Penulis: Saad Saefullah

Israel dikabarkan akan segera mendeportasi ratusan aktivis yang ditangkap di enam armada kapal bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memutuskan Selasa malam.

Selama konferensi pers menjelang pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Turki mengatakan dia sangat kecewa dengan respon Washington yang sangat hati-hati karena menurut dia insidien ini sama dengan peristiwa 11 September 2001 buat AS.

Perbatasan dibuka namun dalam waktu yang terbatas.

Bagi mereka yang tidak bisa protes untuk alasan ini atau alasan fisik atau non-fisik lainnya; mungkin catatan di bawah ini bisa membantu… Dengan menggaris-bawahi beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam kehidupan normal kita sehari-hari. Sebagian besar dari kita mungkin, tapi mungkin akan selalu perlu diingatkan. Sekecil apapun usaha kita, memberi arti.

Israel mengklaim bahwa salah satu hal yang membuat mereka “gelap mata” menembaki armada Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza adalah karena dari armada tersebut terdengar nyanyian “rasis.” Nyanyian rasis?

Tidak mungkin seseorang bisa tenang ketika berbicara tentang kebohongan. Kebohongan hari ini (disebut Hasbara, dan dari sekarang, ketika orang Israel berbohong, hasbara adalah konjugasi yang tepat) lebih beracun daripada biasanya. Inilah komentar dan konferensi dari Menteri Luar Negeri Israel dari Rabin Red.

Menurut Washington Post, serangan besar itu sebagai balasan atas tindakan Faisal Shahzad beberapa waktu lalu. Shahzad, seperti diketahui diduga sebagai pelaku kericuhan yang melibatkan bom di TImes Square, dan diduga memiliki keterlibatan dengan Taliban.

Ini kedengarannya naif. Mungkin AS suatu saat akan menyuruh pemerintah Afghanistan untuk berbisnis semangka saja. Dilaporkan beberapa bulan yang lalu bahwa Ahmed Wali Karzai terlibat dalam perdagangan opium yang dijalankan kaum Mujahidin Taliban. Begitu laporan Fox News dan beberapa media korporasi lainnya.

Banyak yang meyakini bahwa hal ini terjadi karena belum lama ini bahwa Yusuf Islam mendukung fatwa hukuman mati terhadap Salman Rushdie yang menulis buku The Satanic Verses. Sampai saat ini, Rushdie sendiri masih terus dilindungi oleh kepolisian internasional.

Strategi baru keamanan Presiden Barack Obama menegaskan bahwa AS tidak berperang melawan Islam. Begitu disampaikan oleh John Brennan, penasihat kontraterorisme Gedung Putih, pada hari Rabu kemarin.