Penulis: Saad Saefullah

Berbagai laporan mengatakan bahwa Saif al-Arab, putra bungsu Gaddafi, yang diutus oleh ayahnya untuk bekerja sama dengan aparat keamanan Libya dalam penggerebekan besar-besaran terhadap rakyat pro-demokrasi, bergabung dengan para demonstran pada hari Kamis, sambil mengisyaratkan bahwa ayahnya akan bunuh diri atau melarikan diri ke Amerika Latin.

Mantan menteri kehakiman Libya, Mustapha Abdeljalil memprediksi bahwa Muammar Gaddafi kemungkinan akan mengikuti jejak Hitler dalam mengakhiri kehidupan politiknya dengan cara bunuh diri.

Gaddafi telah memerintahkan dinas keamanan untuk memulai sabotase fasilitas minyak. Mereka akan mulai dengan meledakkan pipa saluran minyak yang mengalir ke pelabuhan Mediterania. Sabotase, menurut orang dalam, dimaksudkan sebagai sebagai pesan kepada rakyat Libya: aku atau kekacauan.

“Ini adalah negara saya, negara kakek saya,” kata Gadhafi dalam sambutannya yang disiarkan langsung di televisi pemerintah Libya. Dia bersumpah untuk mati “syahid” di negaranya.

Moammar Gadhafi bersumpah untuk berjuang sampai “titik darah” dan akan menyerang kembali terhadap rakyat Libya yang melakukan demonstrasi untuk mempertahankan rezimnya.

Menurut penilaian Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan (HUD) yang dirilis baru-baru ini, pada satu malam di bulan Januari 2009, 75.609 veteran AS menjadi tunawisma dengan 57 persen dari mereka tinggal di penampungan darurat atau program perumahan transisi.

Gaddafi menyebut para demonstran sebagai kelompok orang “pecandu narkoba” dan “orang sakit.” Ia juga mengklaim bahwa “hanya sekelompok kecil pemuda” yang telah menyerang kantor polisi di Libya.