Mantan Duta Besar Liga Arab untuk AS dan PBB, Clovis Maksoud menyatakan bahwa Barat mengancam Libya bahwa mereka akan melakukan semua opsi untuk menumbangkan rezim Muammar Gaddafi. Dalam wawancara dengan Press TV, Maksoud juga mengatakan bahwa Barat masih mengincar sumber minyak Libya.
Akankah opsi militer itu akan menjadi perang baru Barat setelah perang mereka di Irak dan Afghanistan, dan seberapa besar faktor minyak mempengaruhi revolusi rakyat di Libya? berikut petikan wawancaranya :
Apa pendapat Anda melihat wacana militerisasi dalam konflik di Libya, melihat kapal-kapal perang AS sekarang sudah masuk ke kawasan dan Inggris mengatakan bahwa mereka tidak perlu izin PBB jika harus melakukan intervensi militer ke Libya?
Kalau Qaddafi mengangkat senjata untuk melawan rakyatnya, maka PBB boleh mengambil langkah paksaan berdasarkan Chapter Seven. Ini harus menjadi acuan kolektif apakah harus melakukan reformasi militer atau reformasi lainnya untuk mencegah dampak dari penggunaan senjata oleh rezim Gaddafi. Saya pikir, ini akan melindungi rakyat Libya, tapi langkah paksa itu tidak boleh secara eksklusif dilakukan oleh Amerika, Inggris atau Barat, atau NATO, tapi harus dilakukan oleh sebuah pasukan internasional yang disahkan PBB. Ini menjadi satu syarat, langkah ini tidak akan menimbulkan gangguan tapi merupakan intevensi kemanusiaan atau upaya pencegahan tindak kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat Libya.
Hal itu merupakan perbedaan penting, dibandingkan jika AS atau pihak lain yang mengambil tanggung jawab itu, bahwa mereka menjadi pelindung rakyat Libya. Tidak, mereka harus bekerja sama untuk melindungi rakyat Libya dari kemungkinan genosida yang dilakukan oleh rezim Gaddafi. Jadi, saya pikir ini adalah perkembangan penting dan tidak bisa dihindari. Harus ada gerakan kolektif yang diambil dengan suara bulat, yang mengesahkan resolusi itu di Dewan Keamanan PBB.
Sulit membahas masalah Libya tanpa membicarakan masalah minyak yang mempengaruhi apapun yang terjadi di dunia internasional, dan melihat respon dunia internasional atas konflik di Libya.
Bagaimana Anda melihat peran minyak dalam kaitannya dengan persoalan ini? Apakah reaksi AS dan Inggris juga berkaitan dengan faktor minyak tersebut?
Ada tingkat keengganan, sebagian karena faktor minyak ini. Sejak pecah gerakan rakyat di Libya, sebagian dari mereka berhasil mengendalikan ladang-ladang minyak di Libya dan ini menghambat banyak pihak yang mengimpor minyak dari Libya.
Tapi yang lebih penting adalah, faktanya pihak asing, apakah itu AS, Italia atau Prancis, mereka menyatakan akan menarik para diplomatnya dari Libya sebelum mereka menghadapi resiko menjadi sandera. Tentu saja ini memberi kesan bahwa mereka oportunis. Banyak negara yang berpikir bahwa melindungi warga negara mereka sendiri merupakan prioritas, sama pentingnya dengan melindungi orang-orang yang selama ini mengakui mereka, yaitu Libya.
Dalam hal ini, ada gap selama dua atau tiga hari, dimana negara-negara seperti AS, Inggris, dan Prancis sepertinya enggan untuk mengambil sikap tegas, sampai mereka memastikan bahwa semua warga negara mereka sudah ditarik dari Libya, kemdian mereka baru bertindak dan menjelaskannya pada Dewan Keamanan.
Apakah Anda melihat persamaan yang esensial antara retorika perang di Afghanistan dan di Irak, dengan retorika yang sekarang dilontarkan negara-negara Barat? Atau Anda melihat Libya sebagai kasus yang unik dan berbeda dengan kedua perang tadi?
Situasi Afghanistan berbeda, dalam arti, apapun yang orang pikirkan, apakah mereka setuju melanjutkan tindakan militer atau tidak, itu adalah jalan pintas Dewan Keamanan PBB. Pada dasarnya, Dewan Keamanan PBB menyetujui adanya intervensi pada tahun 2001, bahkan hampir dengan suara bulat karena mereka merasa ada reaksi atas sebuah serangan teroris.
