Warga Jakarta, hari Rabu (19/7) petang kemarin kembali panik dengan guncangan gempa. Menurut Kepala Bidang Seismologi Teknik dan Tsunami, Badan Meteorologi dan Geofisika, Jakarta, Doktor Fauzi, gempa-gempa susulan kemungkinan masih akan terjadi sampai dua minggu ke depan. Ia juga mengungkapkan tentang ‘jaringan eksklusif’ untuk sistem peringatan dini bagi masyarakat.
Berikut petikan perbincangannya dengan eramuslim;
Apa sebenarnya penyebab rangkaian gempa yang terjadi beberapa hari belakangan ini?
Jadi, penyebabnya adalah gempa tektonik yang terjadi di dasar laut. Kebetulan gempanya itu dangkal dan besar. Ada dislokasi di dasar laut yang menyebabkan stabilitas air laut terganggu sehingga menimbulkan tsunami.
Apakah gempa masih akan terjadi dalam beberapa hari mendatang?
Gempa utamanya sudah terjadi, gempa susulan masih akan terjadi meski sudah banyak memang, tapi skalanya kecil sehingga untuk menimbulkan tsunami juga sangat kecil.
Sampai berapa hari lagi gempa susulan masih akan terjadi?
Mungkin dalam dua minggu ini masih akan terjadi dengan skala sekitar 5 skala Richter.
Ada kemungkinan gempa-gempa susulan ini akan bersifat merusak?
Ndak…. Mestinya dengan skala 5 dan jaraknya cukup jauh, sekitar 100 kilo meter dari Pangandaran, potensi merusaknya sangat kecil termasuk kemungkinan terjadi tsunami.
Sebenarnya bagimana tingkat kerawanan wilayah Indonesia terhadap bencana tsunami?
Kita itu memang berada di daerah yang rawan gempa, dan sekaligus daerah rawan tsunami. Dan kita harus waspada terhadap dua hal tersebut.
Untuk gempa bumi, kita jelas tidak bisa memprediksi gempa bumi. Teknologi kita belum mampu menciptakan dan mengoperasionalkan, meskipu sudah banyak risetnya. Sehingga yang perlu Kita lakukan adalah bagaimana antisipasinya.
Maksudnya antisipasi yang seperti apa?
Jadi, korban gempa bumi itu tidak langsung disebabkan oleh gempa itu sendiri, tapi disebabkan oleh keruntuhan bangunan. Nah, untuk mengurangi korban, tentu harus diciptakan bagaimana kalau ada gempa, rumahnya tidak rubuh.
Kalau antisipasi ancaman tsunami sendiri bagaimana?
Nah, itu lain hal. Untuk tsunami, Kita masih mempunyai sedikit waktu setelah gempa terjadi, Kita tahu lokasinya, Kita tahu besarnya, nah dari situ kita bisa interpretasikan apakah gempa tersebut akan menimbulkan tsunami atau tidak. Itu yang kita sebut sistem peringatan dini.
Tapi kita kan belum punya sistem peringatan dini yang baik?
Kita dalam taraf pembangunan sekarang ini. Sejak tahun lalu, pertama kali siapkan sistem pertama, periode pertama pembangunan, kita sudah berhasil mendapatkan informasi kemungkinan tsunami itu 10 menit setelah gempa tersebut. Ini suatu kemajuan yang cukup, tapi Kita masih ingin meningkatkan lagi, agar informasinya lebih cepat, karena kita tahu tsunami itu datangnya sangat, sangat cepat. Kayak yang di Pangandaran itu, tsunami datang sekitar 20 menit setelah gempa….
Tapi informasinya ke masyarakat masih tetap terlambat?
Itu masalah lain lagi. Bagaimana dari BMG informasinya sampai ke masyarakat. Ini masalah yang cukup rumit. Tadi kita sudah diskusi masalah itu dan ada beberapa usulan yang harus kita tempuh agar informasi tsunami tepat sasaran. Kendala-kendalanya Kita sudah sangat tahu.
Bagaimana sistem informasi efektif yang bisa diterapkan di Indonesia?
Persoalannya adalah susahnya berkomunikasi dengan masyarat dan aparat yang bertugas di daerah yang terancam bencana tersebut. Jalan keluarnya adalah, bagaimana kita memiliki sistem jaringan yang eksklusif yang tidak tergantung pada sistem komunikasi publik seperti telpon dan hp.
Jaringan yang eksklusif itu yang bagaimana?
Misalnya langsung melalui satelit. Atau… ini yang sedang kita kerjakan juga, BMG sedang membangun jaringan sirine dari BMG pusat ke daerah pantai yang terancam. Pantai kita kan panjang, kalau kita bangun di daerah pantai yang rawan tsunami itu, jumlahnya ribuan.
Ini akan langsung didengar masyarakat. Kita pencet tombol di sini, langsung bunyi di sana, dan masyarakat juga harus tahu apa arti sirine itu, maka mereka akan dievakuasi. Evakuasi juga tidak serta merta ya, harus ada sistem terpisah untuk itu yaitu sistem kesiapsiagaan. Karena kalau sirine bunyi, masyarakat tidak siap, yang terjadi adalah chaos. Itu yang terjadi di Jogja dan di Pangandaran juga banyak terjadi seperti itu.
Sistem ini sangat panjang, satu sistem yang sangat terpisah dan tidak bisa ditangani BMG sendiri.
Kapan sistem sirine ini akan direalisasikan?
Sistem sirine ini akan mulai dibangun pada tahun ini, mungkin bulan Oktober atau November. Kita bikin prototipe pertama di tiga lokasi; di Aceh, di Padang dan di Bali. (ln)