AS Larang Keluarga Muslim Inggris Kunjungi Disneyland

disneylandEramuslim.com – Satu keluarga Muslim asal Inggris dilarang terbang ke California untuk berkunjung ke Disneyland oleh aparat Amerika Serikat. Tindakan AS memicu protes dari pemerintah Inggris.

Seperti diberitakan The Guardian, Selasa (22/12), satu keluarga yang terdiri dari 11 orang itu dicegat oleh aparat AS di bandara Gatwick, London, pada 15 Desember lalu dan dilarang naik ke pesawat tanpa alasan yang jelas. Padahal, mereka telah mengantongi visa online.

Kasus ini diangkat oleh anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh, Stella Creasy, dalam tulisannya kepada The Guardian yang mengecam AS karena kerap mencegah warga Muslim Inggris terbang ke negara mereka.

Perlakuan buruk terhadap Muslim di AS meningkat menyusul serangan Paris dan penembakan di San Bernardino yang menewaskan 14 orang. Creasy mengatakan, komentar kandidat calon presiden dari Partai Republik Donald Trump soal larangan Muslim masuk AS juga kian mengobarkan ketakutan terhadap Islam.

“Diskusi online dan offline ramai soal ketakutan Muslim Inggris yang akan ‘di-Trump-kan’ menyusul pernyataan Donald Trump soal larangan Muslim masuk Amerika yang dikecam luas,” tulis Creasy.

Juru bicara Perdana Menteri David Cameron mengatakan bahwa pemerintah Inggris akan menyelidiki kasus ini. Sebelumnya Cameron menanggapi komentar Trump dengan menyebutnya “bodoh, memecah belah dan salah.”

Pejabat Keamanan Publik AS belum menjawab mengapa keluarga Inggris itu dilarang naik ke pesawat.

Rencananya, satu keluarga tersebut akan mengunjungi saudara mereka di California dan tamasya ke Disneyland dan Universal Studio, namun mereka dilarang naik pesawat saat sudah berada di terminal pemberangkatan.

Mohammad Tariq Mahmood, salah satu anggota keluarga tersebut mengatakan, dia pergi bersama kakaknya dan sembilan anak mereka. Menurut Mahmood, petugas tidak memberi alasan mengapa mereka tidak naik pesawat.

Namun dia mengaku tidak heran. “Karena serangan di Amerika, mereka berpikir semua Muslim adalah ancaman,” ujar Mahmood.

Anak-anaknya, lanjut dia, padahal sangat menantikan dan menghitung hari selama berbulan-bulan untuk pergi ke Disneyland. Mereka sangat sedih dan terpukul setelah tahu tidak bisa pergi.

Mahmood mengatakan pihak maskapai menolak mengembalikan uang tiket yang mereka beli seharga US$13.340 atau lebih dari Rp182 juta. Selain itu, mereka juga diminta mengembalikan setiap barang yang dibeli di toko bebas bea dan dikawal keluar bandara.

“Saya tidak pernah semalu ini seumur hidup saya. Saya bekerja di sini, punya usaha di sini. Tapi kami merasa asing,” kata Mahmood.

Creasy dalam tulisannya mengaku tidak mendapat jawaban dari Kedutaan AS di London. Dia mendesak pemerintahan Cameron untuk menuntut penjelasan atas tindakan terhadap keluarga Mahmood.

Dia juga bertanya apakah Inggris mengawasi kelompok etnis dan agama tertentu yang dilarang bepergian. Hal ini menurutnya penting “demi memastikan kepada rakyat bahwa tidak ada diskriminasi keyakinan di bandara Inggris.”

Kasus Mahmood bukan yang pertama. Dua hari setelah keluarganya dicekal, seorang warga Muslim Inggris yang juga seorang imam dan dosen, Ajmal Mansoor, asal Bristol dilarang naik ke pesawat tujuan New York.

“AS berhak mengeluarkan atau mencabut visa, saya mengerti itu. Namun tidak memberikan alasan apapun akan memicu kemarahan masyarakat awam. Tidak akan bisa menarik hati masyarakat. Saya terkejut soal bagaimana tidak rasionalnya proses ini, tapi apakah AS peduli apa yang saya pikirkan? Saya kira tidak!” ujar Mansoor.

Kedutaan AS di London tidak merespon pertanyaan yang dilayangkan oleh The Guardian.(ts/cnn)