BHRN: Genosida Rohingya Meningkat Sejak Aung San Suu Kyi Menjabat Pemimpin Myanmar

Eramuslim – Penganiayaan dan kekejaman terhadap etnis Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine justru lebih banyak terjadi sejak terpilihnya Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin Myanmar.

Sejak menjabat, puteri dari Jenderal Aung San ini langsung melakukan pembatasan dokumen identitas, tempat ibadah dan pembentukan desa-desa ‘bebas Muslim’, tulis kelompok hak asasi manusia dalam sebuah laporan yang diterbitkan hari Selasa (5/9) kemarin, seperti dilansir Daily Sabah.

Penindasan terhadap komunitas Muslim menyebar di negara bagian Rakhine, barat laut Myanmar, di mana 90.000 anggota minoritas Rohingya telah dianiaya dan melarikan diri dari kekerasan dalam beberapa hari terakhir, tulis Jaringan Hak Asasi Manusia Burma (BHRN).

“Menjadi seorang Muslim, saya tidak bisa pergi ke manapun di negara saya sendiri,” kata Kyaw Win, direktur eksekutif BHRN, saat peluncuran laporan di Bangkok.

Dia menyebut penganiayaan tersebut adalah sebuah “strategi yang sangat sistematis dan terkalkulasi,” dimana pemerintah junta militer Myanmar melakukan pemantauan terhadap orang-orang yang beribadah di masjid-masjid dan membentuk setidaknya 21 desa yang melarang Muslim masuk.

BHRN mewawancarai lebih dari 350 orang di 46 kota sejak Maret 2016 untuk laporan tersebut, yang diterbitkan beberapa hari setelah kekerasan di Myanmar meletus.

Kekerasan meletus di negara bagian Rakhine di Myanmar pada 25 Agustus ketika junta militer melancarkan pembantaian terhadap komunitas Muslim Rohingya. Hal ini memicu masuknya pengungsi baru ke negara tetangga Bangladesh, meskipun negara tersebut menutup perbatasannya dengan para pengungsi.

Laporan media mengatakan bahwa pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, menggusur ribuan warga desa Rohingya dan menghancurkan rumah mereka dengan mortir dan senapan mesin. (Ar/Ram)