Ar-Razi: Menjaga Negeri dari Wabah Penyakit Dalam Islam

Seperti kita lihat di media, mereka memakai mantel layaknya astronot yang menutupi seluruh tubuh. Dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Kalau dokter modern memakai mantel “ala astronot”, di Eropa abad ke 14 saat terjadi wabah yang disebut Black Death, lain lagi.

Petugas medis yang menangani memakai seragam berupa jubah panjang, sarung tangan, sepatu bot, dan topi yang tepiannya lebar. Seragam itu juga dilengkapi dengan masker “berparuh” yang terlihat seperti burung.

Selain itu, dokter juga membawa tongkat panjang, agar tidak perlu bersentuhan langsung dengan pasien.

Penyebaran penyakit yang disebabkan virus atau bakteri telah lama mendapat perhatian dari para dokter Muslim.

Tercatat nama Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin al-Husayn at-Taymi al-Bakri at-Tabaristani atau yang dikenal dengan nama Fakhruddin ar-Razi yang di Barat disebut Rhazes, menuliskan tentang penyakit cacar dan campak dalam kitabnya “Al-Judari wal Hasbah”.

Kitab ini diterjemahkan dalam bahasa Latin di Venezia (1565) dengan judul De Variolis et Morbilis (Risalah Tentang Cacar dan Campak).

Begitu hebat buah pikirnya bagi dunia kedokteran, kitab ini kemudian diterjemahkan dalam banyak bahasa modern dan masih digunakan sebagai buku ajar di fakultas kedokteran sampai abad ke-18.Menariknya, Ar Razi bukan sekadar dokter. Seperti cendekiawan Muslim pada umumnya, ia menguasai beragam disiplin ilmu.

Karyanya mencapai ratusan. Yang terdiri dari kitab-kitab kedokteran, astronomi, matematika, logika, fisika, kalam, fikih, ushul fikih, hingga tafsir Alquran.

Bukan hanya kitab kedokteran yang ditulisnya yang digunakan selama berabad-abad. Dalam bidang tafsir, kitabnya yang sampai kini masih terus dikaji adalah Mafatih al-Ghaib (at-Tafsir al-Kabir li Alquranul Karim).