Rencana kedatangan pemimpin Amerika Serikat George W. Bush sejak pekan lalu mendapat sorotan beragam dari berbagai masyarakat ada yang menghujatnya, ada pula yang mendukung kedatangan itu dengan bersyarat. Mantan Ketua MPRRI Amien Rais mengemukakan beberapa alasan kenapa Bush tidak perlu diperlakukan secara berlebihan, sehingga menuai protes dari kalangan ormas Islam dan kelompok masyarakat.
Berikut tanya jawab Amien Rais dengan para wartawan sebelum menjadi pembicara dalam Acara Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan, di Aula Buya Hamka Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Senin (13/11).
Menurut Anda, mengapa kelompok masyarakat dan ormas Islam di Indonesia menolak kedatangan Bush?
Saya kira begini ya, mengapa rakyat ramai menolak Bush. Karena Bush ini pengejewantahan, pertama dia seorang penjajah, Amerika menjajah Irak sampai sekarang, selain penjajah Bush juga penjahat perang, di penjara Guantanamo dan Abu Ghraib terjadi penyiksaan terhadap orang-orang Irak yang sangat menyedihkan, di mana serdadu AS melakukan tindakan yang sewenang-wenang seperti menguliti, menghinakan dan memperlakukan orang Irak itu seperti binatang.
Yang ketiga, Bush ini adalah pendusta, pada waktu kampanye ia mengharuskan sikap rendah hati, dalam mengendalikan AS tidak akan semaunya saja, dan kemudian masuk ke Irak ia juga kembali berdusta, katanya Irak menyimpan senjata pemusnah massal tapi tidak terbukti, dan katanya juga Saddam Husein temannya Usamah bin Ladin juga tidak terbukti.
Jadi yang jelas dia itu penjajah, pendusta, penjahat perang, kemudian dia itu biangnya teroris, yang melakukan perang global melawan terorisme, tapi yang terjadi dia melakukan terorisme di mana-mana. Nah kalau kita menerima Bush secara berlebihan itu merugikan dan menghinakan negara sendiri.
Bagaimana dengan pengamanan yang super ketat yang sudah disiapkan oleh pemerintah Indonesia itu?
Ya itu, kita seperti bangsa jongos, bangsa pelayan. Padahal Bush sudah di-emoh-in (tidak diinginkan-red), kita masih mengelukannya ibarat Superman. Jadi tidak masuk akal menurut saya, dan ini seharusnya menjadi koreksi besar pemerintahan Yudhoyono. Kalau bisa jangan diterima berlebihan, terima saja mengkin di Istana, alakadarnya, atau di Bandara Halim Perdanakusuma, kasih nasi goreng, nasi rawon atau apa saja, kemudian suruh pulang,
Bagaimana dengan penolakan massa secara besar-besaran?
Saya sangat setuju, saya akan ikut.
Apakah ada agenda terselubung dalam kunjungan Bush?
Saya tidak tahu, yang tahu cuma Yudhoyono, Presiden RI. Tetapi saya menduga ada kepentingan ekonomi dan kepentingan strategi AS, karena di sini ada ExxonMobil komisarisnya bapaknya Bush, Freeport, Newmont dan lain-lain. Itu yang sekarang harus diamankan, jangan sampai ada gerakan seperti di Bolivia atau Venezuela, yang perlu kita minta kontrak karyanya di nego (negosiasi-red) ulang.
Jadi saya kira, kalau Pak Yudhoyono berani akan tepat sekali, untuk mengatakan enough is enough, harus ada peninjauan ulang kontrak karya supaya kepentingan kita diunggulkan dari AS. Tapi saya kira kita masih memerlukan orang lain untuk itu bukan dia.
Bagaimana dengan himbauan untuk menghentikan aksi demonstrasi saat kedatangan Bush?
Saya kira teruskan saja berunjuk rasa, tapi jangan merusak, jangan bakar ban dan jangan lempar-lempar, apalagi ada yang luka-luka. Mari kita ekspresikan inilah kedaulatan kita, bangsa yang terinjak-injak, inilah ketersinggungan nasional, kita tunjukan kita ini bangsa yang besar bukan bangsa jongos, bukan bangsa pelayan.
Apakah harus ada kompensasi terhadap kerugian ekonomi warga Bogor akibat kedatangan Bush?
Kalau bisa kenapa tidak, artinya pemerintah tidak boleh zalim, pada rakyatnya sendiri. (novel)