Eramuslim.com – Pemerintahan Taliban Afghanistan tidak mengakui tiga atlet wanita yang akan mewakili negaranya dalam Olimpiade Paris bulan ini, kata seorang juru bicara dari departemen olahraga.
International Olympic Committee (IOC) mengundang satu skuad atlet Afghanistan – tiga atlet wanita dan tiga pria – atas sepengetahuan komite nasional Olimpiade Afghanistan yang sebagian besar pengurusnya dalam pengasingan.
“Hanya tiga atlet yang mewakili Afghanistan,” kata Atal Mashwani, juru bicara direktorat olahraga pemerintahan Taliban, merujuk pada atlet pria.
“Saat ini, olahraga untuk kalangan perempuan di Afghanistan sudah dihentikan. Apabila olahraga bagi kalangan perempuan sudah ditiadakan, bagaimana mereka bisa masuk tim nasional?” katanya kepada AFP Senin (8/7/2024)
Ketiga atlet putri dan dua atlet putra tersebut tinggal di luar Afghanistan.
Satu-satunya yang masih tinggal di Afghanistan adalah seorang pria atlet judo. Dua atlet putra teman satu skuadnya dari cabang olahraga atletik dan renang.
Atlet putri yang tidak diakui Taliban itu berasal dari cabang atletik dan sepeda.
IOC mengatakan pihaknya tidak berkonsultasi dengan para pejabat Taliban tentang skuad tersebut dan pihaknya tidak mengundang mereka untuk mengikuti Olimpiade.
Jubir IOC Mark Adams bulan lalu mengkonfirmasi bahwa komite nasional Olimpiade Afghanistan – termasuk presiden dan sekjennya yang keduanya .saat ini tinggal di pengasingan di luar negeri – masih tetap sebagai satu-satunya “interlocutor untuk persiapan dan keikutsertaan tim Afghanistan”.
Namun CEO dari komite Afghanistan tersebut yang masih tinggal di Afghanistan, Dad Mohammad Payenda Akhtari, mengatakan bahwa sementara para atlet putri tersebut diorganisir di luar negeri, komitmenya berkoordinasi dengan pihak otoritas Taliban terkait atlet putra.
Mashwani mengklaim pemerintahan Taliban mendukung mereka (atlet putra) dengan pelatihan dan beasiswa.
“Kami hanya bertanggung jawab atas tiga atlet putra yang berpartisipasi di Olimpiade,” kata Mashwani kepada AFP.
Para atlet itu akan berkompetisi di bawah bendera hitam, merah, hijau dari pemerintahan lama dukungan Barat, yang runtuh menyusul penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan pada Agustus 2021.
Sejak kembali kekuasaan, Taliban melarang perempuan mendapatkan pendidikan formal tingkat menengah dan tinggi, bidang olahraga dan juga melarang mereka bekerja di luar rumah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut pembatasan terhadap kaum Hawa di Afghanistan ok leh Taliban sebagai “gender apartheid”.
IOC melarang Afghanistan ikut berpartisipasi dalam Olimpiade sejak 1999, semasa pemerintahan pertama Taliban antara 1996 dan 2001, ketika perempuan juga dilarang menggeluti bidang olahraga.
Afghanistan statusnya dipulihkan IOC setelah pemerintahan Taliban digulingkan menyusul invasi pasukan Amerika Serikat dan sekutunya pada 2001 menyusul peristiwa 9/11, tetapi skuad baru kali ini berkesempatan untuk mengikuti Olimpiade musim panas yang akan digelar di Paris.
IOC menggunakan prinsip atau alasan “semua negara 206 negara terwakili dalam Olimpiade” sehingga skuad Afghanistan bisa mengikuti kompetisi tingkat dunia itu, jika tidak maka mustahil mereka bisa ikut karena prestasinya tidak memadai.
(Hidayatullah)