Sedangkan dalam kasus Libya, tidak ada serangan ke Barat kecuali ada klaim dari perusahaan-perusahaan Libya, dan Barat pada umumnya yang berkaitan dengan bisnis minyak dan persoalan komersil lainnya. Secara khusus, klaim itu ada yang benar, mengingat banyak tokoh berpengaruh di Barat, seperti Silvio Berlusconi (perdana menteri Italia), yang memiliki hubungan dekat dengan Gaddafi. Semua pertimbangan-pertimbangan ini perlu dikaji. Utamanya, karena kekuatan Barat di Dewan Keamanan PBB ingin memastikan bahwa Cina dan Rusia tidak bertindak secara sepihak, tapi semua tindakan harus merupakan keputusan bersama di PBB.
Bagaimana Anda menilai opsi militer yang didengungkan negara-negara Barat. Selama ini, Barat sudah terlibat dalam perang di Irak dan Afghanistan. Apakah Barat mampu melibatkan dirinya lagi dalam perang baru dan apakah Gaddafi akan menyerah jika opsi militer itu terjadi?
Saya pikir, masing-masih kasus berbeda. Kasus Afghanistan agak rumit, karena banyaknya warga sipil yang terbunuh. Tapi, akar persoalannya terkait pasal 51 piagam PBB, dan tindakan membela diri dibenarkan oleh PBB. Sedangkan dalam kasus Irak, invasi ke Irak merupakan tindakan ilegal. Invasi itu dilakukan dengan cara melangkahi Dewan Keamanan PBB, yaitu sebelum tim inspeksi PBB menyelesaikan penelitiannya dan meminta waktu tiga bulan lagi karena diduga tidak benar Irak memiliki senjata pemusnah massal, sehingga kasus Irak berbeda.
Sementara dalam kasus Libya, msalahnya adalah seorang diktator zalim yang mengancam akan membunuh. Duta Besar Libya yang mengundurkan diri, yang juga teman dan perwakilan rezim teroris Gaddafi, mengatakan bahwa ia seperti juga rakyat Libya lainnya hanya punya dua pilihan. Pilihan pertama, tetap tunduk atau dibunuh oleh Gaddafi.Pilihan seperti menimbulkan situasi yang tidak rasional, yang artinya, dunia internasional secara keseluruhan harus melakukan mobilisasi untuk meminimalkan rakyat Libya berada dalam kondisi harus memilih dua pilihan itu.
Rusia melontarkan ide zona larangan terbang. Bagaimana pendapat Anda tentang ide ini, apakah akan memberikan dampak positif melihat situasi sekarang ini di Libya, atau hanya akan memperburuk keadaan?
Zona larangan terbang merupakan langkah protektif. Jika tidak ada pilihan lagi dan rezim Gaddafi masih terus membunuh rakyatnya, maka ini menjadi masalah. Para pilot Libya membelot dan menolak untuk membunuh rakyat mereka sendiri. Saya rasa, jika mereka memilih Gaddafi–dan saya pikir mereka tidak akan melakukannya–pada saat banyak pembelotan terjadi, zona larangan terbang perlu diberlakukan atas persetujuan Dewan Keamanan PBB dan tidak boleh ada yang mem-veto kebijakan itu, yang artinya, Cina dan Rusia harus mendukung keputusan tersebut.
Apa pandangan Anda tentang senjata kimia dan senjata pemusnah massal yang mungkin dimiliki Gaddafi. Ada spekulasi bahwa Gaddafi masih menyimpan berton-ton senjata kimia meski ia menyatakan sudah memusnahkannya pada tahun 2003. Apakah Anda melihat kemungkinan Gaddafi akan menggunakan senjatanya itu?
Dalam kasus Gaddafi, seseorang tidak bisa berharap untuk mendapatkan refleksi yang logis. Oleh sebab itu, jika terbukti senjata kimia itu ada dan ada sinyal bahwa Gaddafi akan menggunakannya, maka perlu dilakukan intvensi secara kolektif untuk mencegah terjadinya genosida. Berbeda dengan apa yang terjadi di Uganda misalnya, dimana PBB tidak merespon kemungkinan itu dengan cepat, maka harus dicegah hal serupa terulang di Libya, karena akan menjadi bencana bagi Afrika pada umumnya serta bagi dunia internasional pada khususnya.
Harus ada laporan intelijen yang bisa dipercaya untuk mendeteksi soal senjata kimia Gaddafi. Rakyat serta kelompok oposisi di Libya juga harus berperan. Jadi, saya pikir ini merupakan persoalan yang sangat sulit dan sensitif bagi Gaddafi sendiri, jika ia melakukan genosida, maka akan ada konsekuensinya. (ln/prtv)