para martir beserta anak-anaknya. Muslim berada di sisi Hamas dalam perjuangan ini dan membuktikan kebenaran teori yang kami bicarakan.
Ada pertanyaan mengapa Hamas terlihat kurang melakukan operasi-operasi syahid seperti di masa lalu. Ini terlihat dari menurunya jumlah aksi-aksi bom bunuh diri di mana Hamas sering mengklaim bertanggung atas serangan bom itu. Apakah Hamas telah mengubah kebijakannya terhadap operasi-operasi semacam ini dan apakah Hamas menganggap operasi-operasi seperti itu menguntungkan Hamas?
Benar sekali. Jika orang memperhatikan perkembangan arah politik di Palestina dan mengamati apa yang terjadi di Palestina, ia akan melihat bahwa pada tahun 1996 dan sesudahnya, dibandingkan dengan tahun 2006, ada gelombang operasi-operasi syahid dan operasi-operasi lainnya. Tahun 2006, pemilihan umum berlangsung dan Hamas harus berhadapan dengan realita politik yang berbeda.
Hamas tetap dan akan terus menjadi gerakan perlawanan. Aktivitas utamanya adalah melawan penjajahan, inilah tulang punggung Hamas. Dan kami sangat meyakini bahwa tidak ada satu pun yang membuat kami bisa mencapai tujuan kami di Palestina, selain melakukan perlawanan. Kami menggunakan dua jalur dalam ruang politik; jalur islah dan jalur perlawanan. Hamas tetap memegang teguh perlawanan yang mencapai sukses di awal tahun 1990-an. Tapi kesuksesan itu terjegal oleh perjanjian Oslo tahun 1996 dan pemberlakukannya diperpanjang sampai tahun 2000. Tapi perjanjian Oslo gagal mencapai tujuannya.
Jadi, Hamas percaya pada keikutsertaannya dalam pemilu dan tetap memilih jalan perlawanan? Karena ada pendapat yang mengatakan, keikutsertaan Hamas dalam politik berpengaruh negatif pada gerakan Hamas sebagai gerakan perlawanan.
Perlawanan itu sendiri adalah bagian dari politik. Kita tidak bisa memisahkan keduanya karena pada akhirnya, kekerasan atau perlawanan menjadi klimaks dari politik. Perlawanan adalah jenis politik yang menggunakan senjata sebagai alat komunikasinya.
Keikutsertaan Hamas dalam pemilu sudah melalui keputusan yang diambil dengan hati-hati, dan dengan perencanaan dan upaya yang keras. Hasilnya, sungguh di luar dugaan kami. Kami cuma berharap menjadi kelompok minoritas yang cukup berpengaruh dalam sistem politik di Palestina. Kami tidak berharap untuk menang, apalagi sampai merebut 80 dari 130 kursi di Dewan Legislatif.
Mendapatkan kekuasaan adalah sebuah tanggung jawab, lebih dari sebuah pilihan. Jika kami menolak tanggung jawab itu, kami akan disalahkan. Ada yang menanyakan pada kami, mengapa Hamas tidak menjaga keanggotannya di Dewan Legislatif, membentuk pemerintahan dan berkuasa? Suatu hal yang sulit dilakukan oleh Hamas karena sebelumnya Fatah yang berkuasa dengan semua program-programnya dan Hamas harus bertanggung jawab untuk menyetujui semua keputusan dan penunjukkan karena Hamas mendominasi kursi parlemen. Kami telah memberikan mereka hak dan kebebasan dan Hamas menanggung semua tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang sebenarnya tidak sesuai dengan program-program Hamas.
Biarbagaimanapun, Hamas menuai sukses dalam pemilu. Setelah pemilu, Hamas memasuki lorong tanggung jawab untuk membentuk pemerintahan Palestina. Kami berusaha memenuhi janji-janji kami pada rakyat Palestina terkait perubahan dan reformasi, yang memicu pertikaian dengan Fatah di Dewan Legislatif dan mayoritas aparat birokrat, dan situasi ini akhirnya membuat situasi makin rumit.
Sekarang tentang serangan roket, sejumlah kalangan di Barat menilai serangan roket Hamas ke Israel hanya membuat rakyat Palestina menderita. Bagaimana sebenarnya kebijakan Hamas tentang serangan roket ini, terutama karena isu ini bertentangan dengan opini publik. Sebagai contoh, ketika Obama berkunjung ke Israel, ia mengunjungi anak-anak Israel yang cacat akibat serangan roket al-Qassam Hamas.
Yang pertama, jika Obama berkunjung ke Ghaza, dia akan menjumpai sekitar 1.000 orang Palestina yang kehilangan kaki dan tangannya akibat misil-misil Israel. Jika di Israel ada satu anak yang terluka, kami di Palestina punya ribuan orang yang anggota tubuhnya diamputasi akibat ulah Israel. Di Tulkarim, ada seorang perempuan hamil yang kedua kakinya diamputasi.
Yang kedua, roket-roket itu dibuat di dalam negeri Palestina sendiri karena Ghaza dikepung oleh Israel, sehingga tidak mungkin ada ekspor senjata canggih, terutama dari Barat buat kami. Mereka yang mengkritik kemampuan roket-roket kami, sebaiknya membawakan kami roket-roket yang lebih baik yang bisa menimbulkan banyak korban. Dan mereka yang mengkritik target roket-roket kami, sebaiknya memberitahu kami cara untuk membuat roket-roket yang bisa mencapai target personel dan peralatan militer saja.
