Tanggal 3 Januari 2009, seminggu setelah agresi Israel atas Gaza terjadi, dr. Jose Rizal Jurnalis, dari Medical Emergency Resque Commitee" (MER-C) Indonesia bertolak ke Palestina dalam misi kemanusiaan.
Hanya karena kondisi perang yang tengah mencapai puncaknya, saat ini Israel melakukan perang darat dan Hamas beserta rakyat Palestina pun melakukan perlawanan, maka dr. Jose yang sudah berkali-kali melakukan tugas kemanusiaan di daerah maupun negara yang sedang mengalami konflik bersenjata, tertahan di Kairo.
Beberapa kali mencapai perbatasan Rafah, namun berhadapan langsung dengan tentara Israel yang melarang siapapun masuk ke Gaza, termasuk petugas medis dan wartawan.
Untuk mengetahui perkembangannya, eramuslim mengadakan wawancara langsung by phone dengan dr. Jose Rizal. Kontak dilakukan beberapa kali karena jaringan yang tidak terlalu bagus. Wawancara dilakukan pada Selasa pagi, waktu Mesir. Berikut petikannya.
Di mana sekarang posisi Anda dan tim kemanusiaan dari Indonesia?
Perlu disampaikan kepada masyarakat luas di Indonesia agar tidak terjadi kesimpangsiuran. Sampai hari ini, saya dengan tim masih berada di Kairo, Mesir. Susah sekali masuk ke Gaza, karena ini sedang dalam kondisi perang, perang sesungguh-sungguhnya. Kami terus melakukan lobi kepada seluruh pihak di Mesir agar bisa masuk ke Gaza, atau paling tidak ke perbatasan Rafah.
Sebenarnya kondisi di sana itu seperti apa, dr.? Bisa dijelaskan?
Jangan dianggap bahwa perbatasan di Jalur Gaza, seperti ada perang di dalam kawasan itu, dan di perbatasan kita bisa melhat orang perang. Situasinya benar-benar berbeda dengan kawasan perbatasan di daerah normal. Sekarang Gaza dinyatakan sebagai satu kawasan dalam keadaan darurat—baik militer maupun peran. Kami di Kairo masih bisa mendengar ledakan-ledakan bom, dan jika mendekat ke perbatasan Rafah, getaran bom juga bisa terasa.
Apa saja yang dibawa oleh Mer-C untuk rakyat Palestina?
Dengan kondisi yang seperti sekarang ini, yang paling efektif, kami hanya membawa uang. Jumlah uang itu sebesar Rp. 2 milyar. Saat ini di Mesir, kami sudah membeli obat-obatan yang jumlahnya sudah mencapai Rp. 100 juta. Namun sampai saat ini obat-obatan ini pun susah sekali untuk masuk Gaza.
Kapan kira-kira Anda dan Tim Kemanusiaan Indonesia bisa memasuki Gaza?
Israel mengadakan monitoring yang sangat ketat. Tetapi kami yakin, kami bisa mencapai Gaza, dan kami kira ini hanya soal waktu saja. Kami belum bisa memastikan kapan, tapi insyaAllah kami akan masuk ke Gaza.
Bagaimana kondisi Mesir saat ini? Bagaimana dengan rakyat Mesir terhadap pemerintahnya menanggapi agresi militer Israel ke Gaza, mengingat Mesir pun punya andil besar dalam membuka perbatasan?
Sebenarnya sangat beragam. Ada yang terus melakukan aksi demo namun ada juga yang diam. Tampaknya sama juga di negara-negara Arab yang lain. Semoga kami terus bisa melobi pemerintah Mesir untuk membuka izin jalan ke Jalur Gaza.