Pembicaraan Moskow dan Doha itu terjadi setelah penandatanganan perjanjian kerja sama militer dan teknis antara kedua negara pada Oktober 2017.
Seperti diketahui, Qatar sedang dimusuhi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir setelah Doha dituduh mendukung terorisme. Empat negara itu telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memblokade negara kecil yang kaya raya di kawasan Teluk tersebut.
Doha telah membantah tuduhan telah mendukung terorisme. Sebaliknya, Qatar merasa jadi korban pemerasan para tetangga Arab-nya.
Saudi sendiri telah menandatangani perjanjian awal untuk pembelian sistem rudal pertahanan S-400 Rusia. Penandatanganan perjanjian terjadi Oktober tahun lalu saat Raja Salman berkung ke Moskow.
Pavel Felgenhauer, seorang analis pertahanan yang berbasis di Rusia, mengatakan kepada Aljazeera, Sabtu (2/6), bahwa ancaman Saudi tak mungkin berhasil menekan Qatar untuk membatalkan pembelian sistem rudal pertahanan Moskow tersebut.
“Rusia telah selama beberapa tahun mencoba membangun semacam hubungan perdagangan dengan Arab Saudi, tetapi itu tidak benar-benar berhasil,” kata Felgenhauer.
Felgenhauer melanjutkan, “Arab Saudi telah jelas mengikat tali politik untuk setiap kesepakatan yang mungkin dengan membeli senjata Rusia, bahwa Rusia harus mengurangi kerja samanya dengan Iran terutama dan mungkin memodifikasi posisinya di Suriah.”
“Qatar tidak mengikat tali semacam itu (dan) Rusia tidak akan secara militer mencoba terlibat dalam apa pun yang terjadi di Teluk, dalam hal apapun, rudal anti-pesawat ini kemungkinan akan muncul di Qatar, namun tidak dalam waktu dekat,” ujarnya. (sn)