5 Quotes Menyentuh Eyang BJ Habibie tentang Islam

“Berdasarkan pengalaman sejarah dan peradaban umat manusia, yang lebih penting bagi umat Islam saat ini adalah tidak lagi sibuk membahas kebesaran yang dicapai umat Islam di masa lalu, atau berdebat siapa yang pertama kali menemukan angka nol, termasuk nomor, satu, dua, ketiga, dan seterusnya, sebagai kontribusi umat Islam dalam penuliskan angka di era modern ini dan fondasi serta perkembangan peradaban di seluruh dunia. Tetapi bagaimana umat Islam akan mendapatkan kembali kepemimpinan dan kontrol sains dan teknologi, memimpin kembali dan menjadi pemimpin di dunia sains dan peradaban, karena itu merupakan pencapaian nyata,” tutur pria bernama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie dalam salah satu bukunya.

  1. Keseimbangan imtak dan iptek

Beberapa tahun lalu, B.J. Habibie juga sempat mengingatkan pentingnya keseimbangan iman dan takwa (imtak) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Menurutnya, kedua hal tersebut salah berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan.

“Saya katakan kalau Tuhan YME memanggil saya dan saya disuruh memilih antara 100 persen imtak atau 100 persen iptek, yang saya pilih adalah 100 persen imtak. Tapi, kalau saya boleh pilih, saya mau dikasih dua-duanya agar seimbang,” ujar Habibie saat diwawancara oleh awak media.

  1. Iman seseorang tidak terbatas

Habibie selalu percaya bahwa iman seseorang tidak memiliki batasan. Oleh karena itu, ia tidak pernah ragu mempelajari agama lain atau hidup berdampingan secara damai dengan orang-orang yang berbeda agama.

“Saya tidak pernah masuk pesantren, tidak pernah masuk organisasi Islam, tapi saya sudah baca dan pahami Alquran sejak kecil. Saya sekolah di Belanda, masuk sekolah yang kebanyakan agamanya Kristen. Saya juga baca kitab suci agama lain, sama orangtua saya nggak dilarang. Kenapa? Karena orangtua saya tahu, ‘Habibie ini sudah cukup ngerti agama’, jadi nggak masalah,” kata B.J. Habibie saat ditemui awak media, beberapa tahun silam.

  1. Menghargai agama dan kebudayaan yang berbeda

Ketika salah satu sahabatnya yang beragama Kristen meninggal dunia, Habibie datang ke gereja untuk melawat. Selain memberikan penghormatan terakhir, ia juga mendoakan sahabat tercinta. Semua itu ia lakukan karena sangat menghargai agama dan kebudayaan orang lain.

“Saya pernah punya seorang teman. Ia beragama Kristen. Saat dia meninggal, dia dibawa ke gereja dan saya ikut ke gereja. Saya pegang jenazahnya, saya masuk ke gereja dan saat semua orang berdoa, saya juga ikut berdoa. Tapi doa saya berbeda, saya berdoa ‘bismillahirrahmanirrahim’,” kata Habibie. (okz)