Laporan The Global Times menyebut lebih dari 40 juta penonton online menyaksikan atau ‘mengawasi’ proses pembangunan RS Huoshenshan. Tanpa narasi atau musik latar, tayangan live-streaming itu menampilkan perkembangan pembangunan RS secara real-time.
Diketahui bahwa wabah virus corona memicu isolasi terhadap puluhan provinsi di China, dengan kebanyakan warga hanya bisa terdiam di dalam rumah, termasuk saat perayaan Tahun Baru Imlek dua pekan lalu. Kebanyakan dari mereka memilih untuk menonton live-streaming itu untuk menghabiskan waktu.
Beberapa penonton live-streaming itu bahkan memberikan semangat untuk para pekerja konstruksi yang terlibat pembangunan RS. Dengan menyebut diri mereka sebagai ‘pengawas online’, para netizen memantau dan membahas gagasan serta perasaan soal pembangunan RS itu di kolom komentar tayangan live-streaming CCTV.
Para ‘pengawas online’ juga bersorak saat RS Huoshenshan dinyatakan selesai dibangun pada Minggu (2/2) waktu setempat. “Semangat China! Saya yakin kita bisa mengatasi wabah ini,” bunyi salah satu komentar netizen.
“Salut bagi para pekerja yang bekerja siang dan malam,” demikian bunyi komentar netizen lainnya.
Tidak hanya itu, netizen juga memberikan nama panggilan untuk kendaraan-kendaraan konstruksi yang dikerahkan dalam proses pembangunan RS itu. Bahkan sampai muncul beberapa kelompok penggemar untuk menyemangati mesin-mesin konstruksi itu.
Nama ‘Song Huizong’ yang berarti ‘raja pengaduk semen’ disematkan untuk mesin pengaduk semen di lokasi pembangunan RS itu. Nama ‘Han Wudi’ atau ‘raja las’ diberikan untuk kelompok yang bertugas melakukan pengelasan. Baik Song Huizong dan Han Wudi kebetulan merupakan nama-nama Kaisar China pada era kuno.
Di antara kendaraan-kendaraan konstruksi itu, ‘Folkchan’ atau sebutan untuk forklift (mesin pengangkat barang) menjadi yang paling disukai. Para penggemar ‘Folkchan’ memuji kegesitan truk kecil yang bekerja di area konstruksi RS Huoshenshan itu.
“Bergabung dalam proses konstruksi menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap efisiensi China,” ujar kritikus budaya setempat, Shi Wenxue, dalam keterangan pada The Global Times. “Partisipasi dari para ‘pengawas’ menunjukkan kepedulian kaum muda China terhadap wabah ini,” imbuhnya.(dtk)