Lembaga Amnesty internasional menyatakan bahwa sekitar 200 orang warga Sudan telah meninggal akibat tindakan kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan selama berlangsungnya aksi unjuk di Ibukota Sudan, Khartoum.
Lembaga Amnesty internasional mengungkapkan bahwa “kebanyakan korban sipil yang tewas sejak berlangsungnya unjuk rasa pada 11 hari yang lalu, ditembak dibagian kepala dan dada mereka.”
Sebelumnya pada tanggal 23 September lalu, pihak pemerintah Sudan menyatakan bahwa korban meninggal akibat kerusuhan berjumah 34 orang. Jumlah ini jauh berbeda dengan data yang dikeluarkan lembaga pematau HAM Sudan, yang menyatakan lebih dari 50 warga sipil tewas ditangan apara keamanan.
Tokoh oposisi politik Sudan, Jibril Bilal, memperingatkan pemerintah Sudan dalam sebuah wawancara dengan Sky News Arab “aksi unjuk rasa damai di Sudan saat ini dapat berubah sewaktu-waktu menjadi sebuah revolusi Sudan bersenjata.”
Di sisi lain, pimpinan Partai Ittihad Demokrat Al Asly memutuskan hubungan koalisi dengan Partai Nasional Kongres yang kini sedang berkuasa serta menarik seluruh kadernya dari pemerintahan Sudan. (skynewsarabia/Zhd)