Eramuslim.com – Dua belas organisasi komunitas Rohingya pada hari Rabu (1/3/2023) menyatakan kekhawatirannya tentang keputusan World Food Programme (WFP) untuk mengurangi jatah makanan bagi para Muhajirin Rohingya.
Situasi itu akan memaksa mereka yang bertahan di Bangladesh masuk ke dalam lubang perdagangan manusia, pernikahan anak di bawah umur, bahkan prostitusi.
“Pengumuman pemotongan jatah makanan ini bakal menciptakan situasi yang sangat berat bagi pengungsi Rohingya dan akan memiliki implikasi yang parah, termasuk anak-anak yang terpaksa bekerja, perdagangan manusia, pernikahan anak, kegiatan ilegal, prostitusi, dan lingkungan yang rawan,” kata 12 organisasi yang berbasis di Bangladesh ini dalam sebuah pernyataan bersama.
“Waktu keputusan ini, tepat sebelum bulan suci Ramadhan, sangat tidak sensitif dan menjengkelkan,” tambahnya.
WFP mengumumkan pada pertengahan Februari bahwa jatah makanan untuk Muhajirin Rohingya di Cox’s Bazar dan Pulau Bhasan Char, akan dikurangi sebesar 17% mulai 1 Maret menjadi $10 (sekira 150 ribu rupiah) per orang per bulan dari sebelumnya $12 (180 ribu rupiah) per orang per bulan.
WFP menyatakan penurunan tajam dalam pendanaan internasional sebagai alasan keputusan tersebut. WFP menyebut pemotongan lebih lanjut kemungkinan besar terjadi pada bulan April kecuali kebutuhan dana $125 juta (hampir 2 triliun rupiah) dapat terpenuhi segera.
Lebih dari 1,2 juta Muslim Rohingya yang terpaksa mengungsi dari tanah airnya di Myanmar, telah ditempatkan di 33 kamp pengungsian yang padat di Cox’s Bazar dan pulau terpencil Bhasan Char.
Sebagian besar dari mereka menyelamatkan diri dari operasi tak manusiawi militer yang brutal di negara yang mayoritas dihuni warga beragama Buddha itu.
Pernyataan bersama tersebut juga menggarisbawahi keputusan WFP sebagai kegagalan PBB, di mana komunitas Muhajirin Rohingya telah ditopang oleh Bangladesh sehingga pemotongan jatah makanan akan menciptakan situasi yang kian sulit bagi mereka.
“Harga makanan di Bangladesh semakin tinggi dari hari ke hari, tetapi bantuan makanan untuk Rohingya justru ditetapkan sebesar $10 per orang per bulan, berarti 0,3 dolar per hari atau 0,1 dolar untuk sekali makan yang setara 10 taka Bangladesh.”
“Bagaimana WFP beranggapan bahwa 10 taka Bangladesh untuk sekali makan cukup bagi warga Rohingya?”
Pernyataan tersebut mendesak WFP untuk memotong biaya dan pemborosan yang tidak perlu, terutama di kalangan internal mereka, guna mengatasi masalah tersebut.
“Kami percaya bahwa anggota staf WFP tidak semestinya menggunakan mobil ber-AC pribadi, menginap di hotel bintang 5, dan menerima ribuan dolar; sementara komunitas Rohingya justru menderita. Ini tidak sejalan dengan misi WFP ‘Menyelamatkan Kehidupan, Mengubah Kehidupan’, melainkan tampaknya menjadi ‘Menyelamatkan Kehidupan, Mengubah Kehidupan Anggota Staf’,” tulis pernyataan bersama itu.
[sumber: Sahabat Al-Aqsha]