Bagi Ali Abu Nimah, salah seorang yang berdarah Palestina pendiri electronicintifada, mengatakan kondisi manapun tentang dua negara itu semuanya merugikan Palestina. Saat ini Ali tinggal di Amerika dan bekerja sebagai intelektual Muslim muda. “Hanya ada satu negara, yaitu Palestina.” Ujarnya. Berikut petikan wawancaranya dari worldbulletin.
Anda adalah seorang bangsa Palestina. Mengapa Anda meninggalkan Palestina?
Orang tua saya lahir di Palestina, tapi mereka sudah meninggalkan Palestina sejak masih muda, pada tahun 1949. Ketika tahun 1967, Israel menjajah, kami tidak pernah bisa kembali. Saya lahir di luar AS, saya tak pernah tinggal di sana, walaupu saya sering mengunjunginya. Saya beruntung masih bisa ke sana. Saya selalu menganggap diri saya sebagai orang Palestina.
Bagaimana dengan keluarga Anda? Bisakah diceritakan sedikit?
Orang tua saya itu diusir dari Palestina. Hanya sedikit orang yang boleh kembali kesana. Desa mereka bernama Battir. Setelah pengusiran itu, mereka tinggal di udara terbuka, dan mencoba kembali ke Battir. Banyak terjadi penembakan dan serangan oleh militer Zionis, waktu itu tidak ada negara Israel. Bangsa Palestina ditembaki setiap waktu. Orang tua saya pergi ke Yordan pada awalnya sebagai pengungsi.
Tanggapan Anda tentang konsep dua negara untuk Palestina dan Israel?
Saat ini hanya ada satu negara di sana, yaitu Israel yang memerintah. Hanya orang Yahudi yang tinggal di sana. Mereka menggunakan kekerasan dan menjalankan sistem apartheid. Palestina di Gaza tak pernah melakukan apapun karena kungkungan Israel. Jadi konsep dua negara hanya sebuah ilusi.
Mustahil membagi dua negara itu. Sekarang ini, Palestina menjadi kaum minoritas. Jadi jika diberlakukan dua negara, bangsa Palestina saat ini hanya tinggal 22% di seluruh negeri. Dimana keadilannya? Kita bicara tentang dua negara tapi, yang satunya begitu kecilnya, dan mungkin hanya 13 atau 14% wilayah yang diberikan kepada Palestina. Ini seperti bangsa Indian di Amerika. Gaza saat ini seperti Warsawa. Atau Bosnia zaman perang.
Ini bukan solusinya. Semua hal itu sudah didesain untuk kepentingan negara Israel. Apa itu artinya negara Israel? Ini bukan sesuatu yang baru. Negara Israel artinya kewarnegaraan mereka (diakui). Itu sebuah negara rasis.
Anda mengatakan Israel sama dengan Afrika Selatan, apa maksudnya?
Yang saya maksud itu adalah Israel itu bangsa Apartheid. Begini contohnya, di Gaza ada 1,5 juta rakyat Palestina yang hidup seperti di penjara. 80% dari mereka adalah pengungsi dan bukan dari Gaza. Mereka itu adalah yang terusir oleh Israel dan berkumpul di Gaza. Sementara orang-orang Yahudi berduyun-duyun datang dari segala penjuru dunia, dari Amerika, Argentina atau Turki. Mereka mempunyai kewarganegaraan, pekerjaan dan rumah. Bukankah Yahudi sangat rasis? Bayangkan, jika misalnya kita tidak mengizinkan mereka masuk karena mereka bukan Yahudi, katakanlah karena mereka berkulit hitam, dunia hanya akan menganggapnya rasis. Tapi apa bedanya? Tak ada.
Anda seorang anti-Yahudi atau Anti-Semit?
Ya. Yahudi selalu tinggal di Palestina. Tapi Anda tahu, Palestina merupakan bagian dari kekuasaan Ottoman. Dulu di Palestina ada orang Afrika, Kaukasus, Sirkasia, Checnya, Balkan, Armenia, orang Kristen dan juga Yahudi, dan tak pernah ada masalah. Masalah di Palestina itu timbul ketika satu kelompok datang dan semuanya diambil alih. Mereka itu adalah Yahudi.
Bagaimana jika dua-negara itu benar-benar didirikan?
Akan ada banyak kekerasan. Akan ada banyak orang Arab yang diusir. Palestina akan menjadi negara Zionis. Semua orang berharap apartheid berakhir di Afrika Selatan, tapi itu tak akan pernah terjadi. Seperti itulah kondisi Palestina sekarang. Kita tak akan pernah bisa memprediksi masa depan, satu atau lima tahun lagi. Tapi semua kemungkinan akan selalu terbuka.(sa/wb)