Kalau mereka tidak puas dengan metode kami, mereka selayaknya mengetahui masalahnya, akhiri penjajahan untuk menghentikan tembakan roket-roket kami. Roket-roket yang kami luncurkan adalah ekspresi keinginan kami untuk mengakhiri penjajahan Israel dan meraih kemerdekaan. Keinginan kami sangat kuat, tapi kami hanya memiliki kemampuan yang sederhana. Setiap orang berpartisipasi dalam memproduksi roket al-Qassam, yang dibuat di dapur-dapur rumah karena cuma dengan cara ini kami bisa melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Apakah mereka yang mengecam menginginkan kami menerima penjajahan, penindasan dan perbudakkan. Mereka mendesak kami untuk bernegosiasi dan kami sudah bernegosiasi selama 17 tahun, tanpa hasil. Kami tak juga meraih kemerdekaan, situasi Palestina malah makin memburuk. Tanah-tanah kami dirampas dan masjid kami (al-Aqsha) hampir roboh akibat ulah Israel dan kami tidak punya peralatan lain untuk mempertahankan diri kami, untuk mendapatkan kebebasan dan lepas dari penjajahan.
Mereka yang mengecam serangan roket kami, jika menganggap serangan roket kami tidak terlalu memberi pengaruh, mengapa mereka meminta kami untuk menghentikan tembakan-tembakan roket kami?
Ada pertanyaan, jika rezim Zionis hancur dan para pengungsi Palestina kembali, negara macam apa yang akan dibangun Hamas. Akankah Hamas akan mengusir orang-orang Yahudi?
Pertanyaan yang logis seharusnya, Yahudi yang pertama kali melakukan, mereka datang dan menempati rumah-rumah milik orang lain, mengambil kebun-kebun dan hasil panen milik orang lain. Apa salah rakyat Palestina yang sudah ribuan tahun tinggal di tanah itu dan menguburkan nenek-nenek moyang mereka di sana? Mengapa orang-orang Palestina diusir dari tanah airnya, Mengapa orang-orang Yahudi melakukan itu?
Terkait Yahudi yang tinggal di tengah umat Islam, saya katakan bahwa orang-orang Yahudi yang hidup di bawah pemerintahan Islam adalah orang yang paling bahagia di bumi. Di negara Muslim, orang-orang Yahudi tidak dibunuh, seperti Yahudi-Yahudi di Moskow, Polandia, Jerman dan Spanyol. Orang selama ini sudah salah berpikir bahwa holocaust hanya terjadi di Jerman, padahal Yahudi yang dibunuh di Polandia dan Spanyol jumlahnya lebih besar daripada Yahudi yang dibantai di Jerman.
Orang-orang Yahudi hidup bebas dan menjalankan bisnisnya di Mesir dan Baghdad. Mereka tidak dicurigai atau diperlakukan sewenang-wenang. Malah terkadang, orang-orang Yahudi mendapat hak-hak istimewa. Saat ini, perwakilan Bahrain untuk AS adalah seorang Yahudi.
Islam berbeda dengan agama lainnya. Tak ada agama lain yang bisa menerima orang lain selain Islam. Seseorang tidak bisa disebut Muslim jika tidak meyakini Musa dan Isa (Yesus). Tapi penganut agama lain, menolak eksistensi kami, menolak identitas Palestina kami dan agama kami.
Kami hanya ingin penjajahan Israel di Tepi Barat dan Ghaza diakhiri. Kami ingin hidup damai, kami ingin Israel mundur dari tanah yang mereka rampas pada tahun 1967, termasuk dari Yerusalem. Inilah yang kami serukan saat ini. Terkait cara kami memerintah, jangan diragukan lagi, kami akan memerintah sesuai dengan etika, ajaran agama dan nilai-nilai sejarah kami. Kami memahami dan mengakui hak-hak orang lain. Tapi kami tidak bisa terima jika kami yang harus menyerahkan hak-hak kami.
Apakah Hamas akan mengakui Israel kalau Israel mundur ke perbatasan tahun 1967?
Tidak, kami tidak akan mengakui Israel apakah dia mundur atau tidak. Solusi yang saat ini diterima Hamas, sifatnya temporer; gencatan senjata, mundurnya Israel dari semua wilayah Tepi Barat dan Ghaza serta pendirian negara Palestina dengan Yerusalem sebagai anggotanya.
Kesepakatan itu berlaku sampai sekarang, tapi tanpa pengakuan terhadap Israel. Solusi ini tidak menjamin hak rakyat Palestina. Solusi finalnya adalah keadilan. Keadilan yang diikuti dengan kembalinya seluruh orang Palestina ke tanah air mereka dan pengembalian harta benda mereka.
Pesan apa yang ingin disampaikan Hamas untuk Abu Mazin (Mahmud Abbas, Presiden Palestina), para pemimpin Arab dan Kongres AS?
Untuk Abu Mazin, berjuanglah pada sisi rakyat untuk mencapai kebebasan.
Untuk para pemimpin Arab, persoalan Palestina akan tetap menjadi pertaruhan yang akan menentukan masa depan stabilitas di kawasan.
Untuk Israel, bukan persoalan seberapa besar harapan untuk masa kini, masa depan rakyat tidak ditentukan oleh fakta yang terjadi atau dibentuk oleh kesepakatan-kesepakatan beserta keseimbangan kekuatan. Tapi rakyat Palestina akan merebut kembali hak-haknya, dan tidak ada jalan lain.
Untuk Kongres AS, orang yang kuat, tidak akan selamanya kuat. Begitu yang lemah, tidak akan selamanya lemah. Keadilan dan kejujuran lah yang menjadi jaminan, yang membuat kehidupan orang lebih baik dari kehidupan orang lainnya. (ln)