Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak diberi tahu selama 16 hari setelah Taiwan membunyikan alarm.
Sejak awal pandemi, China dinilai telah menyembunyikan data, membungkam dokter, memenjarakan jurnalis, dan menyalahkan negara lain, serta menolak penyelidikan tanpa batas untuk mencari tahu asal muasal virus corona.
“China perlu berhenti memasang penghalang untuk memastikan dunia dapat memahami apa yang terjadi dan mempelajari semua pelajaran yang diperlukan untuk mencegah pandemi di masa depan,” kata Lipkin.
Lipkin yang dihormati di China mengungkap, pandangannya berubah setelah mengetahui eksperimen yang dilakukan para ilmuwan di laboratorium Wuhan.
Dengan eksperimen berisiko tinggi pada virus corona, mereka memiliki keamanan hayati yang rendah.
“Jika mereka memiliki ratusan sampel kelelawar yang masuk, dan beberapa di antaranya tidak dikarakterisasi, bagaimana mereka tahu apakah virus ini ada atau tidak ada di lab ini? Mereka tidak akan melakukannya,” jelasnya pada Juni.
Selain Lipkins, profesor hukum kesehatan global di Washington, Lawrence Gostin, menyebut telah mengetahui wabah di Wuhan pada pertengahan Desember setelah mendengar informasi dari temannya di kota tersebut bahwa ada virus corona baru yang tampaknya sangat serius.
Ahli virologi Belanda Ron Fouchier mengatakan kepada sebuah film dokumenter bahwa ia membahas wabah terkait pada minggu pertama bulan Desember dengan rekannya Marion Koopmans, anggota tim penyelidikan WHO.
Bahkan Fouchier mengungkap, para ahli penyakit menular sudah membahas mengenai penyakit yang terkait di pasar hewan pada waktu itu.
“Selama bulan Desember menjadi jelas bahwa itu adalah virus corona yang dapat ditularkan melalui saluran udara. Kemudian semua bel alarm berbunyi dengan ahli virologi,” ungkapnya. [RMOL]