Selain Grace Lloyd, Kayla Hajji, warga Mormon, USA, juga mengenakan hijab dan mengobservasi ibadah puasa selama Ramadan.
"I decided to take the #Hijab challenge again this year because I want to help people in my community understand that #Islam is not about terrorists and all the horrible things portrayed in the media."-Kayla Hajji, Mormon,USA #Hijab30 pic.twitter.com/J9rdwCPIqw
— World HijabDay (@WorldHijabDay) May 31, 2018
Hajji mengatakan, ada keindahan yang dapat dirasakan dari komunitas orang yang berpuasa, dan keindahan itu tidak dapat digambarkan, kecuali ikut berpartisipasi di dalamnya. “Saya memutuskan untuk mengikuti Hijab Challenge tahun ini karena ingin membantu orang-orang di komunitas saya agar mengerti bahwa Islam bukan teroris dan tidak mengerikan seperti yang diberitakan di media,” tulis Hajji di Twitter-nya.
Diskriminasi terhadap Muslim telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, dengan wanita Muslim yang mengenakan jilbab sering menerima banyak pelecehan.
Menurut statistik Tell MAMA, yang memantau Islamophobia di Inggris, dari 765 korban dan 874 pelaku yang diidentifikasi, 56 persen korban adalah wanita Muslim.
Kepala komunitas dan ketua Tell MAMA, Shahid Malik, mengatakan kepada The Independent, “Ketika para wanita merasa terpaksa memodifikasi penampilan atau pakaian mereka agar tetap aman di jalan-jalan kami, maka kami berada di jalan untuk bersama masyarakat dan menemukan bahwa warga Inggris Muslim adalah warga kelas dua di negara mereka sendiri.” (vv)