Penulis: Siti Urbayatun

semenjak cowoku jualan aq sering bantuin di warung full dr pagi nyampe malam karena ga ada yg bantuin cuma adanya dia ama mamanya jadi aq yg bantuin, dia ke pasar aq yg beresin warung buat persiapan nanti buka .

Saya coba memantapkan hati mengajak dia menikah, namun jawaban yang saya peroleh dia belum bisa menjawab karena dia "masih trauma,

kemarin waktu susah dia masih dan mau bersama saya dan anak-anak,tapi ketika sang suami senang dan mempunyai kemampuan untuk menolong istrinya terlepas dari lilitan hutang berdua,sang suami pulang kerumah ibunya.

ayah saya orangnya terlalu sering menyakiti perasaan orang lain,padahal dia sangat tau dengan Agama & tidak pernah tinggal sholatnya,tapi dia selalu mengungkit kebaikan.

saya dahulu mempunyai kebiasaan buruk setiap saya berpacaran dengan seorang wanita pasti saya melakukannya berlebihan,hingga suatu saat saya mulai bertaubat .

Anak saya sekarang bersekolah di TK Islam kelas B. seringkali saya merasa risih dengan perilaku putri saya yang suka berdandan seperti orang dewasa.

jika saya melangsungkan pernikahan ketika saya masih kuliah, dan calon istri saya pun sama-sama kuliah, saya mau bertanya apa hukumnya ber-KB dengan tujuan untuk menunda kehadiran anak (pertama) hingga kami lulus perkuliahan?

Saya ingin menanyakan apabila seorang istri itu bekerja dan mempunyai penghasilan, begitu juga dengan suaminya, apakah suami berhak meminta atau menggunakan gaji istrinya meskipun sang istri keberatan?

Saya berusaha setiap pertengkaran tetap berdoa dalam hati tapi sering kali darah tetap mendidih. Sebaiknya bagaimana?

Hati saya rasanya hancur dan sedih sekali mengapa mantan suami hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan persaan anaknya.