IDLIB, Suriah Utara – Kedinginan, kelaparan dan ketakutan, wargaSuriah mencari perlindungan pada pemakaman bawah tanah, berusaha lari dari amukan pertempuran antara pejuang Suriah dengan pasukan rezim Bashar Al-Assad.
“Keadaan di sini sangat buruk,” Muhammad (13) mengatakan kepada BBC News, sambil dikelilingi sanak saudaranya.
Ayahnya telah tewas dalam pertempuran beberapa minggu lalu.
Ia dan saudara-saudaranya disuruh oleh ibu mereka untuk menunggu dan berlindung dalam sebuah ruang pemakaman tua Romawi hingga ibu mereka mendapatkan makanan untuk mereka.
Saat menunggu ibu mereka dalam kegelapan, anak-anak tersebut menggigil kedinginan, merasa lapar dan ketakutan.
“Kami takut bom dan tembakan, makanya kami bersembunyi di sini, kata Muhammad.
Banyak warga Suriah tidak menemukan tempat lain kecuali pemakaman dan gua-gua, untuk melarikan diri dari perang yang berkecamuk antara para pejuang dengan pasukan Assad.
“Hidup sangat berat, tapi kita harus menghadapinya,” seorang nenek yang tinggal di sebuah gua mengatakan.
“Dunia telah melupakan kita, ini bukan sebuah rumah.”
Dekat dengan Kematian
“Jika kamu tetap tinggal di sini, kamu menanti untuk terbunuh kapan saja,” kata Abdul Rahman, seorang kepala keluarga Suriah di Aleppo.
Setiap lima menit, suara ledakan besar memecah keheningan kota.
Banyak rumah telah rata dengan tanah beserta dinding-dinding yang hancur, menunjukkan pemandangan tragis hasil dari konflik yang berkepanjangan.
Jalan-jalan mengukir bekas perang: roda-roda tank, pecahan-pecahan peluru berserakan serta lubang-lubang besar tempat roket mendarat.
Ratusan ribu orang di sepanjang perbatasan Suriah telah berjuang untuk berlindung dan melarikan diri, banyak dari mereka tidak lagi memiliki rumah di tanah air mereka tersebut. Beberapa keluarga tidur di rumah kaca plastik di ladang-ladang, tenda-tenda didirikan di pekarangan, dan banyak rumah milik satu keluarga sekarang menjadi tempat perlindungan puluhan warga Suriah.
(Ds/Islamonline)