Amal yang Sulit Dilakukan

Eramuslim – Sesungguhnya bagaimana cara mengukur kualitas diri kita di hadapan Allah dan di hadapan manusia? Satu di antaranya kita harus mampu mengerjakan amal perbuatan tanpa niat apa pun, kecuali mengharap ridha Allah meskipun amal tersebut sukar dikerjakan.

Dalam Nashaihul ‘Ibad disebutkan bahwa sahabat Ali bin Abi Thalib berkata, “Amal yang paling sulit itu ada empat, yaitu memaafkan pada saat marah, dermawan saat sedang kesulitan, menjaga diri dari perbuatan tidak terpuji saat sendirian, dan berkata yang sebenarnya kepada orang yang disegani atau orang yang diharapkan kebaikannya.”

Memaafkan pada saat marah. Kita marah tidak dilarang asalkan ada alasan logis dan berlandaskan agama. Namun, menahan amarah dan terlebih lagi memaafkan ketika dalam puncak kemarahan itu jauh lebih baik dan lebih mulia. Emosi dan amarah datangnya dari bisikan setan, sedangkan menahan amarah dan memaafkan datang dari bisikan nurani.

Rasulullah berkata, “Siapa yang mampu menahan marahnya, berlapang dada, selalu berbuat kebaikan, menyambut silaturahim, dan menunaikan amanah, niscaya Allah pada Hari Kiamat akan me ma sukkan dia ke dalam cahaya-Nya yang agung,” (HR Ad-Dailami). Dermawan saat ekonomi sulit. Bagaimana logikanya?